Share

Bab 2

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-29 08:46:39

Keesokan harinya, Alexa duduk di ruang tamu sambil menggaruk pelipisnya yang sama sekali tidak gatal. Ia masih tidak percaya dengan kebetulan konyol yang menimpanya, pria yang semalam menyelamatkannya dari dua penjahat ternyata adalah guru privat yang ibunya pilihkan. Sungguh, keberuntungan macam apa ini?

Rose, sang ibu, berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya jelas-jelas masih menyimpan amarah karena ulah Alexa yang mencoba kabur semalam.

"Theo, ini putriku, Alexa Moore," ucap Rose tajam. "Aku sudah lelah menasehatinya setiap hari. Jadi aku minta bantuanmu untuk mendidiknya. Aku ingin nilai Alexa jauh lebih baik tahun ini."

Theo, pria matang yang semalam tampak gagah saat menolongnya, kini menatap Alexa dengan tatapan tenang namun menusuk. Namun Alexa pura-pura tidak peduli. Ia sengaja mendongak ke langit-langit, menolak balas menatap, seakan-akan keberadaan pria itu tak lebih penting dari debu di karpet.

"Putrimu ini punya banyak kelebihan, Nyonya," ucap Theo akhirnya.

Rose langsung menyambar. "Sangat. Dan kelebihan yang paling menonjol adalah kenakalannya yang tidak pernah surut. Berapa kali aku dipanggil ke sekolah karena sikapnya yang tidak tahu aturan!"

Theo hanya menghela nafas panjang, seolah sudah bisa membayangkan betapa berat tugas yang menantinya. "Baiklah. Saya akan mulai mengajar besok."

Rose mengibaskan tangan. "Tidak, lebih baik kau bawa saja dia bersamamu. Di rumah ini, Alexa hanya tahu bermain game dan melupakan pelajaran."

Alexa mendengus. "Bu! Apa ibu sebegitu tidak sukanya aku tinggal di sini sampai tega menyuruhku tinggal bersama pria asing yang bahkan baru kukenal?!"

Meski mulutnya protes, dalam hati Alexa tak bisa menutupi rasa tertarik. Guru privat yang satu ini jauh dari bayangannya. Bukan wanita kaku berkacamata, tapi pria dewasa, matang, berkarisma… dan jelas-jelas menggoda. Lebih dari itu, belum menikah.

Tiba-tiba seorang pelayan masuk, menyeret koper besar berisi pakaian Alexa yang sudah terkemas rapi.

Alexa membelalak. "BU?! Apa-apaan ini?!"

Rose menatapnya dingin. "Tidak perlu kabur lagi. Theo akan jadi guru privatmu mulai hari ini. Dan sampai kau membuktikan nilai ujianmu membaik, kau tidak boleh menginjakkan kaki di rumah ini."

Alexa tercekat. Benarkah ia baru saja diusir dari rumahnya sendiri?

Dengan mata membelalak, ia menoleh ke Theo. "Paman! Anda tidak mau bilang sesuatu? Bagaimana bisa Anda begitu saja menyetujui semua omongan ibuku?!"

Rose menatap putrinya datar. "Theo tidak akan membantah. Keluarga kita sudah lama berhubungan dengan keluarganya. Mulai sekarang, ibu mempercayakanmu padanya."

Theo melangkah mendekat, menjaga jarak dua meter dari Rose, lalu mengangguk sopan. "Jadi… saya akan membawa putri Anda hari ini?"

"Ya," jawab Rose tanpa ragu. "Didik dia. Aku percaya padamu, Theo."

Alexa ternganga. Rahangnya nyaris jatuh mendengar ibunya dengan santai menyerahkan hidupnya pada orang lain.

Theo hanya menatap sekilas, wajahnya tetap datar. "Baiklah. Kalau begitu, mulai hari ini, saya akan membawanya."

Alexa melonjak dari sofa. "What the hell is that?! Tidak mungkin aku—!"

Namun teriakan protesnya tak mengubah apa pun. Hari itu, mau tak mau, Alexa tetap dibawa oleh Theo di kediaman pribadi pria itu.

**

Kediaman Theo tidaklah mewah seperti rumah keluarganya. Hanya sebuah bangunan dua lantai sederhana dengan tiga kamar tidur di atas, sebuah ruang baca berbau buku tua di lantai bawah, serta dapur yang menyatu langsung dengan ruang tamu. Rumah itu terasa tenang, terlalu tenang untuk Alexa yang terbiasa dengan hiruk-pikuk fasilitas lengkap dan pelayan yang siap sedia.

Ia berdiri di ambang pintu, kedua lengannya terlipat, menatap punggung bidang Theo yang dibalut kemeja hitam polos. Bahu pria itu tampak kokoh, nyaris mengintimidasi.

"Kenapa kau tidak menolak ketika ibuku menyuruhmu membawaku tinggal di sini?" suara Alexa meluncur penuh protes, meski dalam hatinya ada getar halus yang tak ia akui.

