Share

Rumor Baru

Author: YuRa
last update Last Updated: 2025-06-26 21:30:46

Esti menatap layar ponselnya. Dadanya sesak. Jemarinya gemetar memegang gawai itu. Foto yang dikirim tak jauh berbeda dari yang Haris lihat beberapa waktu lalu diambil dari sudut mencurigakan, menampilkan dirinya dan Alfan sedang berbicara di supermarket. Tapi kali ini, dengan caption jahat yang menghantam reputasinya dan harga dirinya.

"Seorang guru BK, bersuami, tapi ternyata bersama dengan laki-laki lain."

Esti menelan ludah. Otaknya berputar cepat, siapa yang mengirim ini? Bagaimana mereka tahu dia seorang guru BK? Apa maksud dari semua ini?

"Ancaman? Fitnah? Atau hanya orang iseng yang ingin merusak?"

Ia duduk di tepi ranjang, menarik napas panjang. Tapi tenangnya tak bertahan lama. Ia memeriksa ulang pesan itu, tidak ada nama pengirim, hanya nomor asing. Tidak bisa dibalas. Tak ada petunjuk.

Detik berikutnya, pikirannya langsung terbang ke sekolah.

"Bagaimana kalau ini tersebar ke lingkungan kerja? Bagaimana kalau kepala sekolah atau siswa-siswi tahu? Nama baikku, anak-anakku, d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
oliv
ceritanya mbulet gak karuan... mau dibawa kemana alurnya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Rumor Baru

    Esti menatap layar ponselnya. Dadanya sesak. Jemarinya gemetar memegang gawai itu. Foto yang dikirim tak jauh berbeda dari yang Haris lihat beberapa waktu lalu diambil dari sudut mencurigakan, menampilkan dirinya dan Alfan sedang berbicara di supermarket. Tapi kali ini, dengan caption jahat yang menghantam reputasinya dan harga dirinya."Seorang guru BK, bersuami, tapi ternyata bersama dengan laki-laki lain."Esti menelan ludah. Otaknya berputar cepat, siapa yang mengirim ini? Bagaimana mereka tahu dia seorang guru BK? Apa maksud dari semua ini?"Ancaman? Fitnah? Atau hanya orang iseng yang ingin merusak?"Ia duduk di tepi ranjang, menarik napas panjang. Tapi tenangnya tak bertahan lama. Ia memeriksa ulang pesan itu, tidak ada nama pengirim, hanya nomor asing. Tidak bisa dibalas. Tak ada petunjuk.Detik berikutnya, pikirannya langsung terbang ke sekolah."Bagaimana kalau ini tersebar ke lingkungan kerja? Bagaimana kalau kepala sekolah atau siswa-siswi tahu? Nama baikku, anak-anakku, d

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Menyesal

    Keesokan harinya, Haris datang lebih awal dari biasanya ke rumah Esti. Ia membawa oleh-oleh kecil dari perjalanannya, mainan edukatif untuk Ais dan buku cerita untuk Mei. Tapi sejujurnya, bukan itu alasan utamanya datang pagi-pagi begini. Hatinya masih dibayangi foto semalam.Saat pintu dibuka, Esti tampak sedikit terkejut melihatnya."Mas? Kok tumben pagi sekali?""Baru sampai dari luar kota. Sekalian mampir, kangen anak-anak," jawab Haris, berusaha terdengar santai.Esti mengangguk, mempersilakannya masuk. "Mereka masih tidur, tadi malam agak larut tidurnya.”Haris duduk di sofa. Ruangan itu terasa sama seperti biasanya, hangat, tenang tapi pikirannya tidak tenang. Ia memperhatikan Esti yang sedang menuangkan teh ke gelas, gerakan tangannya luwes, biasa saja. Seolah tidak terjadi apa-apa.Dan itu justru membuat Haris semakin ragu. Apa benar ia harus menanyakan soal foto itu?"Esti…" Haris akhirnya membuka suara, suaranya lebih pelan dari biasanya.Esti menoleh, lalu duduk di kursi

