Home / Urban / Revenge / Di Lelang

Share

Di Lelang

Author: Yani Santoso
last update Last Updated: 2021-02-06 20:57:43

Malam pertama di rumah berlantai dua itu, terasa begitu lama.

Walau di dalam kamar, Gendis bisa mendengar suara orang berlalu lalang melewati kamar tempat dia dan Suli berada, namun dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja mereka yang berjalan di lorong depan kamarnya.

Gendis mendekati Suli yang sedang terbaring di tempat tidur, peluh membasahi kening Suli.

Di raihnya baskom berisi air lalu menyekanya dengan handuk kecil yang ada di dalamnya.

Suli memegang tangan Gendis yang tengah menyeka peluh di keningnya.

"Gendis, aku baik-baik saja. Sebaiknya kamu beristirahat untuk memulihkan tenagamu." 

Lalu Suli bangkit dan menyandarkan tubuhnya di tempat tidur.

"Aku tidak bisa tidur Suli, di luar berisik sekali. Aku takut jika tiba-tiba ada orang masuk ke kamar ini."

Gendis duduk di sisi tempat tidur, sesekali matanya melihat ke arah pintu.

"Mereka tidak akan masuk ke sini sebelum memenangkan lelang."

"Apa ... lelang?" pekik Gendis.

"Iya. Orang-orang yang datang ke sini, adalah mereka yang telah memenangkan lelang sebelumnya." Suli menjelaskan.

"Benar-benar gila. Mereka menyamakan manusia seperti sebuah benda," desis Gendis.

"Mereka memang biadad, Gendis. Itulah sebabnya, kamu harus bertahan untuk bisa pergi dari tempat ini."

"Tapi bagaimana caranya, Suli? Kamu lihat, kan, di luar penuh penjaga bahkan aku lihat ada dua ekor anjing di bawah sana."

Gendis mengarahkan telunjuknya keluar jendela, dimana dia melihat dua ekor anjing ketika datang ke rumah ini. 

"Kamu lihat itu, Suli. Bahkan di luar sana, para penjaga berkeliaran menjaga tempat ini 24 jam."Gendis menyibak gorden yang menutup jendela kamar.

Melihat betapa ketatnya penjagaan di rumah ini, membuat Gendis merasa putus asa. Namun dia tidak akan menyerah begitu saja. Dan untuk menjadi pemuas nafsu para pria hidung belang, juga bukan impiannya.

Gendis mondar-mandir di dalam kamarnya, Suli hanya menatap apa yang dilakukan Gendia tanpa bisa berbuat apa-apa. 

Karena dia tahu betul, melarikan diri dari tempat ini adalah sebuah kemustahilan.

Suli ingat betul, bagaimana dia pernah mencoba melarikan diri dari tempat ini, di awal kedatangannya.

Bahkan, sebelum kakinya menginjak luar pagar, penjaga sudah menyeretnya kembali untuk masuk ke dalam rumah, yang mengakibatkan dia mendapat hukuman dan harus di kurung di dalam gudang selama 3 hari 3 malam.

Mengingat apa yang pernah terjadi padanya, Suli menarik nafas dalam, sambil menggelengkan kepala.

Dalam hati dia berkata "Gendis, apakah kamu juga akan melakukan seperti apa yang aku lakukan dulu?"

"Suli, lihat ... apakah kamu tahu, apa yang ada di belakang tembok itu?"

Gendis memberi isyarat pada Suli untuk mendekat padanya, yang masih berdiri di dekat jendela, sementara matanya mengawasi sekitar rumah yang di kelilingi dinding yang sangat tinggi.

Suli perlahan mendekat ke arah Gendis dan berdiri di sebelahnya, lalu dia berkata.

"Di belakang tembok itu adalah hutan yang menuju ke arah perbukitan yang ada di sebelah sana. Kamu akan melihatnya dengan jelas di siang hari." 

"Jadi ... rumah ini ada di dekat hutan?" tanya Gendis.

"Iya. Jauh dari perkampungan. Butuh 3 jam perjalanan untuk sampai ke kota menggunakan mobil." Suli menjelaskan.

"Aku beberapa kali keluar dari rumah ini, ketika tamu yang membookingku membawaku keluar dari tempat ini."

"Keluar dari tempat ini? Berarti kita bisa lari ketika berada di luar, kan, Suli?" Gendis bertanya dengan naive.

