Share

Kegilaan Mas Dareen

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2021-10-11 20:36:48

"Ehm, iya. Tadi malam Mas Dewa tidur di post. Hehe. Nemenin saya katanya," jawab Pak satpam.

Apa? Dia tak tidur di kamar bareng Qinara? Apa itu artinya ... suara-suara aneh dari kamar sebelah cuma akal-akalan Qinara? Atau ada hal lain yang terjadi pada perempuan yang katanya dihamili Mas Dewa itu?

Aku yang terkejut, menatap Mas Dewa untuk melihat ekspresi pria itu. Lagi, Mas Dewa pun menatapku. Ada sebuah protes dalam tatapannya. Seolah tak terima aku menuduhnya yang tidak-tidak, seolah-olah dia tahu apa yang aku pikirkan tentangnya.

Apa dia sebenarnya memang tak pernah menyentuh Qinara? Apa semalam ... Qinara sengaja memanas-manasiku agar aku sepenuhnya melepaskan Mas Dewa? Kalau begitu ... aku sudah melakukan kesalahan besar pada pria, yang namanya masih memenuhi ruang hatiku itu.

Ah, nggak! Aku gak boleh lemah. 

Dosa dia itu guede lho! Hamilin anak orang. Dan lebih menyakitkan anak orang itu adalah adikku.

Mana bisa aku maklumin hanya karena dia tak berada di kamar Qinara semalam. Atau ternyata bukan dia yang membuat adikku bersuara seperti orang kesetaanan.

Kubuang pandangan ke arah lain. Tak ingin terlihat bahwa aku masih mengharap pria itu. Yah, aku hanya bisa berpura-pura tak mencintainya lagi.  

'Kumohon ... jangan melihatku seperti itu, Mas. Bukankah sekarang ada Qinara di sisimu. Seharusnya kamu bebaskan aku dulu, baru aku bisa benar-benar bisa bebas darimu.'

"Eum, ya sudah. Saya permisi dulu." Satpam itu pamit pergi.

"Loh, sudah ke sini. Makan sekalian." Nenek meminta Pak Rano, satpam keluarga kami untuk bergabung makan.

Nenek memang sebaik itu. Memiliki kepedulian yang tinggi pada manusia lain. Bahkan ketika mereka dianggap banyak orang tak sederajat dan tak pantas berada di satu meja.

"Eum. Tidak usah, Bu. Biar saya makan bareng yang ...." Pak Jarwo mengungkap ketidak enakannya. 

Ya, pasti tak enaklah. Seluruh keluarga majikannya berkumpul di sini. Dia pasti akan merasa rendah diri karena merasa bukan level.

Namun, ungkapan tak nyaman itu tertahan, karena tiba-tiba seseorang merangkulnya dari belakang.

"Sudah, Pak. Ayok kita makan bareng." Mas Dareen yang baru datang dari luar menyapa dengan ceria. Sungguh, sejak mengenalnya, aku belum pernah melihat beban di wajah itu. Dia pasti sangat beruntung!

Senyum pria tampan itu tampak menyilaukan. Cih ... pantas saja banyak wanita jatuh hati padanya. Hanya saja kenapa takdir membawa mnya padaku, yang sama sekali tak menginginkannya.

Ia kemudian mendudukkan Pak Jarwo di sebelah Mas Dewa. Kemudian bergerak, mengambil posisi duduk di sampingku.

"Halo, Sayang," sapanya padaku.

"Ah, ya." Aku menyahut kaku. Mau bagaimana juga, kami tak sedang berduaan saja di kamar. Mana bisa aku memprotesnya karena memanggil begitu.

 "Ah, rambut ini kenapa tak kering juga?!" Mas Dareen menyurai rambutnya yang basah. Ck. Entah, apa maksudnya. 

 Aneh memang, masa iya sejak mandi subuh sampe sekarang jam tujuh rambutnya belum juga kering. Untung tak ada yang membahasnya.

Hanya Papa, Mama, dan Papi mertua yang senyum-senyum karena itu. Entah, apa yang mereka pikirkan?

Ah, bodolah! Aku harus terbiasa dengan kegilaan Mas Dareen dari sekarang. Kalau tidak aku bisa kena stroke di usia muda.

Nenek mendekat menggeser kursinya. Bisa kuliah senyum wanita tua itu melihat bagaimana Dareen membantunya membujuk Pak Jarwo duduk.

"Oya, Qinara tak keluar? Sudah lama dia tak pulang dan makan bersama," tanya Nenek pada Mama.