Theo berbalik perlahan, membuat Alexa refleks menelan ludah. Tubuh pria itu menjulang, sorot matanya dalam, suaranya ketika keluar terdengar berat sekaligus berwibawa.

"Mulai hari ini, kau adalah tanggung jawabku sampai nilaimu membaik. Semua aturan di rumah ini harus kau patuhi. Jika melanggar, konsekuensinya akan kau terima."

Tatapan itu menusuk seolah mampu menguliti lapisan terluar dirinya. Jantung Alexa berdegup cepat, bukan hanya karena takut, tapi juga karena tubuhnya bereaksi dengan cara yang tak ia pahami.

Theo kembali bergerak, menunjuk ke arah tangga. "Kamarmu di sebelah kiri. Kau akan tinggal di sana mulai malam ini." Lalu, tanpa banyak bicara, ia berjalan menuju dapur, membuka lemari es, dan mengeluarkan satu kaleng minuman dingin.

"Pelajaran pertama dimulai sore nanti," lanjutnya datar. "Tidak ada alasan menolak atau menghindar. Setiap kesalahan, lima poin akan dikurangi."

Alexa mendengus, menurunkan tangannya ke pinggang, lalu melangkah mendekat penuh keberanian. Dengan gerakan cepat, ia merampas kaleng dari tangan Theo.

"Oh ya? Bagaimana kalau aku tidak mau? Aku tidak peduli nilai, apalagi orang asing yang tiba-tiba jadi 'penjaga'ku." Alexa menantang, lalu meneguk minuman itu dengan sengaja di depan Theo.

Dua alis pria itu terangkat. Bahunya condong ke depan, mendekat, hingga wajah Alexa merasakan hembusan nafas hangatnya. Refleks, ia memundurkan kepala dengan panik.

"Kalau begitu…" Theo menundukkan suaranya, makin berat, makin menekan. "Aku harus lebih tegas pada anak nakal sepertimu."

Atmosfer ruangan berubah tegang, membuat Alexa terdiam, sementara Theo menatapnya seperti seorang predator yang baru saja menemukan mangsanya.

"Dan aku juga tidak pernah segan terhadap siapapun, Nona Alexa." lanjutnya dengan nada lebih tajam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 6

    Theo menuntun Alexa masuk ke ruang perawatan sekolah, lalu menepuk kursi agar gadis itu duduk. Tanpa banyak bicara, ia menyerahkan selembar tisu. "Seka air matamu," ucapnya singkat, nada dinginnya kali ini dibalut ketenangan yang samar-samar menyerupai kepedulian.Alexa menerima tisu itu, berusaha menghapus sisa tangisnya meski suaranya masih bergetar. Ia tahu, ia tidak boleh mengatakan hal sebenarnya, bahwa baru saja ia menyaksikan Dylan, kekasihnya, mencumbu perempuan lain. Itu terlalu memalukan, dan Theo bukanlah orang yang tepat untuk mendengar rahasia itu.Akhirnya Alexa mengangkat tangan kanannya. Punggung dan telapak tangan itu masih merah, bukti tamparan keras yang tadi ia berikan pada Dylan. "Aku… terjepit pintu. Tanganku sakit," bohongnya cepat.Theo menghela nafas panjang, jelas tidak percaya. Wajah yang semula tampak khawatir kini berubah menjadi ekspresi jengah. "Sebaiknya kau lebih hati-hati, Alexa," gerutunya.Ia lalu mengambil kotak es dari lemari kecil di sudut ruang

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 5

    Alexa sengaja bangun lebih awal, berangkat ke sekolah sebelum Theo sempat membangunkannya dengan cara aneh yang tak pernah ia duga. Setelah percakapan semalam, ada sesuatu yang membuatnya merasa terancam, atau mungkin hanya imajinasinya sendiri."Aku tidak seharusnya takut padanya. Kalau benar dia pedofil, dia tidak akan menargetkan diriku, kan?" batinnya. Namun seketika ia mengumpat dalam hati. "Sialan, tapi tubuhnya memang bagus sekali.""Tubuh siapa?" suara Felix membuatnya hampir melompat dari kursi.Felix meletakkan satu kotak sandwich di hadapan Alexa sambil duduk di bangku sebelahnya.Alexa tersentak kaget, lalu buru-buru menutupinya. "Seseorang yang bikin aku iri," jawabnya seenaknya.Felix menatap curiga, keningnya mengernyit. "Jangan bilang orang yang sekarang tinggal denganmu. Kau bahkan tidak pernah memberitahuku siapa dia. Kenapa bisa tiba-tiba kau tinggal di rumahnya?""Kau pikir aku kenal orang itu sebelumnya?" ketus Alexa sambil menggigit sandwich. "Aku bahkan tidak ta

