Share

Adu Perintah

Author: WN. Nirwan
last update Last Updated: 2025-07-17 12:00:13

“Apa ini ada hubungannya denganmu?” sergah Sakti pada Rimba. “Ah, seharusnya aku sudah membunuhmu jauh-jauh hari. Aku tidak peduli lagi jika mentorku itu marah karena tidak mendapatkanmu!”

Sebelum Widya dan Andre sempat menjawab, terdengar bunyi ketukan di pintu. Terdengar suara seorang pria meminta izin masuk, yang membuat perhatian Widya dan Andre teralihkan sejenak sehingga mereka lengah.

Situasi itu dimanfaatkan oleh Sakti untuk meluncurkan sebuah perintah.

[“Diam di tempat!”]

Dalam sekejap, Widya kembali terpengaruh. Ia menjadi kaku, seperti patung yang tegak di tempatnya. Andre pun demikian. Setelah merasakan kebebasan walau sejenak, kini ia kembali dikendalikan oleh Sakti.

Hanya Rimba yang tidak terpengaruh kekuatan SABDA. Sejenak ia melirik kedua rekan seperjuangannya, lalu beralih pada pintu yang dibuka dari luar.

Saat seorang pria—sosok yang membantu Sakti mengendalikan sebagian pasukan&mda

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Drama

    Sakti menarik pelatuk pistolnya untuk membunuh Rimba. Ia tak peduli lagi dengan keinginan Prakasa agar Rimba dibawa ke hadapan orang nomor satu militer itu.Rimba sudah terlalu mengganggu. Mulai dari ‘merebut’ Widya hingga melawannya terang-terangan. Juga, Rimba tidak hanya kebal terhadap kekuatan SABDA, tetapi juga ternyata dapat memerintah orang lain. Sakti curiga, pemuda itu juga memiliki kekuatan seperti SABDA.Lagipula, Sakti sudah pernah menghancurkan hati Prakasa dengan membunuh Baswara. Jadi, apa bedanya jika saat ini ia mengabaikan keinginan sang mentor yang telah berbesar hati menerima kematian Baswara?Bahkan, sang jenderal mengangkat Sakti sebagai murid dan berperan besar dalam karier militer Sakti. Pengganti Baswara, putra satu-satunya. Seolah-olah apa yang telah Sakti perbuat, bukanlah dosa besar!Namun, alangkah terkejutnya Sakti saat pistol itu tak memuntahkan sebutir peluru pun. Hingga tiga kali ia menarik pelatuk, yang terden

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Adu Perintah

    “Apa ini ada hubungannya denganmu?” sergah Sakti pada Rimba. “Ah, seharusnya aku sudah membunuhmu jauh-jauh hari. Aku tidak peduli lagi jika mentorku itu marah karena tidak mendapatkanmu!”Sebelum Widya dan Andre sempat menjawab, terdengar bunyi ketukan di pintu. Terdengar suara seorang pria meminta izin masuk, yang membuat perhatian Widya dan Andre teralihkan sejenak sehingga mereka lengah.Situasi itu dimanfaatkan oleh Sakti untuk meluncurkan sebuah perintah.[“Diam di tempat!”]Dalam sekejap, Widya kembali terpengaruh. Ia menjadi kaku, seperti patung yang tegak di tempatnya. Andre pun demikian. Setelah merasakan kebebasan walau sejenak, kini ia kembali dikendalikan oleh Sakti.Hanya Rimba yang tidak terpengaruh kekuatan SABDA. Sejenak ia melirik kedua rekan seperjuangannya, lalu beralih pada pintu yang dibuka dari luar.Saat seorang pria—sosok yang membantu Sakti mengendalikan sebagian pasukan&mda