Iya, sedari tadi aku tak melihatnya. Dia memang tak pernah pulang. Lebih seminggu tak kudengar kabarnya, makanya aku syok saat dia datang dan ternyata hanya untuk menghancurkan pernikahanku dengan Mas Dewa. Entah, apa aku bisa memaafkannya.

Kalau boleh jujur, kali ini aku suka tak melihatnya di meja makan. Kalau perlu jangan pernah melihatnya lagi selamanya.

"Ehm, iya dia sedang kena efek hamil, Bu."

"Oh." Kali ini Nenek menyahut ketus.

"Wah, bahagia dan hangat sekali keluarga ini. Tak salah kamu memilih istri, Dareen." Papi mertua memuji.

"Ya, tentu saja." 

Mas Dareen tersenyum kecil menanggapi, bahkan senyum itu terkesan misterius untukku. Kenapa ekspresinya begitu. 

"Padahal baru semalam keributan terjadi."

"Haha. Ya. Kita harus cepat melupakan hal-hal buruk. Lalu berjalan menatap masa depan dengan memperbaikinya." Papa menyahut.

Tentu saja mudah bagi yang lain. Bagaimana denganku? Aku lah korban sebenarnya. Harus melepaskan pria yang aku cintai demi adikku.

"Apalagi kalau sampai tahun depan punya cucu, pasti makin ramai keluarga ini," celetuk Papa.

Mas Dewa yang tengah minum sampai terbatuk-batuk karena itu. Melihatnya, aku malah sontak tersenyum bahagia. Merasa menang, karena membuatnya cemburu dan merasakan sakit hatiku. Dia harus menyesali perbuatan buruknya.

Tapi ... ini belum seberapa dibandingkan luka yang kamu torehkan untukku dan keluargaku, Mas Dewa.

"Ya. Tentu kami akan buatkan Papa anak yang banyak!" Aku berseru. Berpura-pura bahagia di sini. Lalu melirik sekilas pada pria di seberang meja sana, yang raut wajahnya semakin tampak kecewa..

"Ya, tentu saja, Sayang. Aku berniat memiliki setidaknya enam anak supaya bisa jadi team volly!" Mas Dareen merespon cepat sambil mernagkulku. Bagus! Aku lihat wajah Mas Dewa makin menyedihkan. Rasakan itu Mas.

Mulai sekarang, bukan hanya aku yang merasakan sakitnya cemburu. Aku akan membuatnya kalian lipat sakit untukmu.

"Melihat bagaimana stamina Kalila, aku bahkan yakin dia bisa melahirkan lebih banyak dari itu." Mas Dareen menatap ke arahku. Lebih tepat menatap bagian kepala hingga kakiku.

Apa maksudnya sekarang? Apa dia ingin mengatakan pada semua orang bahwa kami sudah melakukannya? Dasar gila! Nggak secepat itu juga kale, Mas!

Bersambung

Jangan lupa malmingan kita ada kuis di WAG untuk cerita ini.😍😍😍

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Netty Tya
KayakNya ada Rocom nie Hahahahaha
goodnovel comment avatar
Julia Hasyim
ngakak banget baca per part nya hahaha
goodnovel comment avatar
Mary Angel
mas rano ganti jd mas jarwo... kinara ganti jadi qinara kdg kirana...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Tak Ada Angin dan Hujan, Dia Datang

    “Nenek … Nenek … Nenek …” tak hanya Kalila, satu pasukan dikerahkan mencari keberadaan sang nenek.Satu perumahan ditelusuri. Dari rumah ke rumah yang kebanyakan sepi karena menjelang siang hari. Langkah kaki yang berlari kecil seiring keringat yang mengalir di sekujur tubuh. Semakin lama kaki terasa berat melangkah.Kecuali Kalila yang pasca melahirkan, dia hanya berjalan santai menyusuri gang rumahnya saja, sementara yang lain berjalan ke arah gang sebelah. Gang demi gang ditelusuri Qinara, dewa dan Dareen. Pastinya capek dan sangat melelahkan.Entah terlintas begitu saja di kepala Kalila, pikiran tentang seseorang yang tinggal di depan perumahannya. Kontan wanita berhijab ceruty itu mendekati suaminya yang hanya tiga meter darinya.“Mas, bisa bawa mobil? Antarin aku ke depan sekarang,’ titah wanita itu.“Buat apa?” tanya

