Share

ISTRIKU?

last update Last Updated: 2025-07-02 09:44:33

“Sekarang kamu jadi penganten, ya. Aku dandanin,” kata Ola sambil keluarin palet eyeshadow mainan dan kuas kecil. Tangannya cekatan, walau warna eyeshadow-nya nggak merata sama sekali.

Anak-anak di sekelilingnya duduk manis. Ola semacam pemimpin kecil—semua nurut, semua ngikutin arahannya. Dan Bara? Dia nontonin itu sambil ketawa pelan. “Lucu banget, sih...”

Dia ambil kentang goreng satu, terus ngegigit burgernya pelan. Tapi makin lama, dadanya terasa aneh. Ada sesuatu yang ngganjel di tenggorokan. Matanya mendadak panas.

Dia nunduk. Nggak ngerti kenapa. Air matanya jatuh begitu aja.

Padahal dia nggak ngerasa sedih. Tapi juga nggak bahagia. Lebih ke... kosong.

Atau... rindu. Rindu siapa? Dia nggak tahu.

Yang dia tahu, waktu liat Ola ketawa sambil kibas-kibas rambutnya, terus kasih blush-on ke temennya, ada sesuatu di dalam hatinya yang kayak diketuk. Pelan. Tapi dalam.

•••

Beberapa menit kemudian, Bara berdiri. Dia keluar dari Mekdi bawa kantong kertas berisi dua kotak Happy Meal—entah buat siapa. Mungkin buat kucing di rumah. Mungkin buat dia sendiri malam ini.

Dia turun ke parkiran basement sambil buka kunci mobil dari remote.

“Aduh... untung belum telat!” suara wanita terdengar dari arah samping.

Seorang wanita, cantik, langsing, rambut hitam sebahu, mengenakan kaos putih dan rok span abu-abu. Dia turun dari mobil dengan panik sambil menenteng tas dan map kertas.

Langkahnya cepat, setengah lari. Tumitnya berdetak di lantai semen parkiran.

Bara otomatis nengok. Matanya membelalak. Jantungnya... deg.

Wanita itu...

Wajahnya...

Langkahnya...

Ada sesuatu dalam dirinya yang kayak ditarik mundur, ke tempat yang belum dia ingat. Tapi rasanya hangat dan familiar.

Dia ngikutin arah wanita itu berjalan—sampai perempuan itu masuk ke dalam Mekdi lewat pintu samping.

Bara buru-buru mau nyusul.

Tapi dia terhenti di balik dinding kaca.

Pandangan matanya terhenti.

Dari tempatnya berdiri, dia bisa liat bagian dalam Mekdi dengan jelas.

Dan di sana, ada seorang pria berjongkok dan merentangkan tangan.

“Nola... sini, sayang!” teriak pria itu.

Ola langsung lari, tertawa kecil, dan melompat ke pelukan pria itu. Bara membeku. Hatinya ngilu. Matanya nyari-nyari si wanita tadi. Dan... di situ dia. Berdiri di belakang pria itu, senyum hangat sambil ngerapihin isi tas kecil Nola yang warnanya mencolok banget.

Wanita itu sibuk nyusun tisu, botol minum, dan boneka kecil. Sekali-sekali dia cek rambut Nola, terus kasih kunciran baru.

“Cantik...”

Itu kata pertama yang muncul di kepala Bara.

Tapi bukan karena wajah wanita itu yang cantik. Tapi karena dia terlihat... utuh. Seperti bagian dari cerita yang lama hilang.

Bara melangkah mundur. Dadanya sesak. Tangannya ngegenggam kenceng kantong McD sampai kertasnya bunyi.

“Ola...” bisiknya.

Dia melirik kembali ke arah keluarga kecil itu.

Wanita itu menyentuh pipi pria yang tadi manggil Nola. Bara merasakan gelombang rasa asing mengempas ke kepalanya. Panas. Nyeri. Seolah ada kenangan yang mau keluar dari lubang kecil tapi nggak bisa.

Dia pengen teriak. Pengen lari ke arah mereka dan bilang, “Kamu kenal aku kan? Kita pernah saling kenal, kan?”

Tapi langkah kakinya... berat. Dia cuma bisa berdiri di balik kaca. Seperti orang asing. Yang nggak diundang masuk ke dunia itu.

Dia menunduk. Lalu perlahan berbalik, jalan ke arah mobilnya.

Tanpa sadar, jepit rambut pink kecil itu masih ada di sakunya.

Dan di dalam mobil untuk pertama kalinya, Bara menangis tanpa bisa tahan dan dia mulai tau sesuatu alasan. “istriku,” ucap Bara dengan air mata.

Bara berkendara dan mulai memikirkan apa yang ia rasakan saat ini. Ia tampak kesal sambil memukul setir mobilnya.

