Share

Bab 3. BPKB yang hilang

Tiiin!

Aaarghhh! 

Brakk!

Motor Rudi terjatuh di aspal dan motor Kawasaki ninja warna merah yang menabraknya pun terjatuh.

"Aduh!" seru Rudi sambil menatap sosok yang telah menabraknya. Bersiap untuk melabrak sosok yang masih menggunakan helm teropong di hadapannya, kendatipun jelas sekali Rudi yang salah. 

"Kamu ini ya ...,"

"Maaf, Mas. Masnya nggak apa-apa?" tanya sosok berjaket kulit itu sambil membuka helm teropongnya. 

Rudi ternganga melihat kecantikan pengemudi motor yang ternyata perempuan. Cantik dan seksi lagi. 

Pengemudi perempuan itu berdiri dan dengan perlahan mengulurkan tangannya pada Rudi yang masih terduduk kesakitan. 

Rudi langsung mengibaskan debu dari badannya. Seluruh sakit di tubuhnya seolah hilang seketika. 

'Ya Tuhan, cantik banget. Ditinggal istri dekil dan sekarang ditabrak sama cewek cantik. Ini ujian apa cobaan?' gumamnya. 

"Saya nggak apa-apa." Rudi berdiri dan mengulurkan tangannya menjabat tangan gadis itu. 

"Ayo minggir dulu, biar nggak menganggu kendaraan yang lain," tukas beberapa orang yang mengerumuni Rudi sambil membantu menuntun motor Rudi maupun motor gadis itu. 

"Saya Nilam, motor kamu nggak apa-apa?" tanya gadis itu sambil menatap Rudi. Mereka kini duduk di trotoar. 

"Aku Rudi. Aku nggak apa-apa."

Gadis itu mengeluarkan ponselnya. "Syukurlah kalau kamu dan motor kamu nggak apa-apa. Kalau kamu mau minta ganti rugi ...,"

"Mbak, yang salah itu Masnya ini loh. Saya lihat sendiri kalau mas nya tetap ngebut walaupun lampu hijau jadi merah. Harusnya kan berhenti. Masnya dong yang ganti rugi pada Mbaknya," tukas salah seorang pengguna jalan. 

Rudi menatap kearah orang yang menyalahkannya dengan kesal. "Sirik banget sih jadi orang. Terserah mbaknya dong mau gimana?!" tukas Rudi.

"Loh, kamu kok nyolot sih! Kamu nggak mau diingatkan? Yang salah, kamu loh Mas!"

"Heh, kamu nggak usah ikut campur urusan saya. Kan wajar sesama pemotor yang kecelakaan itu saling membantu bukan saling menyalahkan??!" tanya Rudi kesal. 

"Benar-benar kamu nggak punya malu. Sudah salah, ngeyel lagi! Ayo maju!" seru lelaki itu memasang kuda-kuda. 

Nilam menjadi tidak enak. "Sudah-sudah. Ini nomor ponsel saya. Kabari kalau ada kerusakan motor atau badan yang terluka," tukas Nilam seraya memberikan kartu namanya. 

***

"Wah, kebetulan kamu datang, mama butuh uang, Rud!" sambut mamanya saat melihat Rudi yang datang dengan wajah masam. 

Lelaki itu langsung ngeloyor ke ruang makan tanpa menjawab pertanyaan ibunya. 

"Loh, kamu kok makan lagi di sini? Istri kamu nggak masak ya? Duh, lagi ngapain sih istri kamu sampai nggak mempedulikan suaminya sendiri. Bahkan Mama telepon dari tadi, nggak aktif."

Rudi yang semula hanya ingin menikmati makan malam menjadi kehilangan selera makan.

"Wajar dong kalau aku makan di rumah mama. Lagipula Rani pergi. Dia kabur sama petugas penagih utang."

Rudi pun menyerahkan secarik surat dari Rani pada Mamanya. Lalu menceritakan semua kejadian tentang rumah tangganya.

"Astaga, istri kamu itu ya nggak bersyukur banget. Mama pernah baca hadis yang menyatakan bahwa istri yang minta cerai pada suaminya karena sebab yang tidak dibenarkan, tidak akan masuk surga."

"Mana mempan Rani diberi dalil seperti itu. Dia kan cewek nggak benar?!"

"Kamu sih nggak bisa milih istri!"

"Rudi khilaf, Ma. Dulu saja Rudi memilih Rani sebagai istri karena Rani terlihat cantik dan mandiri. 

Walaupun dia hidup sendirian, dia bisa mengatasi semua masalahnya. Ternyata dia adalah istri yang pelit. Aku mau minjam uang buat bantuin mama, eh dia malah kabur."

"Ya sudah. Kamu enggak usah cari saja. Paling juga nanti Rani minta balikan sama kamu. Kamu itu tampan dan sudah jadi karyawan tetap."

"Iya dong. Eh, ini tumben banget banyak lauk. Komplit lagi," tukas Rudi sambil menyendok rendang dan ayam goreng laos ke piringnya.

"Iya dong. Tuh, mbak Leni datang sama Mas Agus."

Mamanya menunjuk ke arah taman belakang rumah. 

"Oh pantas saja masakannya enak-enak." Rudi mengunyah makanannya dengan lahap.