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Waktu yang Salah

    Rasa kantuk menghadang membuat Kalila tak kuat membuka lebar kelopak matanya. Kedua matanya terasa berat sekali, dua lengannya terasa lemas seolah hawa dingin menyerang tubuhnya hingga rasanya ingin sekali rebahan. Malam yang melelahkan hingga akhirnya wanita itu memejamkan mata sesaat.“Kalila! Kalila!” Seorang wanita yang tak asing memanggilnya.“Eh …” Kalila membuka mata dengan lilir melihat siapa wanita yang menepuknya sedari tadi.“Bayimu! Zubair” Mama menepuk lengannya berkali-kali dengan menautkan dua alisnya.Mendengar nama bayinya langsung melebarkan mata sempurna. Ingat kalau dirinya tengah menyusui putranya hingga tidur tertunduk. Tak menyadari Zubair di pangkuannya.“Zubair!” Kontan Kalila menegakkan tubuhnya sembari kepalanya menunduk untuk melihat putranya.Ternyata Zubair ketindihan tubuh b

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Malam yang Melelahkan

    “Duh, kenapa gak diangkat lagi. Astaghfirullah … sabarkan yaa Allah.” Kalila melipat dua bibirnya sembari memainkan dua jempol tangannya. Terlihat kecemasan di raut wajahnya.Jam dinding menunjukkan jam 5 lebih di sore hari menjelang maghrib. Angin sepoi-sepoi menembus jendela kamar wanita itu.Bayi Zubair yang sedari tadi terlelap, tiba-tiba saja menangis begitu saja. Kalila spontan terhenyak dari lamunannya. Tak tega mengdengar bayinya yang bersuara lebih kencang. Dia akhirnya mendekati box bayi, menggendongnya perlahan. Wanita itu merebahkan bokongnya sembari memangku lembut sang bayi yang akhirnya terdia. Mengeluarkan jusur jitu asi favorit putranya.“Kemana kabar abamu sayang,” gumam Kalila sembari mengecup kening putranya.Sejak tadi malam hingga sekarang Dareen susah dihubungi. Lebih tepatnya jarang menghubungi Kalila hingga sekarang. Terakhir kabar dari Dareen h

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Akal Bulus

    Dareen berbalik arah dan meraih handuk yang menggantung di samping kamar mandi. Digulung-gulungnya ke telapak tangan kanannya. Kemudian pria itu berbalik arah. Dan dengan cepat mendorong kuat lengan kiri wanita itu hingga menabrak dinding.Ini satu-satu cara agar menyentuhnya tanpa tersentuh. Dareen sangat memahami bahwa haramnya menyentuh yang bukan mahramnya. Bahkan Hadost riwayat Thobroruni menjelaskan kalau ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.“Argh!” Wanita blesteran merintih kesakitan kala lengannya mendapat tekanan kuat dari sang pria di depannya.Mata elang pria itu menyorot tajam seolah kemarahan berkobar di sepasang netranya. Sementara Clara menelan saliva sembari membalas tatapan Dareen dengan berani meski masih terlihat aura ketakutan di matanya.Pandangan Dareen beralih pada tangan kanan wanita di hadapannya itu tengah merogoh sesuatu. Pria i

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Mari Kita Mulai

    “Mari kita mulai. Mana kontrak baru kalian. Aku mau baca. Hem.” Mr. Richard menaikkan dua alisnya.Dareen melirik Dewa, mengkodenya untuk menaruh berkas map yang sedari tadi dibawanya.Meja makan yang awalnya penuh dengan piring dan gelas, kini kosong melompong. Pelayan wanita itu sebelumnya telah sepenuhnya membereskannya. Wajar, Dewa segera menunjukkan berkas itu tanpa sungkan.Dareen menyandarkan punggungnya sambil menyilangkan dua tangannya ke dada. “Silahkan. Nyambi ngopi juga bisa. Saya panggilkan, Hahaha …” Pria itu mencoba berkelakar mencairkan suasana. Dia tersenyum percaya diri.Begitulah Dareen cara meyakinkan lawan mainnya. Kata-katanya yang seolah membuatnya tebar pesona, sikap percaya dirinya juga turut jadi daya tarik yang tentu menjadi poin penting dalam berbisnis. Karakter pria yang satu ini memang kharismatik.“Hihihi … Mas Dareen itu yang kusuka darimu.” Clara terkekeh sembari men