Suli menggelengkan kepala lagi, lalu menjawab, "Tidak semudah itu, Gendis. Karena anak buah Dirga akan mengikuti kemananpun kita pergi."

Gendis menarik nafas berat, lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

"Apakah kita akan menjadi pelacur selamanya, Suli?" tanya Gendis, lalu gadis itupun menangis membayangkan apa yang akan menimpa dirinya setelah malam ini.

****

Brakk ....

Pintu di buka dengan kasar, hingga membuatku berjingkat dan sponpan berdiri dari ranjang yang ku duduki.

"Bawa dia kelaur!" Seorang pria berpakaian rapi memberi perintah pada pria bertato yang semalam menghanjar Suli.

Dengan kasar, pria itu menarik tanganku kasar dan membawaku ke hadapan pria tersebut.

"Beri dia pakaian yang sudah disiapkan, setelah itu bawa dia turun."

Kali ini, Tania, wanita yang mengaku sebagai istri Dirga mendekatiku.

Lalu dia memandang ke arah pria yang menarik tanganku, "Kalian keluarlah, biar aku yang menangani ini."

Pria itu memandang Tania sejenak, sebelum akhirnya beranjak meninggalkan kamar.

"Buka bajumu, dan ganti dengan ini."

Tania menyerahkan sebuah baju berwarna biru padaku. Aku membolak balik baju itu dengan perasaan bingung.

Tidak ada lengan pada paju ini, dan sangat kecil.

"Bagaimana aku memakai baju seperti ini, apakah ini baju dalaman?" tanya Gendis polos.

"Buka bajumu!" bentak Tania.

Lalu, Tania berusaha membuka paksa pakaian yang dikenakan Gendis.

"Jangan sentuh aku." Gendis mendorong tubuh Tania hingga membuatnya hampir terjengkang.

Namun Tania dengan cepat memegang tangan Gendis dan menariknya ke belakang, hingga membuatnya berteriak kesakitan.

"Sakit, lepaskan ...." Teriak Gendis.

"Ikuti perintahku, atau aku akan mematahkan tanganmu." ancam Tania, yang membuat Gendis menggangguk karena tidak sanggup lagi menahan rasa sakit.

"Baik ... tapi lepaskan tanganku."

Tania melepaskan tangan Gendis dan menyerahkan baju yang tadi sempat di lempar Gendis.

Dengan Ragu, Gendis membuka bajunya. Namun, dengan kasar Tania membuka dengan cepat baju yang dikenakan Gendis.

Hingga membuat Gendis hampir telanjang dan hanya menyisakan celana dalamnya saja.

Gendis buru-buru menutup dadanya dengan kedua tangannya.

Tania mencebik melihat apa yang dilakukan Gendis.

"Jangan konyol dan kampungan, cepat pakai baju itu."

Gendis kemudian memakai baju yang disodorkan oleh Tania. Baju dengan model 'tube' itu hanya menutupi bagian dada hingga sebagian paha tania, bahkan, dadanya terlihat begitu menonjol seperti hendak keluar.

Tania sibuk menaik turunkan baju yang kini melekat di tubuhnya. Tiap dia tarik ke atas, maka bokongnya akan menyembul keluar, apabila dia turunkan, justru dadanya yang keluar.

Hingga membuatnya hampir menangis melihat dirinya sendiri dengan penampilan setengah bugil.

Tania mengeluarkan make up dari dalam tasnya, lalu memoles wajah cantik Gendis. 

Tak butuh lama, untuk merubah penampilan Gendis hingga terlihat begitu sensual dengan warna make up yang cerah.

"Jangan cengeng, tersenyum dibhadapan tamu yang datang." Perintah Tania sebelum mereka meninggalkan kamar.

Gendis memandang Suli dengan pandangan menghiba, namun Suli hanya bisa menggeleng lemah dari atas tempat tidur.

Tania menggandeng tangan Gendis menuruni tangga menuju lantai bawah, dimana banyak orang berada disana.

Beberapa gadis muda dan cantik dengan penampilan yang tidak jauh berbeda dengan dirinya berdiri berjejer.

Sementara Dirga duduk di sebuah sofa di dampingi Tania.

Sementara ada beberapa pria dengan pakaian rapi ada di sana, dari penampilannya, mereka bukanlah orang sembarangan.

