Home / Rumah Tangga / SELINGKUH DENGAN ISTRIKU / LIKE FATHER LIKE DAUGHTER?

Share

LIKE FATHER LIKE DAUGHTER?

last update Last Updated: 2025-07-02 11:03:29

“What is that? What's wrong with you? Nikah sama siapa?” tanya Martha cepat.

“Mam, gini deh... aku ingat. Aku udah pernah nikah. Dan aku punya anak. Aku yakin,” ucap Bara, lalu meninggalkan ruang TV begitu saja.

Martha dan Sastro saling memandang dengan panik.

“Papa? Gimana nih? Bara kayaknya mulai inget!”

“Sabar, Ma. Tenang. Dia belum sepenuhnya pulih. Dia masih ada di antara dunia lama dan baru...” ucap Sastro yang tampak berusaha tenang.

“Nggak! Dia sebut nama anak itu! Mama merinding denger itu nama!” ucap Martha yang tampak panik dan bingung.

•••

Di tempat lain, malam yang sama.

Nola sedang menonton TV di dalam kamar bersama Dona dan Rangga.

“Ola, besok mau bawa bekal apa?” tanya Dona sambil memeluk Nola dari belakang.

“Ayam rica-rica yang ada sayurnya. Aku mau langsing,” kata Nola, tersenyum sambil merapikan rambutnya.

“Oh wow... oke. Tapi harus ikut yoga kayak Mama dong...”

“Ih, nggak mau. Nanti aku capek, terus malah makan banyak. Gemuk deh,” sahut Nola sambil cemberut.

Rangga bangkit lebih dulu dari tempat tidur saat mendengar panggilan masuk di ponselnya, lalu keluar kamar. Dona menghela napas pelan, tampak tak bersemangat. Nola memeluk Dona, lalu mereka tidur bersama di kamar bernuansa pink itu.

•••

Di tempat lain, malam yang sama.

Bara duduk di ranjang, menatap botol obat di meja kecil sebelahnya. Ia enggan meminumnya. Ia merasa tak perlu.

“Aku yakin... Nola. Ola. Anak aku,” ucapnya lirih, menatap langit-langit kamar. jepitan rambut kecil berwarna pink berbentuk bintang itu Bara letakkan disisinya. ia memandangi jepit itu dan dia sangat merasakan keterikatan antara dia dan Nola.

•••

Pukul sebelas malam.

Dona meninggalkan kamar tidur Nola dan berjalan pelan menuju kamar tidur utama.

Rangga tampak sudah tertidur lebih dulu. Dona mendekat, lalu berbaring di sisi tempat tidur sambil memeluk bantal.

“Mas, aku tahu kamu belum tidur,” ucap Dona pelan.

“Aku cuma minta kamu jaga terus sikap di depan Ola. Jangan kayak tadi. Kamu keluar kamar tanpa peluk dia dulu, tanpa cium pipi dia,” lanjutnya.

“Kamu berisik. Aku mau tidur. Besok aku apel pagi,” sahut Rangga sambil menutup telinga dengan bantal.

“Aku mau kerja, besok aku harus interview,” ucap Dona lirih.

“Terserah!” potong Rangga cepat.

Dona terdiam. Ia memeluk bantal lebih erat, membelakangi Rangga.

Air matanya menetes perlahan. Dalam hatinya, ia hanya berharap... pagi segera datang.

•••

Pagi menjelang.

Dona menepati janjinya—memasak ayam rica-rica kesukaan Nola. Aroma bumbu menyeruak dari dapur, membuat pagi itu terasa sedikit lebih hangat.

Sementara itu, Nola sudah berdiri di depan cermin, mengenakan sepatu high heels milik mamanya yang kebesaran di kaki mungilnya.

“Aku tuh yang paling cantik,” ucapnya sambil berpose. “Lihat deh, gimana body aku? Aku udah diet. Aku mau kayak Mama aku. Dan kamu nggak boleh ikutan!”

Nola mencibir bayangan dirinya sendiri di cermin, lalu tertawa geli. Anak kecil itu tampak begitu percaya diri, seolah dunia memang miliknya.

Bersamaan dengan apa yang Nola lakukan di depan cermin, di tempat berbeda, Bara sedang berdiri di depan lemari, mengenakan kemeja biru langit dengan sedikit terburu-buru.

“Aku harus cari semua data lama. Aku harus cari tahu di mana Ola dan istriku aku sekarang,” gumamnya sambil merapikan kerah kemejanya di depan kaca.

Ia lalu berhenti sejenak, menatap pantulan dirinya sendiri.

“By the way… aku ganteng kan? eh kaca jangan iri,” katanya sambil menyeringai kecil ke arah bayangannya sendiri, sebelum mengambil jas dan keluar dari kamar.

•••

Pagi itu, Dona bersiap-siap untuk memasak bekal makanan Nola. Rangga duduk dengan laptop di depannya, membaca beberapa laporan kerja di ruang makan.

