Malam yang indah nan eksotik. Di tengah terpaan nyiur angin pantai yang lemah gemulai menghadirkan sensasi sejuk yang menerpa kulit. Perpaduan alam yang kontras di antara hiruk pikuk kota metropolitan Busan. Gedung-gedung pencakar langit terlihat mengelilingi pantai dari kejauhan. Kerlap kerlip cahaya lampunya seolah memanjakan mata.
Reyhan dan Hardin sudah merencanakan hal ini sejak tadi pagi, untuk membuat surprise kepada istri-istri tercinta mereka. Mereka membawa Katrina dan Luwi dengan mata yang tertutup ke sebuah meja besar di tepi pantai yang sengaja mereka dekorasi sesuai keinginan mereka. Sebuah cake besar yang berlapis cream berwarna merah muda dan berbentuk love, kini bertengger manis di tengah meja.
Reyhan membantu Katrina menduduki sebuah kursi yang posisinya saling berhadapan dengan Luwi.
"Awas ya ka
Semoga suka..
"Terima kasih, Pak Satoshi. Selamat sore," ujar Reyhan pada Pak Satoshi yang baru saja izin pamit untuk pulang setelah tugasnya mengantar Reyhan pulang dari kantornya menuju rumah selesai. Reyhan berjalan membuka pintu halaman rumahnya. Dia terpaku di tempat saat dilihatnya seseorang tengah berdiri di depan pintu rumahnya sambil mengucapkan kalimat permisi dan mengetuk pintu berkali-kali. Dan Reyhan tahu persis siapa tamunya sore itu. Dia Yura. Lima belas menit kemudian, Reyhan menghampiri Yura yang duduk di ruang tamu menunggu kedatangan Katrina. Reyhan baru saja mengganti pakaian kantornya dengan sebuah kaus. "Mau minum apa?" tawarnya ramah. "Ah, tidak usah repot-repot," tolak Yura sopan. Dia sungguh merasa tidak nyaman
Busan, Korea Selatan SMP Kyoko Lima Belas Tahun Silam Seorang siswa berseragam SMP terlihat mundar mandir di dekat pintu gudang sekolah yang telah dia kunci rapat dari dalam. Di tangannya terlihat sebuah senjata api yang dia genggam dengan penuh waspada. Sesekali dia mengarahkan senjatanya ke arah siswa dan siswi yang kini menjadi tawanannya di dalam ruangan itu, saat dia mengetahui adanya pergerakan yang pasti dari orang-orang tersebut. Ada lima orang siswa laki-laki, dan empat orang siswi perempuan yang kini duduk pasrah dengan tangan-tangan mereka yang terikat oleh sebuah tali. Mereka yang terus harap-harap cemas setelah tiga jam tadi mereka di sandera oleh seseorang.
"Aku merasa, alasan Jimmy melepaskan aku, itu karena dia menyukai Katrina..." "Sudah, jangan menangis terus. Ini malam bahagia kita, Yura. Besok kita akan menikah. Tolong jangan seperti ini..." ucap Seo Jun saat dia menghampiri Yura di atas tempat tidur. Seo Jun tidak bisa memejamkan matanya karena terus menerus mendengar isakan tangis dari arah ranjang. Itulah sebabnya, kini dia malah ikutan menenggelamkan tubuhnya di balik selimut dan merapat ke tubuh mungil Yura yang juga terbalut selimut tebal itu. Seo Jun sudah mencoba untuk menenangkan hati Yura agar tidak terus larut memikirkan hal buruk mengenai apa yang akan Jimmy lakukan kepada saudara kembarnya itu. Tapi nyatanya Yura tetap saja hanyut dalam kekhawatiran dan perasaan bersalahnya pada Katrina. Seo Jun berusaha untuk memakluminya. Tapi dia juga tidak ingi
Hari ini Katrina mengajak Yura memasak makanan bersama di dapur untuk makan malam mereka nanti. "Kenapa tidak memesan makanan saja Trina, kan lebih simpel? Tidak usah repot-repot memasak?" keluh Yura yang kebetulan memang tidak bisa memasak. Kini dia diminta Katrina untuk mengupas bawang merah. Meski sudah di ajarkan berkali-kali, tapi Yura tetap saja kesulitan. "Aku sudah biasa memasak sendiri. Reyhan lebih suka memakan masakanku dari pada harus membeli di luar," sahut Katrina santai sambil terus mengaduk-aduk sup ayam di panci. Dia melirik ke arah Yura yang baru saja mengelap air matanya yang meleleh. "Kenapa menangis Yura?" tanyanya bingung. "Aku juga tidak tahu, padahal aku tidak ingin menangis. Tapi mataku