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Mimpi Masa Lalu

    Haris tertegun menatap layar ponselnya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.Foto itu tidak panjang lebar, tidak pula disertai pesan. Hanya satu gambar, Esti dan seorang pria sedang berdiri di lorong supermarket. Sang pria tampak menatap Esti, dan Esti, meski tidak tersenyum lebar, terlihat nyaman. Pengambilan fotonya tepat, seakan menangkap sebuah momen intim yang tak diucapkan.Sesuatu terasa menyesak di dada Haris."Berarti Esti sudah dekat dengan seseorang, ya?" gumamnya. Suaranya pelan, seperti bicara pada diri sendiri.Ia menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya masih tertuju pada foto yang kini memenuhi layar ponsel. Matanya memperhatikan sosok pria itu. Dari potongan rambut dan posturnya, pria itu tampak lebih muda. Rapi, santai, penuh percaya diri."Kelihatannya lebih muda dari Esti… Sudah berapa lama mereka berhubungan?" pikir Haris, meski ia tahu itu bukan pertanyaan yang akan mendapat jawaban malam ini.Ada rasa yang tiba-tiba asing di hati Haris. Bukan

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Bertemu Masa Lalu

    "Esti?"Sebuah suara memanggil pelan, nyaris ragu. Esti, yang tengah mendorong troli berisi belanjaan di antara lorong rak-rak swalayan, spontan menoleh ke arah suara itu. Begitu matanya menangkap sosok yang memanggil, langkahnya terhenti. Matanya membesar sedikit, seolah otaknya butuh waktu ekstra untuk memproses kenyataan yang berdiri di hadapannya."Alfan?" gumamnya nyaris tak terdengar. Tapi cukup bagi lelaki itu untuk mendengarnya.Alfan mengangguk, bibirnya mengulas senyum yang tak bisa Esti tebak artinya. "Iya, aku Alfan. Apa kabar?”Esti menarik napas pendek. "Alhamdulillah, baik." Suaranya tenang, tapi dadanya terasa hangat, bukan karena rindu, tapi karena kenangan yang tiba-tiba mengalir deras tanpa permisi.Alfan. Nama yang dulu sempat memenuhi hari-harinya. Pria yang pernah hampir menjadi rumah, tapi justru pergi meninggalkan reruntuhannya."Kok kamu ada di sini?" tanyanya singkat, mencoba menjaga nada tetap datar."Belanja," jawab Esti, cepat dan seadanya.Alfan tertawa k

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Belum Utuh

    “Tidurlah dulu, Mas. Temani Ais, ya,” kata Esti pelan sambil menyentuh lengan Haris dengan lembut.Mereka baru saja tiba di rumah setelah beberapa hari di klinik. Kondisi Ais, anak bungsu mereka, sudah jauh membaik. Kini tinggal menunggu waktu untuk benar-benar pulih.“Iya, Ayah. Ais pengin tidur bareng,” ujar Ais dengan mata sayu, masih terasa lelah tapi manja.Haris tersenyum, mengangguk tanpa kata. Ia tahu Ais butuh kehadirannya malam ini.“Aku ke belakang dulu, beresin barang-barang,” ucap Esti sembari berbalik meninggalkan kamar. Suaranya terdengar ringan, tapi langkahnya mengisyaratkankeletihan yang ia sembunyikan.Di belakang, aroma cucian kotor dan sisa-sisa rasa panik dari hari-hari sebelumnya masih menyelimuti. Esti mulai menata barang-barang yang mereka bawa dari klinik. Baju kotor dimasukkan ke mesin cuci satu per satu. Di sela suara air mengalir dan deru mesin, ia menyiapkan makan siang.Menu sederhana tapi penuh cinta: sup ayam hangat, tempe goreng renyah, telur dadar is

  • Runtuhnya Sebuah Kesetiaan   Tidak Ada Ruang

    Perlahan Haris mendekat. Ia berhenti di samping Esti, lalu berbisik, suaranya dalam dan lembut.“Menangislah, kalau itu bisa bikin kamu lega.”Esti tidak menjawab. Tapi suaranya, tubuhnya gemetar. Dan dalam sekejap, air matanya tak lagi tertahan. Ia menunduk, lalu membenamkan wajahnya di dada Haris. Memeluknya, erat.Haris tersentak sesaat, lalu perlahan membalas pelukan itu. Erat dan hangat. “Aku di sini. Aku akan lindungi kamu dan anak-anak.” ucap Haris lirih.“Aku lelah, Mas. Lelah dengan semua ini...” kata Esti sambil terisak. “Kupikir aku kuat. Tapi ternyata aku cuma terpaksa untuk kuat.”Kata-kata itu menusuk.Bukan hanya karena isinya, tapi karena Haris tahu, itu kebenaran yang tak bisa dibantah. Kuat bukan pilihan Esti. Itu paksaan. Dari situasi, dari keadaan, dari kesalahan Haris sendiri.Matanya berkaca. Tangis Esti menyelinap ke dalam dirinya, mengaduk rasa bersalah yang selama ini ia kubur di dalam diam. Ia menyesal lebih dari yang bisa diungkapkan.Pelukan itu berlangsun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status