Dirga berdiri dan maju ke depan, lalu dia berkata, " Selamat datang tuan-tuan sekalian, sudah cukup lama kita tidak bertemu, ya. Dan beruntung sekali, kali ini, saya punya barang baru."

Lalu Dirga menatap kearahku, kemudian melanjutkan kalimatnya, " Dia baru menghabiskan malam pertamanya kemarin, jadi bisa dibilang, masih baru."

Kemudian beberapa pria itu tertawa mendengar ucapan Dirga, seorang dari mereka berkata, "Di buka dengan harga berapa?"

Dengan cepat, seorang diantara mereka mengacungkan tangan sambil nyebutkan nominal "Sepuluh juta."

"Lima belas juta," balas yang lain.

Beberapa saat ruangan menjadi hening, lalu seorang lagi berkata, "Dua puluh juta."

Gendis menggigit bibir bawahnya, merasa dirinya seperti sebuah barang dagangan yang diperjual belikan.

Setelah tawaran seharga dua puluh juta, tidak ada lagi yang memberi penawaran, hingga muncul seorang pria yang langsung bergabung dengan mereka dan memberi sebuah penawaran, "Tiga puluh juta, dan aku butuh dia dua hari."

"Dia masih baru," ucap Dirga.

"Tapi dia sudah tidak perawan, apanya yang baru."

Hati Gendis bagai teriris mendengar percakapan itu, begitu rendahnya dirinya dihadapan mereka.

"Deal!" Ucap Dirga sambil menutup acara lelang.

Pria yang baru masuk dan memenangkan lelang atas diriku, berjalan mendekat ke arahku.

Dia menatapku seperti kucing kelaparan.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Revenge   Saling Memaafkan

    "Calon mantu?"Kali ini ayah Gendis yang mengulang kalimat.Dengan pandangan bingung, laki-laki paruh baya itu berdiri, mendekati tamu yang baru datang ke rumahnya.Ditatapnya satu persatu wajah orang-orang yang baru datang ke rumahnya itu."Gendis, apa benar, kamu kenal dengan mereka?" tanya nya.Diarahkan pandangan matanya pada anak perempuannya itu.Gendis mengerjap, merasa bingung harus dari mana dia menceritakan semuanya. Karena sejak kedatangannya kembali ke rumah, belum sempat bercerita pada kedua orang tuanya. Yang mereka tahu, kalau anak perempuannya telah pulang kembali ke rumah dan berkumpul bersama mereka."Bapak, Gendis kenal dengan mereka. Merekalah yang telah menyelamatkan Gendis dari cengkeraman jahat Dirga dan bapaknya," ujar Gendis menjelaskan."Saya Steve, Pak," ucap Steve sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan bapak Gendis.Sejenak merasa ragu, lalu, disambutnya ukuran tangan pemuda jangkung yan

  • Revenge   Menyusul Gladys

    Steve membanting tubuhnya di atas tempat tidur, diembuskan kasar napasnya.Ada rasa kesal sekaligus kesedihan yang bercampur jadi satu.Dibukanya kembali surat yang ditulis Gladys."Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku," dengkus Steve.Dia melempar surat itu kasar, lalu menenggelamkan tubuhnya di atas tempat tidur, tatapannya kosong, menerawang menembus langit-langit kamar.Diletakkannya sebelah tangan di atas dahi.Beberapa kali Steve merubah posisi tidurnya, lalu dia bergegas bangkit menuju lemari pakaian, mengganti piyama dengan kemeja lengan panjang, yang digulung hingga bawah siku.Rasa nyeri di perut, tidak dirasakan lagi."Tuan Muda, mau pergi? Biar saya yang nyetir mobilnya," ucap pak Markus, saat melihat Steve berjalan menuju garasi."Tidak usah, Pak. Saya bisa nyetir sendiri," jawab Steve."Tapi Tuan Muda belum sepenuhnya pulih ....""Pak Markus, aku bisa sendiri." Steve menolak."Tapi mau keman