“Nola... Ola?! Nola... Ola?! Itu nggak asing. Aku tahu! Aku tahu itu siapa! istri aku! Dan wanita tadi… dia mirip banget sama Dina? Dena? Ah, shit!” geram Bara, frustrasi terhadap dirinya sendiri.

Menjelang malam, Bara duduk di balkon kamarnya. Ia menikmati segelas kopi hitam sambil melamun memikirkan Nola.

“Nola... Ola. Aku coba tanya Mama,” gumamnya, lalu beranjak dari sofa dan keluar dari kamar untuk menemui ayah dan ibunya.

•••

“Hai... gimana hari pertama di sini? Gimana kantor?” tanya Martha sambil tersenyum di ruang tv.

“Kantor bagus, hari ini bagus, dan... aku mau tanya sesuatu, Ma, Pa,” ucap Bara serius. Ia mengacak rambutnya lalu bersandar pada sofa.

“Soal apa?” tanya Sastro sambil menurunkan lensa kacamatanya.

“Nola... Ola. Aku tahu aku pernah punya seseorang dalam hidupku, Ma, Pa,” kata Bara.

Martha menoleh pada Sastro. Sastro mengusap-usap hidungnya.

“Maksudnya kamu? Kamu ngomong apa sih?” tanya Martha sambil tersenyum dan melipat kedua tangannya.

“Aku... aku pernah nikah, kan?” tanya Bara pada kedua orangtuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   YANG DISINI BERCINTA, YANG DISANA SIBUK BERENCANA.

    “Ah... Sayang... Lagi...” pinta Dona sambil mendesah, menikmati tiap hisapan mulut suaminya tepat pada tonjolan berwarna merah muda itu. “Ahh... Mas... Terus...” pintanya lagi dengan suara parau. Bara semakin bersemangat. Ia menghisap lembut tanpa jeda, sementara tangannya meremas bagian lainnya dan jari-jarinya memainkan putingnya. “Mas... Aku basah...” desah Dona dengan napas memburu. Bara segera membaringkan tubuh istrinya di atas sofa, menarik celana yang dikenakan Dona, lalu membuka kedua pahanya lebar. Lidahnya langsung menjulur, menghisap dengan kuat. “Ah! Ah! Mas... Ini enak... Jangan berhenti... Ah...” jerit Dona sambil meremas rambut suaminya. “Sayang, ini manis...” ucap Bara di sela-sela lidahnya yang masih sibuk menghisap cairan itu dengan rakus. “Ah... Mas... Terus...” desah istrinya sambil meremas pinggiran sofa. “Sayang... Aku nggak mau cuma sekadar ini...” ucap Bara lirih, lalu segera membuka pakaiannya. Otot lengannya menegang, perut bidangnya terlih

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   BARA SIAP MENJUAL BEBERAPA ASET. AYAHNYA KHAWATIR.

    “Aku punya dana taktis, Pa. Tapi aku harus izin Dona dulu karena itu uang dia, aku simpan buat dia. Sementara aku nggak mungkin pakai tabungan pendidikan Olla,” ucap Bara sambil melirik anak dan istrinya. “Bara... Coba kamu pakai uang keuntungan perusahaan aja, jadi nggak mesti pakai dana pribadi,” ucap ayah Bara, suaranya terdengar ragu. “Nggak, Pa. Aku nggak mau ribut sama Mama soal ini. Yang jelas, aku tetap jual apartemen ini. Sambil nunggu ada yang tertarik, aku pakai uang yang ada. Selebihnya aku jual mobil, lagian aku jarang pakai mobil satunya itu. Paling... sementara aku pakai mobil Dona. Karena sebagian harta aku memang sudah aku buat atas nama istri,” ucap Bara dengan nada tegas. “Papa bantu. Papa punya tabungan. Kamu pakai aja dulu, ada sekitar 400 juta,” ucap ayahnya dengan nada tulus. “Jangan, Pa. Papa simpan aja uang itu,” ucap Bara, menahan emosi. “Tapi semua harta kamu terkuras, Bara. Papa nggak mungkin diam aja,” ucap ayah Bara dengan sorot mata khawatir.