"Iya dong. Mbok yo Rani itu kamu suruh belajar masak yang enak. Biar kamu juga kerasan di rumah," tukas mamanya.

"Ah, kata Rani uang yang kuberikan kurang, jadi dia cuma bisa masak kelor, bayam yang tinggal metik dari halaman. Terus lauknya tahu dan tempe. Yah, jangan salahkan Rudi kalau lebih memilih makan di sini atau makan di luar sama teman-teman."

"Nah, betul Rud. Sebagai suami wajar kalau kamu ngasih uang ke Mama. Seharusnya Rani bisa menerimanya. Bukan malah minggat, istri yang baik itu seharusnya ikut nyari uang kalau uang dari suami enggak cukup. Bukan malah cari yang lebih baik." Leni yang baru datang dari taman belakang mengompori adiknya. 

"Aku juga kalau mas Agus nggak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, aku juga mau kok bantuin kerja. Tapi karena aku istri yang baik, makanya rejeki mas Agus lancar.

Mungkin gaji kamu cuma segitu karena Rani nggak tulus mendoakan kamu, Rud!" cetus Leni sekali lagi. 

Rudi hanya bisa manggut-manggut dan terdiam menanggapi ucapan kakak perempuannya. 

"Sudahlah Len, jangan memperkeruh rumah tangga Rudi. Kasihan sekali dia sudah ditinggal istrinya, eh bukannya jadi AC malah jadi kompor," sahut Agus suami Leni. 

Istrinya hanya mengerucutkan bibirnya. 

"Mas ini jangan ikut-ikutan deh. Aku cuma nggak ingin adikku dikhianati istrinya."

Leni kemudian menoleh lagi ke arah Rudi. "Kamu juga Rud, kalau Rani nggak pulang, mending cari istri lagi. Talak ajalah. Ngapain juga. Cari yang lebih cantik, lebih baik, dan lebih segalanya. Kan banyak?" 

"Len, daripada mengurus rumah tangga adik kamu, mending sekarang kamu ikut program hamil saja. Masa sudah enam tahun menikah, kita belum punya anak. Aku ingin menggendong anak, Len," tukas Agus. 

Wajah Leni memerah karena semua pandangan keluarga nya mengarah padanya. 

"Aku belum ingin punya anak, Mas. Malas banget repot. Bangun malam ngurus pipis dan beolnya. Aku juga nggak bisa membayangkan kalau badan ku rusak. Bisa-bisa aku dibuli teman-teman sosialitaku. Dan kamu nanti juga selingkuh," sahut Leni membela diri. 

Agus hanya bisa menghembuskan nafas kasar. 

"Berapa kali aku bilang, aku akan tetap setia berapapun berat badan kamu. Kalau kamu tetap ingin langsung setelah melahirkan, kan ada senam dan makannya diatur. Yang penting kita punya anak dulu. Keburu tua nanti. "

"Aku masih 28 tahun. Nantilah Mas. Sabar dulu kenapa sih. Aku masih ingin bebas. Wajarkan kalau aku ingin menikmati waktuku tanpa kehadiran seorang anak lebih dulu?"

Suasana ruang makan menjadi tegang, dan akhirnya terdengar suara deheman mama Rudi yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh, ya Rud. Kembali ke masalah uang pernikahan Maya. Mama minta kamu transfer uang sekarang Rud. Mama mau pesen katering."

"Rudi nggak ada uang, Ma. Semua gaji Rudi sudah diberikan pada Rani dan Mama. Bahkan Rudi minta uang bensin pada Rani kalau jatah Rudi habis."

Mama Rudi hanya bisa menahan rasa kesal. "Makanya kamu tuh kurang-kurangin nongkrong di kafe dan sok jadi boss tukang traktir," ucap Mamanya. 

"Duh, mama ini gimana sih? Kan wajar kalau aku sering nongkrong sama teman-teman? Pekerjaan ku berat, Ma. Butuh healing."

"Healing sih boleh, tapi jangan lupa nyumbang buat nikahan adik kamu. Kamu kan bisa gadai BPKB dulu."

"Nah, betul tuh Mas. Ingat ya Mas, kamu kan dibiayai oleh Mama dari kecil sampai besar. Jadi jangan perhitungan kalau mama butuh duit. Wajar kan kalau mama minta uang sama kamu?" tukas Maya. 

Rudi menghela nafas. "Oke. Aku gadai BPKB dulu."

**

Rudi membuka laci di bawah meja rias Rani dan terkejut saat melihat lacinya kosong. 

"Mana BPKB ku?"

Rudi blingsatan mencari BPKB miliknya. Dibongkarnya laci-laci kecil di dalam lemari bajunya, tapi hasilnya tetap nihil. 

Dicarinya di atas lemari, di bawah kolong kasur, pindah ke lemari bufet ruang tengah. Tapi BPKB nya tetap nihil. Lelaki itu memukul jidatnya sendiri. 

"Duh, di mana sih BPKB ku?" Rudi bertanya mondar mandir. 

Mendadak terlintas satu jawaban di pikiran Rudi. 

"Ya Tuhan, masa sih Rani membawa BPKBku?" tanyanya lemas. "Dasar istri nggak wajar! Udah minggat, bawa BPKB suami pula!"

Next?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
rasain mampus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status