Nola muncul dari kamar dengan jepit rambut warna-warni dan tas sekolah yang ia seret begitu saja.

“Kok tasnya diseret gitu, Ola?” tanya Dona sambil menyiapkan bekal dan sarapan pagi di atas meja makan.

“Ini pura-puranya harta karun pakai karung. Mama hari ini kok cantik banget? Mama mau kerjaan?” tanya Nola, berdiri di dekat Dona sambil memandangi meja makan yang penuh dengan makanan kesukaannya.

“Mama hari ini mau interview kerja. Mama udah kirim banyak CV dari sekitar dua bulan lalu, dan akhirnya giliran mama deh interview,” jawab Dona sambil melirik Rangga yang masih terlihat acuh.

“Papa, Mama mau kerja. Papa bolehin, kan?” tanya Nola sambil sibuk merapikan pin kecil di baju seragamnya.

“Terserah Mama kamu. Mama kamu mau bebas di luar,” ucap Rangga tersenyum tipis dan menutup laptopnya.

“Bebas?” Nola tampak bingung mendengar kata itu.

“Ola tunggu di ruang tamu, ya. Mama mau ngomong sama Papa dulu,” kata Dona lembut sambil tersenyum.

Nola berlari ke ruang tamu dan langsung bermain dengan anjing dan kucing peliharaannya.

“Mas, kamu apa-apaan sih ngomong gitu di depan Ola?” bisik Dona kesal.

“Kenyataan mau bebas, kan? Terkekang di rumah! Bener, kan?!” ucap Rangga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   YANG DISINI BERCINTA, YANG DISANA SIBUK BERENCANA.

    “Ah... Sayang... Lagi...” pinta Dona sambil mendesah, menikmati tiap hisapan mulut suaminya tepat pada tonjolan berwarna merah muda itu. “Ahh... Mas... Terus...” pintanya lagi dengan suara parau. Bara semakin bersemangat. Ia menghisap lembut tanpa jeda, sementara tangannya meremas bagian lainnya dan jari-jarinya memainkan putingnya. “Mas... Aku basah...” desah Dona dengan napas memburu. Bara segera membaringkan tubuh istrinya di atas sofa, menarik celana yang dikenakan Dona, lalu membuka kedua pahanya lebar. Lidahnya langsung menjulur, menghisap dengan kuat. “Ah! Ah! Mas... Ini enak... Jangan berhenti... Ah...” jerit Dona sambil meremas rambut suaminya. “Sayang, ini manis...” ucap Bara di sela-sela lidahnya yang masih sibuk menghisap cairan itu dengan rakus. “Ah... Mas... Terus...” desah istrinya sambil meremas pinggiran sofa. “Sayang... Aku nggak mau cuma sekadar ini...” ucap Bara lirih, lalu segera membuka pakaiannya. Otot lengannya menegang, perut bidangnya terlih

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   BARA SIAP MENJUAL BEBERAPA ASET. AYAHNYA KHAWATIR.

    “Aku punya dana taktis, Pa. Tapi aku harus izin Dona dulu karena itu uang dia, aku simpan buat dia. Sementara aku nggak mungkin pakai tabungan pendidikan Olla,” ucap Bara sambil melirik anak dan istrinya. “Bara... Coba kamu pakai uang keuntungan perusahaan aja, jadi nggak mesti pakai dana pribadi,” ucap ayah Bara, suaranya terdengar ragu. “Nggak, Pa. Aku nggak mau ribut sama Mama soal ini. Yang jelas, aku tetap jual apartemen ini. Sambil nunggu ada yang tertarik, aku pakai uang yang ada. Selebihnya aku jual mobil, lagian aku jarang pakai mobil satunya itu. Paling... sementara aku pakai mobil Dona. Karena sebagian harta aku memang sudah aku buat atas nama istri,” ucap Bara dengan nada tegas. “Papa bantu. Papa punya tabungan. Kamu pakai aja dulu, ada sekitar 400 juta,” ucap ayahnya dengan nada tulus. “Jangan, Pa. Papa simpan aja uang itu,” ucap Bara, menahan emosi. “Tapi semua harta kamu terkuras, Bara. Papa nggak mungkin diam aja,” ucap ayah Bara dengan sorot mata khawatir.