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   BARA RELA JUAL ASET DEMI DONA

    Bel pintu berbunyi. Nola justru lebih dulu beranjak meninggalkan mainannya dan berlari hendak membuka pintu. “Olla…” Bara memanggilnya sambil melangkah menuju pintu dan melirik sepintas layar CCTV. “Oh, ada Opa-nya nih…” ucap Bara sambil tersenyum lalu membuka pintu. “Halo…” Ayahnya menyapa Nola lebih dulu saat pintu terbuka. “Wah! Opa?” seru Nola ceria. “Sendirian aja, Pa?” tanya Bara sambil tersenyum melihat ayahnya yang tengah menggandeng tangan Nola. “Sendirian aja, minta anterin Imron. Masuk sini, Imron. Nggak apa-apa…” ucap ayah Bara sambil melirik sang sopir. “Waduh, sungkan loh, Pak,” jawab Imron canggung. “Masuk aja, Pak Imron,” ucap Bara dengan ramah, mempersilakan. “Terima kasih, Den,” ucap Imron sambil membungkuk masuk dan membuka sepatunya. “Mama… ada Opa ini lagi loh…” teriak Nola dengan ceria. “Oh, Pa. Silakan, maaf berantakan mainan Olla,” ucap Dona ramah, menunduk sopan saat bersalaman. “Nggak apa-apa, namanya juga masih anak-anak. Sehat?” tanya ayah Bara.

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   TERNYATA PUNYA HUTANG?

    “Papa pikir semua itu pakai uang kita? Total tiga miliar, Pa!” ucap ibu Bara dengan suara bergetar menahan emosi. “Tiga miliar? Kenapa Mama baru bilang sekarang? Mama bilang waktu itu semua pakai uang tabungan kita!” ucap ayah Bara, nadanya meninggi penuh amarah. “Terus kita makan pakai apa? Sementara perusahaan kita saat itu di antara hidup dan mati!” ucap ibu Bara dengan mata berkilat menahan air mata. Ayah Bara terdiam. Kopi di tangannya tiba-tiba terasa jauh lebih pahit, menusuk sampai ke dadanya. “Papa silakan ke sana, dan tolong sampaikan sama Bara tentang apa yang kita bahas pagi ini. Dan kalau pun dia mau bayar dengan uang, pastikan bukan uang perusahaan!” ucap Ibu Bara sambil mengoles madu di atas roti panggang. Ayah Bara langsung meninggalkan meja makan dan mengatakan pada pembantunya, “Bilang Imron, anterin saya pergi, sekarang,” ucapnya sambil berjalan menuju kamar tidurnya di lantai atas. “Yes! Kalau begini kan si perempuan halu itu bisa lepas dari hidup Bara,

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   ALASAN MENGAPA BARA HARUS MENIKAH DENGAN WANITA LAIN.

    “Oh, Tuhan… semoga istri aku cepat hamil,” ucap Bara dengan suara lantang sambil memeluk perut Dona, penuh harap dan doa. Dona tertawa kecil, matanya berbinar. “Amin, Sayang…” bisiknya lembut, seolah doa itu juga ia titipkan ke langit. Bara mendekat, bibirnya hampir menempel di telinga Dona. “Udah datang bulan belum?” tanyanya dengan suara serak, menahan degup jantung. “Belum, Sayang…” jawab Dona lirih sambil tersenyum malu, jemarinya menggenggam erat tangan suaminya. “Kayaknya telat deh, beneran…” ucap Dona, kali ini suaranya bergetar karena harap yang tak bisa ia sembunyikan. “Ya Tuhan, yes!” Bara memejamkan mata, lalu menempelkan keningnya ke kening Dona. “Aku bakal jadi daddy of two… semoga anak kita kali ini laki-laki,” ucapnya penuh semangat, tapi juga bergetar oleh rasa haru. Ia lalu memeluk Dona begitu erat, seakan tak ingin melepaskan, sementara hatinya dipenuhi rasa syukur dan cinta malam itu. Bara menarik tubuh istrinya lebih dekat, mengecup kening, lalu bibirn

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   HABIS RIBUT KARENA SALAH PAHAM, TERBITLAH DESAHAN NAKAL.

    “Aku harus bicara serius sama dia. Ini harus, Sayang. Supaya dia tahu batasan dia saat ini,” ucap Bara tegas, menatap istrinya dalam-dalam. “Tapi… nggak berantem kan?” ucap Dona sambil memeluk Bara erat, khawatir. “No. Aku usahain nggak terpancing amarah,” jawab Bara sambil membalas pelukan istrinya, meski rahangnya mengeras. “Janji?” tanya Dona dengan mata memohon. “Aku nggak janji, Sayang. Aku manusia biasa,” ucap Bara dengan nada rendah tapi sarat emosi. “Sayang… please, jangan ada keributan lagi. Aku takut kamu kenapa-kenapa… atau justru dia yang kenapa-napa,” ucap Dona penuh kecemasan, suaranya bergetar. “Kenapa kamu khawatir soal dia?” tanya Bara dengan suara meninggi, matanya tajam menusuk. “Mas, jangan salah paham…” ucap Dona mencoba meluruskan, air matanya sudah menggenang. “Kamu cinta sama dia?” tanya Bara, nadanya penuh kecurigaan. “Mas, nggak gitu, Sayang…” ucap Dona sambil menahan air matanya jatuh. “Terus kalimat kamu itu apa artinya? Buat apa kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status