  • Revenge   Gladys Meninggalkan Rumah Steve

    Di dalam kamar, Gladys terduduk lesu.Hati kecilnya ingin sekali tinggal di rumah ini lebih lama, terlebih saat ini sikap Steve tidak sedingin sebelumnya.Namun di sisi hatinya yang lain, keinginan untuk bertemu orang tuanya semakin menggebu, apalagi sudah hampir tiga tahun sejak Dirga membawanya keluar dari rumahnya, belum pernah sekalipun dia bertemu atau sekedar mendengar kabar tentang keluarganya.Cukup lama Gladys terpekur, sesekali matanya menatap langit-langit kamar, lalu kembali menunduk. Beberapa kali dia menarik napas dalam."Dys ... kamu dari mana?" tanya Suli yang baru keluar dari kamar mandi."Oh, aku baru saja dari halaman depan. Menghirup udara pagi," jawab Gladys.Dia kembali menunduk, meremas jari jemarinya, lalu beranjak menuju lemari pakaian. Suli memperhatikan setiap gerak-gerik sahabatnya itu tanpa mengeluarkan sepatah kata."Buat apa kamu mengeluarkan tas itu, Dys? Juga pakaian itu ....?" tanya Suli keheranan saat me

  • Revenge   Maaf

    Steve sudah kembali ke rumahnya, di hari kedua, dia bahkan sudah bisa berjalan-jalan di sekitar rumah, walau sedikit lambat.Namun pagi ini, rupanya ada yang sedang mengganjal hatinya, hingga membuatnya terlihat tidak tenang, wajah dinginnya terlihat sedikit murung.Akan tetapi, dia berusaha untuk tetap bersikap tenang, walau getar-getar di hatinya, membuatnya susah tidur.Beberapa kali dia menarik napas berat, lalu dengan kasar mengembuskannya."Tuan ...."Sebuah panggilan lembut mengagetkan lamunannya, Steve menoleh ke arah suara. Di sana, Gladys berdiri dengan menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku."Gladys, kamu sudah bangun?" tanya Steve."Sudah, Tuan sendiri ... kenapa sudah berada di luar. Ini masih sangat pagi," jawab Gladys.Steve yang mendengar pertanyaan Gladys menjadi sedikit kikuk, lalu dengan cepat dia menjawab, "Oh, aku ingin mencari udara segar. Berbaring di tempat tidur membuatku bosan.""Oh, begitu ..

  • Revenge   Love it or Hate it

    Gladys berlari sepanjang koridor, di belakangnya, Suli dengan napas terengah mencoba mengejar langkah sahabatnya itu.Pikirannya sangat kacau, ketika Roy mengabarkan kalau saat ini Steve tengah menjalani operasi, walaupun Roy juga sudah mengatakan kalau semua baik-baik saja.Kedua wanita itu kemudian masuk ke dalam salah satu ruangan, di mana terdapat dua orang pria berbadan tegap berdiri di dekat pintu.Mereka adalah anak buah Steve yang sengaja ditugaskan oleh Roy untuk berjaga di luar."Steve ... bagaimana keadaanmu?" tanya Gladys begitu dia berada di dalam ruangan."Dia baik-baik saja, operasinya berjalan lancar." Roy yang duduk di kursi sebelah brankar menjawab."Syukurlah." Gladys menarik napas lega sembari mendekat ke arah Steve yang masih terbaring.Gladys duduk di sebelah Roy, sembari meraih tangan Steve."Ouh ... sakit," rintih Steve ketika tidak sengaja Gladys menyentuh bagian tubuh Steve yang terlukan."Maaf, aku

  • Revenge   Sakit Hati Suli

    "Keluar, atau aku akan menyeretmu dari sana!" Gladys kembali berteriak. Suaranya menggema ke seluruh ruangan.Setelah menunggu beberapa saat, tidak ada tanda-tanda ada orang lain di dalam ruangan itu.Gladys berjalan pelan menuju meja, suara sepatunya memaku lantai.Tok tok tok ....Baru beberapa langkah, Gladys berhenti.Dari bawah meja, tampak seseorang berjongkok, lalu perlahan dia bangkit berdiri menghadap arah Gladys.Melihat siapa yang muncul dari balik meja, Gladys tersenyum. Lalu dia berkata."Kita bertemu lagi, Tania. Walau dalam suasana yang berbeda," ucap Gladys."Iya, senang bisa bertemu denganmu lagi, Gendis."Tania berkata sambil merapikan rambutnya, dia berusaha bersikap tenang, namun tetap saja, kegugupan tampak jelas di wajahnya.Tiba-tiba, Suli yang sejak tadi diam di depan pintu, berlari menghampiri Tania, dan tangan kanannya langsung bergerak cepat meninju wajah Tania.Mendapat serangan yang tib

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status