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   BARA RELA JUAL ASET DEMI DONA

    Bel pintu berbunyi. Nola justru lebih dulu beranjak meninggalkan mainannya dan berlari hendak membuka pintu. “Olla…” Bara memanggilnya sambil melangkah menuju pintu dan melirik sepintas layar CCTV. “Oh, ada Opa-nya nih…” ucap Bara sambil tersenyum lalu membuka pintu. “Halo…” Ayahnya menyapa Nola lebih dulu saat pintu terbuka. “Wah! Opa?” seru Nola ceria. “Sendirian aja, Pa?” tanya Bara sambil tersenyum melihat ayahnya yang tengah menggandeng tangan Nola. “Sendirian aja, minta anterin Imron. Masuk sini, Imron. Nggak apa-apa…” ucap ayah Bara sambil melirik sang sopir. “Waduh, sungkan loh, Pak,” jawab Imron canggung. “Masuk aja, Pak Imron,” ucap Bara dengan ramah, mempersilakan. “Terima kasih, Den,” ucap Imron sambil membungkuk masuk dan membuka sepatunya. “Mama… ada Opa ini lagi loh…” teriak Nola dengan ceria. “Oh, Pa. Silakan, maaf berantakan mainan Olla,” ucap Dona ramah, menunduk sopan saat bersalaman. “Nggak apa-apa, namanya juga masih anak-anak. Sehat?” tanya ayah Bara.

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   TERNYATA PUNYA HUTANG?

    “Papa pikir semua itu pakai uang kita? Total tiga miliar, Pa!” ucap ibu Bara dengan suara bergetar menahan emosi. “Tiga miliar? Kenapa Mama baru bilang sekarang? Mama bilang waktu itu semua pakai uang tabungan kita!” ucap ayah Bara, nadanya meninggi penuh amarah. “Terus kita makan pakai apa? Sementara perusahaan kita saat itu di antara hidup dan mati!” ucap ibu Bara dengan mata berkilat menahan air mata. Ayah Bara terdiam. Kopi di tangannya tiba-tiba terasa jauh lebih pahit, menusuk sampai ke dadanya. “Papa silakan ke sana, dan tolong sampaikan sama Bara tentang apa yang kita bahas pagi ini. Dan kalau pun dia mau bayar dengan uang, pastikan bukan uang perusahaan!” ucap Ibu Bara sambil mengoles madu di atas roti panggang. Ayah Bara langsung meninggalkan meja makan dan mengatakan pada pembantunya, “Bilang Imron, anterin saya pergi, sekarang,” ucapnya sambil berjalan menuju kamar tidurnya di lantai atas. “Yes! Kalau begini kan si perempuan halu itu bisa lepas dari hidup Bara,

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   ALASAN MENGAPA BARA HARUS MENIKAH DENGAN WANITA LAIN.

    “Oh, Tuhan… semoga istri aku cepat hamil,” ucap Bara dengan suara lantang sambil memeluk perut Dona, penuh harap dan doa. Dona tertawa kecil, matanya berbinar. “Amin, Sayang…” bisiknya lembut, seolah doa itu juga ia titipkan ke langit. Bara mendekat, bibirnya hampir menempel di telinga Dona. “Udah datang bulan belum?” tanyanya dengan suara serak, menahan degup jantung. “Belum, Sayang…” jawab Dona lirih sambil tersenyum malu, jemarinya menggenggam erat tangan suaminya. “Kayaknya telat deh, beneran…” ucap Dona, kali ini suaranya bergetar karena harap yang tak bisa ia sembunyikan. “Ya Tuhan, yes!” Bara memejamkan mata, lalu menempelkan keningnya ke kening Dona. “Aku bakal jadi daddy of two… semoga anak kita kali ini laki-laki,” ucapnya penuh semangat, tapi juga bergetar oleh rasa haru. Ia lalu memeluk Dona begitu erat, seakan tak ingin melepaskan, sementara hatinya dipenuhi rasa syukur dan cinta malam itu. Bara menarik tubuh istrinya lebih dekat, mengecup kening, lalu bibirn

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   HABIS RIBUT KARENA SALAH PAHAM, TERBITLAH DESAHAN NAKAL.

    “Aku harus bicara serius sama dia. Ini harus, Sayang. Supaya dia tahu batasan dia saat ini,” ucap Bara tegas, menatap istrinya dalam-dalam. “Tapi… nggak berantem kan?” ucap Dona sambil memeluk Bara erat, khawatir. “No. Aku usahain nggak terpancing amarah,” jawab Bara sambil membalas pelukan istrinya, meski rahangnya mengeras. “Janji?” tanya Dona dengan mata memohon. “Aku nggak janji, Sayang. Aku manusia biasa,” ucap Bara dengan nada rendah tapi sarat emosi. “Sayang… please, jangan ada keributan lagi. Aku takut kamu kenapa-kenapa… atau justru dia yang kenapa-napa,” ucap Dona penuh kecemasan, suaranya bergetar. “Kenapa kamu khawatir soal dia?” tanya Bara dengan suara meninggi, matanya tajam menusuk. “Mas, jangan salah paham…” ucap Dona mencoba meluruskan, air matanya sudah menggenang. “Kamu cinta sama dia?” tanya Bara, nadanya penuh kecurigaan. “Mas, nggak gitu, Sayang…” ucap Dona sambil menahan air matanya jatuh. “Terus kalimat kamu itu apa artinya? Buat apa kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status