Part 9 Dua karakter berbeda.
Feesa POV
"Dalam karakter Nana, kamu adalah wanita penggoda yang tidak peduli akan keharmonisan rumah tangga orang lain. Kamu harus melakukan ini Feesa, rumah tangga kalian adalah tujuan utamanya. Setidaknya, jika Angga tidak tertarik kepada istrinya, dia terhindar dari zina, sebab tidak lagi berhubungan dengan wanita lain. Jeratlah dia dengan cintamu saat menjadi Nana agar tidak ada ruang bagi wanita lain," ucap mama saat mengajariku kemarin. Dan kali ini, aku sudah membuktikannya. Apakah aku salah? Apakah aku bisa menjalankan peran ini?
Sampai sejauh ini peranku sudah berjalan sesuai rencana. Aku bahkan tanpa malu lagi duduk di pangkuan Mas Angga, setelah dengan beraninya mengungkapkan cinta. Aku malu luar biasa, tapi drama ini harus tetap berjalan.
"Tapi bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Apakah kau bisa membuktikannya?"
"Apa kau akan meninggalkan istrimu dan memilih diriku jika aku bisa memPart 10 arti bahagia.Angga begitu bahagia pagi ini, semalam matanya sulit terpejam, dia rindu dan juga ingin bertemu dengan gadis pujaan yang selalu terbayang di pelupuk matanya. Hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.*Hai, Mas Angga! Bagaimana kabarmu? Maaf, aku baru bisa mengirim pesan kepadamu*Angga sendAngga sudah bisa menduga siapa yang mengirim pesan kepadanya. Hatinya senang luar biasa. Diapun segera membalas.*Kabar baik cantik,*Nana sayang send.Didalam kamar, Feesa yang menyamar sebagai Nana tersipu malu. Beginikah rasanya punya selingkuhan. Membatin sambil menggigit bibir bawahnya. Satu detik berikutnya, muncul notifikasi baru.*Kamu sendiri, apa kabar? Katanya cinta, tapi kenapa lama hubunginya?* Emoji ngambek.Nana sayang send*Aku juga merasa kurang baik, karena merindukanmu. Maaf! Aku sedikit sibuk belakangan ini. Tapi lain kali, aku akan lebih memperhati
Part 11Sejak bertemu dengan gadis yang bernama Nana, entah mengapa hatiku semakin tidak menentu. Rindu yang menggebu kadang membuatku uring-uringan. Terlebih lagi, Nana lumayan sulit untuk aku hubungi. Hanya di waktu tertentu saja nomernya aktif, sedangkan wajah cantiknya yang bagaikan bulan purnama, selalu menghantuiku setiap saat.Terpaksa aku menceritakan semuanya kepada Viki. Dia teman selalu ada untukku, juga asisten yang rajin dan giat bekerja. Entah kenapa dia begitu terlihat kesal kali ini. Adakah kesalahan yang aku buat terhadapnya? Entahlah. Memang aku akui, aku adalah pria beristri. Tapi bukan begitu yang sebenarnya. Hatiku sulit sekali menerima keberadaan Feesa. Meski sebenarnya aku sudah tergantung kepadanya. Mulai dari menyiapkan baju dan semua keperluanku sehari-hari, makan ataupun minum. Bahkan kerap kali dia memperhatikan diriku melalui pesan singkat WhatsApp meski tidak pernah aku balas. Jahatkah aku? Kukira tidak! Itu adalah
Part 12 HasratAku begitu bahagia karena hari yang aku tunggu akhirnya telah tiba. Selama beberapa hari belajar make up bersama mama mertua dan seorang ahli make up artis, dengan mudahnya aku bisa membuat wajahku mempesona. Tidak butuh waktu lama untuk mempraktekkan ilmu yang aku pelajari dari mama."Sayang, mungkin dua bulan belakangan ini mama akan jarang datang menemuimu. Mama harus menemani papamu untuk melakukan kegiatan sosial di beberapa daerah. Selain itu, beberapa program kerja yang tidak bisa lagi ditunda. Jadi, selebihnya akan mama serahkan rencana ini sepenuhnya kepadamu. Semoga sukses. Mama berharap, rumah tangga kalian akan baik-baik saja setelah kalian bersatu. Maaf! Jika mungkin ajaran mama ini kurang tepat. Tapi mama tidak bisa membiarkan kalian diam saja tanpa ada yang mulai. Mama tidak ingin ada perceraian diantara kalian." ucap mama saat menemuiku di apartemen."Aku akan berusaha untuk menjaga rumah tanggaku Ma! Terima
Part 13 Aku Cintai"Kau baru saja menyebut nama istrimu itu!" aku pura-pura merajuk, padahal dalam hati sangatlah bahagia. Berharap nama Feesa sudah terlukis di hatinya."Aku membencinya!" Dadaku terasa pilu kembali mendengar kejujurannya. "Pernikahan tanpa cinta dan bahkan hanya kebencian yang aku rasakan. Pernikahan yang sangat menyakiti harga diriku. Orang-orang menghinaku tanpa mau tahu kebenarannya. Dan wanita itu, mengambil semuanya dariku. Kasih sayang orang tuaku, kepercayaan semua orang dan terakhir adalah harta." Aku tidak kuasa mendengar ungkapan hatinya lebih jauh lagi. Kuberanikan diri untuk memeluknya.Terlihat kerapuhan Mas Angga yang tidak bisa menolak keadaan. Adapula kebencian yang dalam untuk Feesa, entah mengapa cintaku membuat diriku melemah. Harusnya aku tidak terperdaya oleh rasa pilu miliknya, namun nyatanya, aku tak tega melihatnya terluka, meski hatiku sendiri pedih karena dibenci oleh seseorang yang seharusnya paling