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 4

    Satu jam berlalu sejak Theo mulai menjelaskan materi, tapi Alexa sudah lebih dulu menyerah. Tubuhnya jatuh setengah malas ke atas meja, pipi menempel pada buku catatan yang isinya pun tidak ia pahami.Sementara itu, Theo tetap fokus. Dengan posisi setengah membelakanginya, pria itu sibuk menjabarkan rumus-rumus panjang di papan tulis. Dari celah lengannya, Alexa mengintip, lalu tanpa sadar mulai menirukan gerakan bibir Theo, seolah mengejek."Kau tidak lelah?" tanya Alexa tiba-tiba, suaranya terdengar manja sekaligus jengah.Theo menoleh sebentar, lalu menatap jam tangannya. Jarum pendek hampir menyentuh angka sepuluh. "Kau bisa istirahat. Besok sebelum pukul tujuh, kau harus sudah siap ke sekolah."Alexa memutar bola matanya, ingin membantah. Namun sebelum sempat berkomentar, Theo meraih buku catatan di depannya. Alis tebal pria itu terangkat tinggi ketika melihat hasil kerja Alexa selama satu jam terakhir.Ketukan ringan sebuah pulpen mendarat di kepala Alexa. "Aw!" pekiknya, sambil

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 3

    Theo baru saja membawa dua buku dari kamarnya menuju ruang baca, bersiap memulai pelajaran pertama untuk Alexa. Namun langkahnya terhenti begitu suara deru motor terdengar dari luar.Dengan langkah cepat, ia membuka pintu, dan matanya langsung menangkap sosok Alexa yang kabur, membonceng di belakang seorang pemuda dengan motor sport.Theo mendengus pelan, bibirnya meliuk tipis. "Aku rasa ujian kesabaranku dimulai lebih cepat dari yang kuduga."Motor yang ditumpangi Alexa berhenti di sebuah area balapan liar. Sorak-sorai anak muda, bau bensin bercampur asap knalpot, dan cahaya lampu jalan yang temaram membuat suasana sore menjelang malam itu mendidih.Alexa melepaskan helmnya dan menyerahkannya pada pengendara, Felix, sahabatnya sekaligus pembalap malam itu."Kenapa sekarang kau tinggal di tempat lain, Lexa?" tanya Felix, menatapnya penuh selidik.Alexa menoleh, nada suaranya penuh nada menantang. "Aku diusir dari rumah oleh ibuku. Sekarang aku harus tinggal di rumah itu demi mengejar

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 2

    Keesokan harinya, Alexa duduk di ruang tamu sambil menggaruk pelipisnya yang sama sekali tidak gatal. Ia masih tidak percaya dengan kebetulan konyol yang menimpanya, pria yang semalam menyelamatkannya dari dua penjahat ternyata adalah guru privat yang ibunya pilihkan. Sungguh, keberuntungan macam apa ini?Rose, sang ibu, berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya jelas-jelas masih menyimpan amarah karena ulah Alexa yang mencoba kabur semalam."Theo, ini putriku, Alexa Moore," ucap Rose tajam. "Aku sudah lelah menasehatinya setiap hari. Jadi aku minta bantuanmu untuk mendidiknya. Aku ingin nilai Alexa jauh lebih baik tahun ini."Theo, pria matang yang semalam tampak gagah saat menolongnya, kini menatap Alexa dengan tatapan tenang namun menusuk. Namun Alexa pura-pura tidak peduli. Ia sengaja mendongak ke langit-langit, menolak balas menatap, seakan-akan keberadaan pria itu tak lebih penting dari debu di karpet."Putrimu ini punya banyak kelebihan, Nyonya," ucap Theo akhirnya.Rose

  • Ruang Panas Bersama Guru Privat   Bab 1

    "ALEXA!" Teriakan lantang memecah keheningan kamar. Pintu terbuka kasar, dan Rose, wanita paruh baya dengan wajah tegang penuh emosi muncul sambil menghentakkan selembar kertas ke atas meja. "Bu, bisakah ibu tidak menggangguku? Aku sedang main game," keluh Alexa malas, tak melepaskan pandangannya dari layar. Namun Rose tak memberi kesempatan. Dengan sekali tarik, kabel komputer tercabut. Layar gelap seketika. Alexa mendengus kesal, melepaskan headphone dan berdiri. Belum sempat ia melawan, sang ibu sudah mengacungkan kertas itu di depan wajahnya. "Kau sudah delapan belas tahun, Lexa. Sebentar lagi sembilan belas! Tahun ini seharusnya kau lulus. Tapi dengan nilai seperti ini…" Rose menepuk keras kertas itu, "universitas mana yang mau menerima murid sepertimu?!" Alexa hanya memutar bola mata. "Bu, lulus atau tidak, aku tetap pewaris perusahaan ayah dan ibu. Aku anak satu-satunya. Tidak ada yang bisa merebut itu dariku." Ucapan itu membuat Rose menarik nafas panjang, berusaha mena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status