Share

Bab 3

Penulis: Luela
Merasakan udara yang sedikit dingin, membuatku semakin gugup. Entah itu karena takut atau malah menantikannya.

Cairan dingin menetes di bagian yang paling sensitif. Tubuhku pun gemetar dan mengeluarkan suara seperti orang mengigau dan diam-diam merapatkan kedua kaki di balik selimut.

Tepat saat kehangatan telapak tangan pria itu hampir menyentuh kulitku, logika berkata padaku bahwa ini salah.

Aku membuka mata dan langsung berhadapan dengan wajah pria yang penuh senyum.

“Apa yang mau kamu lakukan?” tanyaku dengan waspada, sambil menarik turun bajuku.

Pria itu memegang sebotol minyak esensial di tangannya, matanya menatap lekat-lekat ke arahku dan nadanya terdengar polos, “Nggak perlu setegang ini, mungkin Eny belum kasih tahu kamu, aku ini dokter. Aku melihat ASI-mu tampaknya berkurang drastis belakangan ini. Aku datang untuk membantumu melancarkan ASI.”

Melihat pria di depanku yang tampak serius, aku pun sedikit goyah. Jika ASI-ku berkurang, nyonya pasti akan mencari pengasuh yang lain dengan ASI yang lebih banyak.

Aku tak boleh kehilangan pekerjaan ini.

Pria itu menyadari keraguanku dan menawarkan, “Begini saja, aku janji tanpa persetujuanmu, aku nggak akan menyentuhmu. Kamu hanya perlu membiarkan aku melihat apakah ada hal yang nggak normal.”

Aku pun sedikit ragu dan bertanya, “Hanya dengan melihat, bisa tahu apa masalahnya?”

Pria itu tersenyum dan menjawab, “Sebaiknya memang dilakukan pemeriksaan fisik, tapi kalau kamu takut, aku bisa nggak menyentuhmu.”

Ekspresi wajahnya tidak terlihat dibuat-buat. Aku pun berpikir sejenak, dia seorang dokter dan seharusnya tidak masalah kalau hanya melihat.

Jadi, di bawah tatapan pria itu, aku pun mengangguk dengan enggan. Lalu berlutut di atas ranjang, perlahan membuka bajuku.

Aku mendengar suara pria itu menelan ludah. Tatapannya seperti sepasang tangan yang membelaiku tanpa ragu. Tatapannya yang begitu tajam membuat tubuhku memanas. Aku bisa merasakan bagian dadaku menjadi kencang.

Aku menutupinya dengan tangan karena malu. Pria itu benar-benar menepati janjinya, tidak menyentuhku tanpa seizinku.

“Sudah berapa lama kamu melahirkan?”

“Hampir setengah tahun,” jawabku sambil menundukkan kepala.

Pria itu terlalu dekat, jika aku melepaskan tangan, payudaraku yang penuh akan langsung menyentuh tubuhnya.

Dia tampak seolah menemukan kesulitan dan mengerutkan kening, “Kondisimu ini jarang terjadi.”

Aku jadi takut dan bertanya, “Ini penyakit?”

“Sulit dipastikan, ini perlu pemeriksaan fisik.”

Aku tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini, yang jelas sangat cemas. Sekarang hanya diriku sendiri yang mencari nafkah di rumah. Jika aku sakit atau bermasalah, bagaimana nasib anakku?

“Dok… bisakah kamu membantuku…?” tanyaku dengan malu-malu.

“Maksudmu menyuruhku melakukan pemeriksaan fisik?”

Aku mengangguk dengan canggung.

Jakun pria itu bergerak naik turun dan tertawa pelan.

Dengan persetujuanku, dia mulai melakukan pemeriksaan fisik.

Tangannya sangat besar dan tenaganya kuat sekali. Aku merasa seperti terangkat ke langit, seluruh tubuhku melayang.

“Dok… ada masalah apa denganku?” Aku tidak bisa menahan desahan pelan, wajahku pun sudah memerah.

“Hm, nggak ada bagian keras saat disentuh, jadi nggak ada masalah,” katanya, lalu meremasnya dengan kuat. Aku benar-benar tak bisa menahan diri, mendongak dan mendesah.

