Share

Bab 2

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2023-03-15 11:18:50

Setelah satu jam menelpon costumer servis bank, akhirnya Mas Andra kembali dengan raut wajah seram, sudah terbaca jika ia hendak murka.

 

Aku menghirup oksigen sebagai bentuk persiapan bahwa diri ini siap untuk melawan, enak saja terus menerus menikmati uangku dengan cara curang.

 

"Kenapa ATM-nya diblokir, Farah?!" Benar saja ia murka.

 

"ATM itu 'kan emang udah diblokir," jawabku sinis.

 

"Sekarang mana ATM-mu yang lain?"

 

Lelaki itu menengadah, memang muka tembok tak tahu malu selalu minta uang sama perempuan, padahal kinerjanya tak ada yang pernah menguntungkan perusahaan.

 

"Ga ada! Mulai sekarang harus hemat jangan foya-foya lagi, aku ga mau usaha peninggalan Ayah dan Kakek jadi bangkrut!" tegasku sambil mendelik.

 

Mas Andra mengacak rambutnya kesal.

 

"Cuma 500 Juta, Farah, masa duit segitu juga dipermasalahkan," ujarnya dengan suara rendah tapi penuh penekanan.

 

CK, sudah mengemis maksa lagi!

 

Tak ingin lagi menjawab gegas aku pergi dari kamar ini, tanpa kata ataupun lirikkan mata, rumah tangga kami hanyalah sandiwara tanpa ada landasan cinta, tinggal menunggu waktu maka semuanya akan hancur tak bersisa.

 

Ingin sekali aku menggugat cerai Mas Andra ke pengadilan. Namun, semuanya butuh waktu aku ingin ia pergi dari hidupku membawa penyesalan yang teramat menyakitkan, takkan kubiarkan ia hidup tenang sambil foya-foya menggunakan uangku.

 

"Dasar pelit! Lihat saja aku akan menemui Desi untuk mentransfer uang itu," sergahnya dengan tampang ketus.

 

Secepat itu ia berubah menjadi serigala, padahal beberapa jam yang lalu ia begitu lembut seperti kucing anggora, jangan tanya lagi kenapa ia berubah semua itu pasti karena uang, dan karena ambisinya tak tercapai.

 

Sungguh aku menyesal tak mengindahkan nasihat ayah saat hendak menikah dengan lelaki itu, kini kutanggung kepedihan ini sendiri, Malang sekali aku ini yang salah dalam memilih suami.

 

"Kamu tuh kenapa sih ngotot banget? uang terus yang dibahas!"

 

"Ini untuk Ibu, Farah, dia mau buka usaha."

 

"Tapi aku juga butuh untuk mengembangkan pabrik, semuanya harus dibenahi dan itu ga pake uang sedikit, kamu mau kita bangkrut?"

 

"Cuma 500 juta kalau ga ada segitu ya 300 juta juga ga apa-apa."

 

Bibir ini menyeringai mendengarnya, sudah seperti belanja di pasar saja pengemis ini meminta dengan segala cara, terus saja membujuk sampai kapanpun aku takkan pernah lagi mau memberikan.

 

Mending buat panti asuhan, atau pondok pesantren khusus anak yatim dan hafiz Qur'an, rezekiku akan lebih berkah karena dinikmati oleh orang yang tepat dan membutuhkan.

 

"Engga ada! Pokoknya bulan ini dan ke depan ga boleh ada pengeluaran untuk apapun selain untuk makan dan kebutuhan rumah tangga!" tegasku sambil mengigit buah apel.

 

"Kamu tuh tega ya sama ibu, dia pasti kecewa sama kamu!"

 

"Kenapa kecewa? kalau ga ada ya gimana harusnya dia ngerti dong! 'Kan seorang ibu masa ga ngerti keadaan anaknya," jawabku santai sambil mengunyah buah apel.

 

"Pokoknya aku akan minta Desi untuk transfer uang itu sekarang, kalau kamu masih ga mengizinkan berarti kamu sudah durhaka sama ibuku!"

 

Ia menggebrak meja, lalu pergi lagi entah ke mana, silakan saja Mas lakukan seribu cara untuk memeras uangku lagi kalau bisa.

 

"Hallo, Desi, aku peringatkan sama kamu jangan memberikan Pak Andra uang walaupun dia memaksa, sepeserpun jangan diberikan kalau sampai diberikan maka kamu saya pecat," titahku pada manager keuangan di kantor.

 

Aku tahu Mas Andra akan melakukan segala cara untuk membujuk gadis itu, walaupun harus dengan kebohongan, tapi sayang gadis itu menciut kalau sudah diancam akan dipecat, secara dia tulang punggung keluarga.

 

"I-iya, Bu, saya ga akan berikan."

 

"Bagus!" Segera kututup sambungan telepon ini.

 

Pucuk di cinta ulam pun tiba, setelah satu jam lebih ia kembali lagi ke rumah ini, kulihat dari balkon rumah ia segera masuk dengan raut wajah yang lebih menyeramkan.