Part 14 CintaFeesa povApakah Mas Angga lupa, jika aku alergi bunga mawar? Untung ada burkak yang masih menutup wajahku. Sehingga efek alergiku masih terlindungi. Kubuka kasar burkak yang menutup wajahku. Apakah Mas Angga belum juga mengerti akan diriku, atau memang tidak mau mengerti? Entahlah! Dan satu hal yang membuatku lebih sakit. Aku menangis sejak akad pernikahan kedua kami. Mas Angga benar-benar tidak mengingat namaku. Apakah aku memang tidak berarti apa-apa baginya? Semua pikiran baik dan juga buruk membuatku semakin tertekan. Rasanya sungguh sulit untuk mengerti karakter Mas Angga, bagiku semuanya samar dan tidak tersentuh.Segera ku hapus air mata sia-sia yang tanpa ku minta selalu tumpah. "Jangan cengeng Feesa" hiburku pada diri sendiri. Malam ini adalah malam yang selama ini aku tunggu-tunggu, tapi mengapa rasa sakit dan bahagia ini seakan membuat tubuhku lesu. Tidak! Aku harus menciptakan kenangan manis sebelum benar-benar pergi nantinya. Ak
Part 15 IstriAngga POVDua bulan lamanya aku menjalin hubungan dengan seorang wanita yang bernama Nana. Kami memang jarang bertemu, mungkin hanya satu minggu sekali ketika hari libur, atau saat dia mengambil cuti. Entah apa pekerjaannya aku sendiri tidak begitu tahu, kami hanya bertemu sehari dalam keadaan rindu dan dimabuk cinta sehingga lupa untuk sekedar membahas hal tidak berguna lainnya. Dan bodohnya aku yang sama sekali tidak mempermasalahkan semuanya. Kuletakkan ponsel milikku setelah berkabar dengan istri siriku itu. Bunga-bunga terasa bermekaran di sekitarku, tak bosan kuulas senyum menawan saat mengingat percintaan kita yang terbilang cukup singkat.Kenangan kebersamaan kami selalu membekas di hati, tingkahnya yang manja dan lembut, selalu mengubah duniaku yang tanpa warna. Aku teringat dua hari lalu, saat kami sedang menghabiskan waktu bersama di apartemen miliknya. Ya, apartemen paling mewah yang dimiliki oleh istri siriku ini. Seh
Part 16 Keputusan"Sebaiknya jangan ambil keputusan dengan gegabah Nak! Feesa akan semakin terluka karena mu. Terlihat sekali jika selama ini dia sangat mencintai dirimu. Jangan sampai kau sesali nanti di kemudian hari. Ingatlah hal ini baik-baik, jangan mudah berjanji saat kau bahagia, dan jangan memutuskan sesuatu saat dirimu dipenuhi oleh amarah." ucap Papa. Tapi jalan pikiranku berkata lain. Inilah saat yang tepat untuk melepaskan Feesa dan menempatkan Nana sebagai Nyonya rumah. Pikiranku rasanya sudah mantap."Maka dari itu, Aku ingin agar Feesa bisa meneruskan hidupnya tanpa tekanan dariku. Tanpa dihalangi lagi oleh ikatan yang sama sekali tidak kami inginkan." aku mencoba memberi pengertian kepada Papa."Baiklah kalau itu keputusanmu. Papa juga yakin Feesa akan segera mendapatkan pengganti dirimu yang lebih tampan dan jauh lebih muda darimu. Lagian, pria mana yang tidak mau menjadikan dia istrinya, secara dia akan menjadi janda muda yang kaya
Part 17 "Ternyata Kau pria yang cerdas!" "Tidak usah banyak memuji, cepat katakan kenapa kau bisa melakukan hal sekeji itu kepadaku?" Aliran darahku rasanya semakin mendidih. Raga adalah sahabat baikku di masa lalu. Tapi hubungan kami berakhir sejak gadis yang bernama Zalina muncul di antara kami berdua. Rasa cinta yang dimiliki Raga membuat kami bertengkar hebat. "Kejadian lima tahun yang lalu, kita telah di adu domba olehnya!" Raga buka suara pada akhirnya. Aku masih menahan kesal. Raga masih saja berbelit-belit. "Aku sudah tahu!" ketusku yang memang sudah tahu. Teringat kejadian lima tahun lalu, kami bertengkar hebat dengan luka di sekujur tubuh. Raga dan diriku bagaikan anak kecil yang berebut mainan. Hanya karena sebuah kesalahpahaman. "Maafkan aku, Angga. Karena cinta buta, kita sampai menjauh satu dengan lainnya." Aku menatap wajah Raga yang terlihat sendu, aku bisa mengenali arti tatapannya