Entah karena sudah terlalu lama tak berhubungan intim dengan suami, begitu disentuh pria itu, aku merasa bagian bawahku sudah agak basah.

“Cairanmu yang keluar sangat deras, ya,” ujarnya dengan suara yang sedikit menggoda.

Aku menunduk dan baru menyadari bahwa ASI-ku sudah keluar lagi, bahkan menetes ke tangan pria itu.

Seketika, wajahku langsung memanas, ingin menghindari tangan pria itu, tapi dia sama sekali tak peduli. Dia bahkan berkata dengan sangat perhatian, “Meski pemeriksaan fisik nggak bermasalah, demi keamanan, aku akan tes ASI-mu ini bermasalah atau nggak.”

Aku pun dengan gagap berkata, “Ba… bagaimana cara mengetesnya, dok?”

Dia meremas kedua payudaraku menjadi satu dengan kedua tangannya dan detik berikutnya, dia tiba-tiba menunduk dan menghisap keduanya….
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 9

    Aku menahan napas, mendengar langkah kaki polisi mendekat perlahan-lahan. Kemudian terdengar langkah kaki yang lebih tergesa-gesa di lorong dan suara polisi menjadi semakin mendesak, “Cepat! Ada sesuatu di sini!”Langkah kaki polisi akhirnya berhenti di depan pintu kamar bayi. Aku dapat dengan jelas mendengar percakapan mereka, “Pintu terkunci, ada orang di dalam.” Aku segera berdiri dan dengan gemetar membuka pintu. Begitu pintu terbuka, aku melihat dua polisi berdiri di depan pintu, cahaya senter menyorot ke wajahku.“Kamu baik-baik saja?” tanya salah satu polisi dengan cemas.Aku menggendong anak itu, mengangguk dan menjawab dengan suara serak, “Aku baik-baik saja… aku mengunci diri di dalam.”Polisi itu menghela napas lega, lalu bertanya, “Apa yang terjadi di sini? Tadi kami menerima laporan dari tetangga, mereka bilang mendengar pertengkaran dan jeritan yang sangat hebat.”Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba terdengar teriakan dari ruang tamu. Salah satu polisi menemukan sesuatu

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 8

    Waktu seolah membeku dalam keheningan ini.Kemudian, terdengar lagi suara dari luar, kali ini suara pria itu. Aku mendengar dia menekan tombol telepon, suaranya pelan dan tertahan, samar-samar terdengar dia menelepon ambulans, “Istriku pingsan, cepat kirim ambulans ke sini.”Nadanya sangat tenang, bahkan terasa menakutkan sangking tenangnya. Padahal dia baru saja mengamuk tak terkendali, sekarang malah berubah seolah tak terjadi apa-apa. Aku tanpa sadar menggendong anak itu lebih erat, rasa takut di hatiku semakin memuncak.Beberapa menit berlalu, aku bisa mendengar sepertinya ada pergerakan normal di luar sana. Tapi, perasaan tertekan yang berat itu masih menyelimuti hatiku.Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.“Kathy?” Itu suara pria itu, ketenangan suaranya terasa menakutkan. Nada bicaranya lembut, seolah kegilaan tadi tak pernah terjadi.Aku berdiri kaku di depan pintu dan menatap pintu, jari-jariku bahkan sudah memucat. Suara dari luar terdengar lagi, “Kathy, sudah aman

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 7

    “Apa kamu bilang?!” Suara wanita tua itu melengking tajam, wajahnya tampak penuh keterkejutan, “Anak itu… bukan anaknya anakku?”Tanpa ragu sedikitpun, nyonya mengulanginya, “Iya, itu bukan anaknya.”Tepat pada saat itu, pria itu juga tiba dan mendengar jelas kalimat yang mengejutkan itu. Seketika, wajahnya pun menjadi pucat, lalu memerah, seolah akan segera meledak. Dia menunjuk nyonya dan dengan suara bergetar, dia berkata, “Apa… apa kamu bilang?”“Kubilang itu bukan anakmu,” ujar nyonya dengan menunjukkan senyuman sinis di wajahnya.Wajah pria itu pun langsung berkerut, seolah-olah akan segera melampiaskan amarahnya. Dia menerjang ke arah nyonya, lalu sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya, “Dasar jalang! Beraninya kamu mengkhianatiku!”Nyonya memegangi wajahnya dan menjerit. Lalu menerkam dan mencoba mencakar wajah pria itu dengan kukunya. Ibu mertuanya juga tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini. Dia terdiam di tempat dan bingung harus berbuat apa.Aku mendekat ke d

