Share

Bab 3

 

Sudah kucari di laci, lemari dan tempat lainnya tapi surat-surat mobil itu tak kunjung ditemukan, ia pasti sudah menyimpan ke tempat yang aman.

 

Padahal jika dijual mobil itu pasti akan laku seharga ratusan juta, baiklah sepertinya aku pun harus melakukan cara yang lebih licik lagi untuk mengelabuhinya.

 

Jangan harap kamu akan menang dan berpesta pora, Mas! Kamu licik tapi aku lebih cerdik.

 

Segera menelpon Hengky untuk meminta pertolongannya, setelah beberapa menit berbincang ia menyetujui untuk membantuku, ia memang baik selalu membantu tanpa pamrih sejak dulu.

 

"Kamu mau ke mana sudah rapi begitu?" tanya Mas Andra saat aku berdiri di hadapan cermin mengenakkan baju kantor.

 

"Ya ke kantor, emang kenapa?"

 

"Kamu tuh masih sakit, biar aku saja yang ke kantor," ujarnya sambil membetulkan dasi.

 

"Aku udah sembuh kok, ga kerasa pusing ataupun mual lagi."

 

"Hah, kok bisa," bisiknya pelan tapi masih terdengar oleh¹ telingaku.

 

Ingin sekali aku tergelak, kamu pasti bingung 'kan Mas kalau aku ini masih bisa berdiri tegak di atas bumi, tidak cepat mati seperti yang ia dan keluarganya inginkan, kasian deh!

 

"Ya bisalah, Mas! Kamu kok kaya ga seneng kalau aku sembuh?!" Aku pura-pura marah dengan mata melotot.

 

"Eehh engga gitu maksudnya, ya aku seneng dong kamu udah sembuh, tapi jangan lupa obatnya harus rutin diminum ya," ujarnya dengan suara pelan dan lembut.

 

Hemm mulai nih, kalau ada maunya ia akan berubah lembut seperti kucing anggora, sedangkan jika aku tak menuruti ambisinya maka ia akan berubah buas seperti seekor singa, duh menyeramkan sekali kamu, Mas, tapi aku ga takut.

 

"Oh ya, mana surat mobil Honda Civic aku? bukannya kamu yang pegang ya," tanyaku sengaja memancing, ia mendelik tak terima

 

"Buat apaan sih, mobil kamu banyak masih ada lima yang berjejer di garasi," jawabnya enteng sambil mengenakkan sepatu.

 

"Aku mau jual buat tambahan uang perusahaan, ayo cepat sini." Aku berdiri di hadapannya sambil menengadah.

 

"Dihh, apaan sih, engga!"

 

"Sini, Mas!" tegasku.

 

"Mobilnya mau dijual 'kan? biar aku saja yang jual," ujarnya sambil melenggang pergi.

 

"Terus uangnya mau kamu pake sendiri gitu."

 

"Nanti aku bagi setengahnya," ujarnya datar.

 

"Engga aku mau semua! Itu mobil beli pake duitku bukan duitmu!" Seketika langkahnya terhenti lalu berbalik memandangku dengan kesal.

 

"Sejak kapan kamu berubah begitu sih? biasanya kita selalu menikmati uang sama-sama, bareng ibu dan juga Dinda, kenapa kamu berubah?" ujarnya sambil maju satu langkah.

 

Sama-sama? iya sama-sama morotin kali ya, dasar licik!

 

Masih ingat dahulu Mas Andra adalah seorang buruh karyawan di pabrik roti, setelah beberapa kali naik jabatan barulah ia bisa sampai kerja di kantor pusat, dan sejak ia berhasil menikahiku maka saat itu pula kehidupannya berubah seperti seorang sultan.

 

Terbesit sebuah tanya, apakah ia juga menikahiku dengan cara curang demi menikmati kemewahan ini?

 

"Sebentar lagi kamu tahu kenapa aku berubah." Bibirku menyeringai.

 

"Kamu tuh aneh bikin aku kesel terus tahu!"

 

Emang sengaja, aku mau bikin kamu kesel terus stres, depresi dan ujungnya gila atau bunuh diri, hihi.

 

"Aku akan jual mobil ini dan uangnya akan dikasih ke ibu, kasihan dia butuh banyak uang," ujarnya merendah.

 

"Baik, kalau gitu kamu harus hengkang dari perusahaan," jawabku cukup tegas

 

"Hahh, maksudnya?"

 

"Iya, pakai saja uang itu untuk menunjang hidup kamu ke depan, lalu aku akan menggantikan posisimu dengan Pak Raihan."

 

Tangannya mengepal dengan wajah merah padam.

 

"Kami ga bisa gitu, Farah! Aku ini suamimu!" tegasnya sambil mengekor langkahku di belakang.

 

Entah beberapa kali tangannya berusaha mencekal lenganku, tapi saat itu juga kutepis cekalannya dengan kuat, enak saja aku harus terus tunduk pada suami seperti itu.

 

"Farah! Farah!" Lelaki itu menggebrak kaca mobil

 

Akhirnya mobilku melesat membelah jalanan ibu kota, tiga puluh menit kemudian barulah sampai di tempat kerja.

 

Sore hari waktunya para karyawan untuk pulang, hingga sekarang aku tak melihat batang hidung Mas Andra ada di kantor ini, tak berselang lama ia menelpon.

 

"Hallo, Farah, mobilmu dicuri orang, tadi aku cari-cari ga ketemu, kayanya aku dihipnotis deh, duh gimanna ini?" Lelaki itu terdengar panik.

 

Aku menyeringai sendirian, rupanya Hengki berhasil mengamankan mobilku ke suatu tempat, ia memang sahabat paling the best sejak dulu.

 

Sekarang waktunya mengerjai si mata duitan hingga jantungan, hihi.

 

"Aku ga mau tahu, pokoknya Mas harus ganti dengan uang seharga mobil itu dua kali lipat!"

 

"Apaaa?!" 

 

"Du-duit dari mana aku," ujarnya panik.

 

"Jual g1nj4lmu!"

 

 

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Suami benalu
goodnovel comment avatar
Mendhut Iwel Iwel
hahaha.. wkwkwk lucuuuu...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status