 

"Faraah! Maksud kamu apa sih perhitungan kaya gitu?!" teriak lelaki itu memekakkan telinga 

 

Aku masih duduk santai sambil membaca novel online, sengaja agar suasana hati ini tak ikutan panas dan terbakar, menghadapi orang sepertinya harus santai jangan bar-bar.

 

Semakin aku santai maka semakin stres yang ia rasa, jika beneran lelaki itu stres lalu depresi maka itu merupakan sebuah kabar bahagia.

 

"Hei Farah! Kalau suami ngomong itu didengar! Durhaka kamu ya."

 

Ingin sekali terbahak-bahak, jika aku durhaka lantas dia sendiri apa yang tega memanfaatkan pernikahan untuk ajang mencari kekayaan dengan cara curang.

 

Dasar maling teriak maling!

 

"Aku juga denger belum budek, kamu tuh kenapa sih marah-marah dari tadi? mau darah tinggi?" tanyaku sambil tersenyum santai.

 

Kulihat rahang Mas Andra mengeras dan mata yang semakin membulat.

 

"Kalau kamu ga perhitungan aku ga mungkin marah! Cepat kasih aku uang sekarang, jangan bangkang sama suami!" 

 

"Aku bilang ga ada ya ga ada! Kalau mau ngasih ibumu yang pake duit sendiri jangan minta sama istri," sanggahku sambil melenggang pergi.

 

Terdengar suara erangannya sambil menendang kaki meja, mau ditendang atau dihancurkan sekalian aku tak peduli!

 

*

 

Hingga malam Mas Andra masih enggan bertegur sapa, padahal biasanya ia akan bersikap perhatian, menyuruhku banyak makan dan minum obat sebelum tidur.

 

Setelah tahu begini perasaan ini sudah tak peduli lagi mau dia perhatian ataupun tidak semuanya sama saja, toh yang kami jalani ini bukan rumah tangga melainkan hanya sandiwara untuk memperkaya dirinya dengan cara nista.

 

Saat melewati toilet belakang kudengar Mas Andra sedang menelpon seseorang, jika bukan membicarakanku tak mungkin ia akan masuk ke tempat itu.

 

Setelah celingukan ke kiri dan ke kanan, aku segera mendekatkan telinga ke daun pintu, ingin tahu apa yang sedang ia bicarakan dengan orang itu.

 

"Kayanya aku harus jual salah satu mobil Farah deh, Bu kebetulan mobil Honda Civic yang warna merah itu surat-suratnya aku yang pegang, jadi dia ga bakal tahu kalau mobilnya sudah dijual diam-diam."

 

Duhh gawat! Kenapa aku lupa mengamankan surat mobil yang satu itu.

 

"Siap, Bu, pokoknya aku akan lakukan apa saja untuk menguras semua uang Farah, doakan saja semoga aku berhasil mengalihkan semua aset miliknya menjadi milik kita."

 

"Dahulu keluarga Bahtiar merebut semuanya dari Bapak, sekarang giliran kita yang merebut semua itu dari keturunannya."

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Tamat

    "Hay, Vin." Aku tersenyum padanya.Virni tersenyum manis padaku sementara Ervin terlihat canggung, padahal seharusnya biasa saja tidak perlu berekspresi seperti itu."Kamu mau ke mana, Rah?" Tanya Virni."Aku mau belanja kebutuhan, duluan ya." Aku tersenyum manis pada mereka."Oke."Beberapa langkah berjalan aku kembali menoleh ke belakang dan ternyata kebetulan sekali Ervin pun sedang menoleh ke belakang hingga kami saling bertatapan beberapa detik.Ah sudahlah, lupakan lelaki itu dan mulai hidup yang baru.*Sudah satu bulan aku tidak pernah bertemu dengan Ervin dan Virni, sengaja menyibukkan diri juga sengaja tidak membalas pesan darinya, aku ingin Ervin bahagia Aku juga berencana untuk tinggal di Amerika dalam waktu satu tahun, itu pun untuk kebutuhan perusahaan, perusahaan kami akan membuka cabang di sana.[Kenapa pesanku engga pernah dibalas? Aku punya salah]Pesan dari Ervin, dia tidak tahu saja jika aku sedang mendamaikan hati saat ini.[Maaf aku sibuk, Vin, ada apa emangnya]

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 39

    Sontak saja Virni terlihat begitu bahagia mendengar perkataan Tante Alma, bahkan entah apa maksudnya ia meliriku sekilas setelah itu tersenyum-senyum melirik tante Alma."Boleh, Tante. Kapan mau datang? Nanti aku masakin makanan kesukaan Tante di rumah," sahut Virni."Gimana, Vin? Kapan mau ke rumah Virni?" Tante Alma bertanya pada putranya.Tetapi Ervin malah melirikku setelah itu melirik ibunya sambil menyuapkan makanan, aku tahu Ervin sungkan padaku atau tidak enak hati makanya ia menapku seperti itu."Emm, nanti aku pikirin lagi deh untuk sementara mau istirahat dulu di rumah," jawab Ervin."Iya, Tante, nanti saja nunggu Ervin benar-benar sembuh.""Ya sudah kalau begitu, kamu harus cepat sembuh, Vin," sahut Tante Alma.Di sini aku merasa seperti obat nyamuk, diacuhkan dan dianggap tidak ada, jika tahu akan begini lebih baik aku tadi memaksa untuk pulang."Tapi orang tuaku orang biasa-biasa aja, Tante, bukan orang kaya seperti keluarga Farah," sahut Virni lagi, perempuan itu pasti