Malam sudah semakin larut. Katrina, Reyhan dan Akmal sudah sejak tadi masuk ke dalam kamar. Sementara Seo Jun dan Yura masih asik menonton televisi di ruang tengah. "Kamu tidak mengantuk Yura?" tanya Seo Jun pada Yura yang kini sedang tidur di karpet lantai bersamanya. Yura asik mengemil snack ringan. Yang menjadi kebiasaannya jika sedang menonton Tv. "Tidak. Aku masih mau nonton. Kalau kakak mau tidur, duluan saja. Nanti aku menyusul," jawab Yura cuek. Seo Jun mendengus kesal.Yura ini ternyata tidak peka sekali! "Ayo kita ke atas, masa aku di suruh tidur sendiri. Di sini dingin tidak ada selimut," ucap Seo Jun lagi mencari al
Katrina terpaku di dalam kamar mandi. Dia terus memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Sebuah bra berenda berwarna hitam dengan G-string berwarna senada dilengkapi tali temali yang saling mengaitkan dari atas dan bawah satu sama lain serta stoking jala hitam sebatas pangkal paha penuh dengan tali rumit yang melilit hingga sebatas pinggang, terlihat sangat pas melekat di tubuhnya yang ramping. Belum lagi sebuah kalung hitam berbahan kawat yang bila di pakai ukurannya persis dengan lingkaran leher Katrina. Awalnya terasa sedikit mencekik, tapi lama kelamaan Katrina mulai terbiasa, meski agak sedikit mengganggu dan risih. Jujur, Katrina kesulitan memakai semuanya tadi. Bahkan tali-tali itu rasanya ingin dia gunting saja, tapi sayangnya dia tidak melakukannya karena dia tidak ingin mengecewakan suaminya. Sampai akhirnya Katrina membutuhkan waktu hampir setengah jam hingga dia benar-benar bisa memakai
Mentari pagi kian merangkak naik dan sinarnya menyerbu masuk menerobos dinding berlapis kaca, dari arah balkon sebuah hotel berbintang lima. Seorang wanita dengan tubuh polos berbalut selimut putih terbangun dari tidurnya. Dia menoleh ke sisi kiri tempat tidur, di mana seorang pria masih terbuai dalam mimpi indahnya. Wanita itu tersenyum tipis. Dia memangku kepalanya dengan sebelah tangan. Matanya sibuk menelaah wajah tampan pria itu, yang kini tidur dalam posisi setengah miring menghadap ke arah si wanita. Bahkan sebelah tangan pria itu terlihat masih bertengger manis di atas perut wanitanya. Posisinya belum berubah. Sepanjang malam ini, Seo Jun tertidur sambil terus memeluk Yura. Setelah mereka asik bergumul dalam permainan panas nan menggairahkan tadi malam. Pengalaman baru bagi Seo Jun saat dia merasakan betapa nikmatnya hubungan sex. Membuatnya ketagihan hing
Seorang laki-laki sedang santai menikmati rebahannya di atas ranjang tempat tidurnya yang empuk. Sebelah tangannya memegang sebotol wiski yang menjadi minuman favoritnya akhir-akhir ini. Sebotol wiski dengan harga yang sangat fantastis. Kekayaan dan kekuasaan sang Ayah yang luar biasa membuatnya tak tahu lagi harus membuang-buang uangnya untuk apa. Sejak dia kecil Jimmy selalu hidup dalam gelimang harta ke dua orang tuanya. Apapun yang dia inginkan selalu terpenuhi. Meski dirinya sempat minder atas penampilannya yang tidak sempurna hingga membuatnya menjadi bahan olok-olok kawan seusianya. Masa kecil dan remaja Jimmy bisa dibilang suram. Hingga akhirnya dia menyetujui saran sang ayah untuk melakukan operasi plastik untuk merubah keseluruhan bentuk wajahnya. Dan jadilah dia seorang Jimmy yang baru. Jimmy yang selalu di elu-elukan oleh s