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Di Luar Kendali

    Beberapa saat sebelum Sakti kembali ke ruangannya usai mengurus masalah kelaparan yang dialami oleh pasukannya.Widya tak peduli lagi. Ia akan menembak Sakti seandainya memang pria itu yang hendak memasuki ruangan. Hanya itu satu-satunya kesempatan untuk lolos dari kebiadaban pria itu.Widya menarik napas dalam saat pintu mulai terkuak. Dengan nada menahan kemarahan, ia memerintahkan agar orang yang hendak masuk itu untuk berhenti di tempatnya.“Jangan bergerak! Atau aku tembak!” ancam Widya.Pintu pun perlahan terbuka lebih lebar. Menampakkan sosok Andre dengan tangan terangkat di depan dada dan Rimba yang kedua tangannya berada di balik punggung. Keduanya tampak terkejut melihat Widya menodongkan pistol dengan garang.Untuk sesaat, Widya gembira karena dapat melihat Rimba lagi. Namun saat menyadari bahwa masih ada Andre di sana, ia kembali bersiaga. Mengarahkan senjata pada pria yang beberapa kali dilihatnya bersama dengan Sakti itu.

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Kejutan

    Dalam hal ini, level seorang jenderal tentu jauh berbeda dengan level perwira menengah seperti Sakti. Jenderal seperti Prakasa tentunya sudah menyusun taktik dan strategi dengan matang sebelum turun ke lapangan. Bahkan hal yang tampak ‘remeh’ seperti sekadar mengisi perut pun, harus direncanakan dan dilaksanakan dengan matang.Sakti merasa dirinya sangat bodoh karena sempat berpikir untuk menyingkirkan sang mentor menggunakan kekuatan SABDA-nya. Padahal, masih banyak yang harus ia pelajari dari panglima tertinggi angkatan bersenjata di negara ini. Sementara SABDA tidak mengajarkan apa-apa padanya, kecuali menjadi alat untuk mendapatkan kekuasaan.Setelah memastikan para bawahannya akan mendapatkan makan malam, Sakti kembali ke ruangannya. Masih ada Widya yang menunggu di sana. Tapi, Sakti sudah tak berminat lagi untuk memuaskan dirinya. Ia hanya ingin memastikan agar keadaan pasukannya aman sentosa sebelum ia melepaskan ‘kekuasaan sementara’ ini

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Kacung

    Di blok penjara tempat Rimba ditahan, pada saat yang bersamaan dengan saat Sakti hendak mengambil kesempatan dari Widya.Melihat Rimba sudah melepaskan borgol yang membelenggunya, Andre bergegas menghampirinya. Dengan kasar ia mencengkeram kerah kaus Rimba.“Kau bisa meloloskan diri dari borgol? Kau anggota pasukan khusus juga? Katakan, kau dari kesatuan mana?!” bentak Andre.Namun Rimba menepis tangan Andre dengan tak kalah kasarnya. Ia segera menjauh dari Andre, tapi matanya menatap tajam.Dengan menggunakan kunci yang ada pada dirinya, Andre hendak membuka sel Rimba. Satu tangannya menempel gagang pistol yang masih ia sarungkan. Waspada.“Kau juga kacung tentara jahat itu, ‘kan? Berhentilah menuruti perintah Sakti!” bentak Rimba yang bersiaga karena bisa saja Andre membolongi tubuhnya dengan peluru.Tiba-tiba, Andre yang sedang mendorong pintu jeruji, membeku di tempatnya. Ia terbelalak sangat lebar hingga se

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Kelaparan

    Dengan tubuh masih gemetaran karena harus menahan diri agar tampak masih terhipnotis, Widya berjalan menuju dispenser air minum. Ia menenggak air dua gelas, lalu membuka sebuah kulkas mini. Selain air mineral botolan, hanya ada buah-buahan yang tersimpan di sana. Pemilik asli ruang kerja ini pasti seseorang yang bergaya hidup sehat.Dengan rakus, Widya melahap apel dan pisang yang tersedia di dalam kulkas. Seperti pasukan Sakti, dia lapar sekali. Saat tiba di pulau kelapa, ia tidak sempat makan dan langsung tidur karena kelelahan. Hingga Widya dibawa ke markas ini oleh Sakti, Widya hanya makan gabin yang diberikan oleh Rimba saat masih berada di kapal kecil siang tadi!Widya tertegun sejenak saat mengingat Rimba. Bagaimana kabar pemuda itu sekarang? Apa yang telah Sakti perbuat padanya? Apakah dia baik-baik saja, atau telah ….Widya menggeleng cepat. Mengusir jauh-jauh bayangan buruk itu. Setelah kehilangan Bunda dan Rinto, Widya merasa, dia tidak akan sanggup m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status