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Aku Gigit Ya

    “Mana anaknya daddy?” Wajah Dareen terlihat jelas di layar ponsel Kalila.“Lama-lama jadi sugar daddy? Udah ah! Aba aja oke, lebih alim. ” Kalila membujuk dengan mengedipkan mata genit.“Oppa gimana?” Pria itu mengedikkan dua alisnya. “Oppa Dareen Sarange … hahaha …” Dia bertingkah cute dengan suara dimiripin emak-emak yang kesemsem sama actor korea.“ Hahahaha … Mas ihh.” Kalila terpingkal-pingkal dengan tingkah konyol suaminya.Video call yang dari beberapa menit lalu, pagi ini hanya membahas panggilan nama orangtua untuk Kalila dan Dareen.“Appa Amma gimana?” Kalila mengedikkan alisnya sembari melayangkan senyuman manis.“Aa … Aa …” Suara bayi terdengar bangun dari arah belakang wanita itu. kontan Kalila terhenyak dan menoleh ke belakang.“Masya Allah, anaknya jawab tuh.” Mata Dareen berbinar kala Kalil

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Dareen Kembali

    Dareen kembali ke kamar pasien, mendekati istrinya dengan wajah lesu.“Sayang.” Pria itu duduk di sisi ranjang. Dia menatap lekat istrinya seolah mimikirkan rangkaian kata yang akan diucap. Pria itu merengkuh tubuh Kalila yang ada di sampingnya. Bibirnya mendekat ke telinga wanita itu, “Maaf sayang, aku harus pergi sore ini ke Prancis.”“A-apa?” Kalila segera menarik kepalanya menjauh. Melepas pelukan suaminya.“Perusahaan sedang genting. Mr. Richard menuntut royalty yang tak masuk akal. Aku dan Dewa harus ke sana, membujuknya dan menyutujui kontrak baru.” Dareen kembali melingkarkan lengan ke leher Kalila, memeluk erat, membuat istrinya bersandar di bahunya. Membujuk istrinya untuk meridhoi kepergiannya.“Mr. Richard? Papanya Angela?” Kalila menarik kepalanya. Namun kembali pasrah, tak kuat melepasnya.Dareen perlahan melonggarkan lengannya lalu mengusap kedua lengan istrinya. Di tatapnya

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Penggoda

    “Masalah perusahaan, apa sudah ada perkembangan? Ku dengar proyek sebelumnya banyak kerugian.” Dewa memulai membuka topik. Pria itu mengaduk gelas cappuchino di depannya sembari menunduk. Pembahasan ini juga terasa berat baginya.Sadar kalau yang ia bahas ini termasuk proyek yang pernah dirusaknya karena suruhan Angela. Sebenanya bisa saja Dewa tak mengikuti Angela. Namun ambisi yang menginginkan posisi yang sama seperti Dareen membuatnya pasrah dan mengikuti kemauan Angela kala itu.Tentunya jelas membawa trouble bagi perusahaan Biantara Group. Berawal Property Hyatt memakai kualitas rendah yang dipesannya dari perusahaan itu. Hingga akhirnya hotel yang di bangun atas kerjasama itu mengalami keretakan hebat.Kini Property Hyatt menuntut mendekor ulang. Padahal jelas tidak bisa karena sudah ada beberapa tamu yang masih check in di sana. Pihak Biantara ingin segera mengosongkan wilayah itu karena berbahaya. Namun Mr. Richard tak bergeming dan tetap ke

  • SALAH MASUK KAMAR CEO TAMPAN   Jaga Suamimu Baik-Baik

    “Jatahku mana, sayang?” tanya Dewa sembari langkahnya kian mendekat.Seketika itu tangan Qinara berhenti menata kue-kue yang sedari tadi berserakan di atas meja. Rencana kue-kue itu mau di taruh di toples dan dimasukkan dalam kantung kresek. Wanita itu tertohok, matanya membulat sempurna.‘Kenapa Mas Dewa minta, di saat situasi begini?’Melihat Qinara yang masih terbebani dengan kakaknya yang akan melahirkan. Entah hingga sekarang belum tahu apa yang terjadi dengan Kalila dan bayinya. Tersadar, ponsel wanita itu masih tertancap erat di usb dalam mobil. Belum lagi, tujuan mereka ke sini untuk membawa bekal untuk Kalila dan Dareen yang pastinya akan meningap di rumah sakit beberapa hari di tempat kedua bumil itu sering kontrol kehamilan. Wajar, penasaran Qinara semakin di ubun-ubun karena tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada kakaknya di sana.“Maksudnya?” Qinara menerka maksud Dewa. Perasaan gugup kala menatap dua ma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status