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 38

    Karena serangan dari ibunya Mas Andra bagian wajahku terdapat beberapa lebam terkena hantamannya ketika mengamuk usai persidangan Dinda kemarin.Belum lagi kepalaku masih sering berdenyut sakit lantaran dijambak dengan kuat, entah apa yang ada dalam pikiran ibunya Mas Andra, padahal sebelumnya ia sudah minta maaf atas perlakuan anaknya tetapi kenapa sekarang ia yang malah menyerangku.Saat ini Ervin sudah pulang ke rumah setelah beberapa minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, tetapi ia mengatakan Satu bulan sekali harus kontrol dan juga meminum obat-obatan tertentu."Gimana keadaanmu sekarang, Vin?" Tanyaku, pulang dari kantor sengaja aku mampir ke rumahnya."Lebih baik, hanya saja aku bosan terus-menerus di rumah pengen kembali bekerja seperti biasanya."Ia memang diberikan jatah cuti satu bulan agar operasi cangkok jantungnya sukses seratus persen."Sabar dong, biar badan kamu pulih juga, kalau bosen bisa nonton TV, main HP, atau main game.""Engga ada yang asyik." Ia tersen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 37

    (POV DINDA)Menyesal, untuk saat ini kata-kata itu selalu terngiang di telinga, Aku menyesal karena telah ikut berambisi pada dendam ibu, dan yang paling menyakitkan adalah aku menyesal karena dengan mudahnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang masih belum berstatus suamiku.Aku juga telah menyesal karena mencelakai Kak Farah, padahal selama ini ia sudah baik padaku memberikan barang-barang mahal bahkan juga memberikanku sebuah mobil walaupun pada akhirnya mobil itu diambil olehnya kembali, itu pun juga karena salahku semua orang akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Kak Farah.Bahkan aku mendengar jika pria yang menolong Kak Farah ketika diculik oleh orang suruhanku dalam keadaan sekarat karena membutuhkan donor jantung secepatnya, dan aku sama sekali tidak terima jika harus kakakku sendiri yang memberikan donor jantung pada lelaki ituItu artinya secara tidak langsung Kak Andra menebus semua kesalahanku dengan nyawanya, sekarang aku telah hancur oleh perbuatan sendiri karen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 36

    (POV MAYA)Perlahan-lahan Farah mengetahui rahasia besar Mas Andra dan keluarganya, yang ternyata mereka memiliki rencana busuk di balik pernikahan suci itu.Rupanya Farah bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi seperti yang aku kira, padahal aku sudah membayangkan selama hidup dan memiliki anak-anak banyak akan menjalani kehidupan yang bergelimang harta yang bersumber dari Farah.Setelah Farah mengetahui rencana busuk Mas Andra dan keluarganya ia tidak lagi royal baik pada mas Andra ataupun pada keluarganya, perempuan itu seolah-olah menyelidiki semuanya secara diam-diam.Dan benar saja akhirnya pernikahanku pun terbongkar, Farah mengetahui jika aku istri pertamanya Mas Andra, ia nampak kecewa dan marah padaku yang merupakan salah satu karyawan terbaik di kantornya.Dunia ini terasa lebih hancur ketika Mas Andra meninggalkanku untuk selamanya, dalam keadaan aku hamil besar, ditambah Farah pun ternyata memecatku dari kantor lalu ibu mertua yang terlihat seperti membenciku seperti dulu.

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 35

    (POV MAYA)Aku menikah dengan mas Andra tanpa restu orang tua, sebenarnya kedua orang tuaku telah menjodohkan aku dengan seseorang yang lebih dari Mas Andra, dia adalah seorang dosen yang mengajar di beberapa kampus ternama.Namun, karena sebuah kesalahan atas nama cinta aku terpaksa harus memilih Mas Andra, berhubungan intim adalah hal lumrah bagiku dan Mas Andra ketika kami pacaran dulu, aku yang terlanjur cinta begitu mudahnya memberikan mahkota pada lelaki yang bukan bergelar suami.Hingga akhirnya aku hamil diluar nikah, jelas saja aku panik melihat hasil tes kehamilan yang kupegang menunjukkan garis dua, tetapi tidak dengan Mas Andra ia terlihat biasa saja karena dirinya berdalih akan bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan.Sebenarnya dulu Mas Andra tidak pernah tahu jika kedua orang tuaku tidak merestui kami, aku menyembunyikan hal itu dari Mas Andra agar ia tidak meninggalkanku, kedua orang tuaku pun tidak pernah memperlihatkan ketidaksukaannya pada mas Andra k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status