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 6

    Rekaman suara dan video itu adalah kartu terakhirku.Aku menatapnya penuh harap, berpikir bahwa akhirnya semua ini akan berakhir.“Kamu melakukannya dengan sangat baik,” katanya pelan, matanya melirik layar ponsel yang menampilkan video, sudut bibirnya sedikit terangkat.“Tenang saja, setelah aku menyelesaikan semua ini, kamu juga bisa pergi dengan tenang.”Aku pun tak bisa menahan rasa dingin yang merayap di tubuhku. Perkembangan beberapa hari berikutnya membuatku merasa tidak nyaman.Awalnya, aku mengira nyonya akan segera bertindak, menghubungi pengacara, mengajukan bukti dan membiarkan pria itu bertanggung jawab atas perbuatannya.Namun, kenyataannya tidak demikian.Dia tidak terburu-buru mencari pengacara. Sebaliknya, dia sering bertengkar dengan suaminya. Aku beberapa kali mendengar suara marah suaminya dari celah pintu.Suatu malam, tiba-tiba nyonya masuk ke kamarku.“Kamu nggak perlu khawatir lagi, Kathy. Masalah ini akan segera berakhir,” ujarnya dengan dingin.Aku terdiam sej

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 5

    “Apa?”“Suamiku menderita azoospermia dan dia nggak tahu sama sekali tentang hal ini.”Aku benar-benar terkejut, “Jadi, anak ini….”Nyonya mencibir, “Aku selalu menginginkan anak sendiri. Dia nggak berguna, tapi di luar sana banyak pria yang lebih berguna.”Aku benar-benar bingung dan pikiranku kacau balau.Wanita yang tampak lembut dan perhatian di depanku ini, ternyata menyembunyikan rahasia sebesar itu. Sementara suaminya jelas tertipu dan tidak tahu bahwa dirinya sedang membesarkan anak orang lain.Nyonya mengeluarkan sebuah kamera tersembunyi yang berukuran kecil dan berkata dengan tenang, “Aku perlu kamu merekam pelecehan yang dia lakukan padamu, lebih baik kalau kamu bisa merekam video lengkap. Setelah kita punya bukti, aku akan mencarikan pengacara untukmu dan mengajukan tuntutan ganti rugi.”“Mengumpulkan bukti?” Aku mengulanginya tanpa sadar, suaraku juga terdengar sedikit bergetar.“Tapi, bagaimana nasib kita kalau sampai dia tahu?” tanyaku langsung padanya. Karena, kalau pr

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 4

    Aku menjerit, karena sudah terlalu lama tidak berhubungan intim dengan suami, kakiku langsung lemas dan gemetar. Akhirnya, hanya bisa mengaitkan tangan di bahu pria itu agar tidak terjatuh.Kepala pria itu bergerak-gerak di dadaku, lidahnya dengan lincah bergerak di antara kedua puting, sesekali mengeluarkan suara isapan seperti bayi.Sekalipun aku kurang paham, setidaknya aku adalah seorang ibu yang pernah melahirkan. Menyadari ada yang tidak beres, aku segera mendorong kepalanya menjauh.Pria itu mengangkat kepalanya, masih ada sedikit cairan putih susu di sudut bibirnya. Dia menjilat dengan ujung lidahnya dan tersenyum licik penuh kepuasan.“Kamu… kamu bukan sedang membantuku!” bentakku padanya, sama sekali tidak memedulikan tubuhku yang lemas.“Hm….” Pria itu mengecap bibirnya, seolah sedang menikmati sisa rasanya.Menghadapi pertanyaanku, dia tidak panik sedikitpun. Sebaliknya, dia merangkul pinggangku dan berbisik, “Pelankan suaramu. Kalau sampai Eny terbangun, menurutmu siapa ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status