Share

SELINGKUH DENGAN ISTRIKU
SELINGKUH DENGAN ISTRIKU
Author: Dara Tresna Anjasmara

MEMORI DIHAPUS?

last update Last Updated: 2025-07-02 09:39:12

“Pa, pokoknya semua yang berkaitan dengan masa lalu Bara harus hilang. semua data semua akses, tutup rapat,” ucap Martha pada Sastro.

“Mama tenang aja. Sekarang ini Bara sudah jadi orang yang baru dengan ingatan yang baru, jangan khawatir,” ucap Sastro.

•••

Rumah besar itu nggak banyak berubah. Sofa abu-abu yang empuk, karpet Persia, lukisan kedua orangtuanya masih tergantung rapi di lorong, dan Mama—seperti biasa—udah sibuk ngatur katering buat nyambut anak semata wayangnya pulang dari Amerika setelah lima tahun.

“Aku kangen Indonesia,” ucap Bara pelan sambil nyender ke sofa ruang keluarga.

“Kamu tambah ganteng, Bara...” suara Mama Martha terdengar lembut untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

“Mama juga sekarang makin cantik,” jawab Bara sambil mencium tangan wanita itu.

Mereka makan malam dengan keluarga dekat. Tawa, cerita, foto-foto jaman dulu yang “aman” buat ditunjukin. Tapi Bara... hatinya tetap kayak ruang gelap yang belum keisi.

Dia ketawa, iya. Tapi setiap malam, ada suara-suara aneh di kepalanya. Suara kereta mainan, musik boneka yang berputar, atau... tawa anak kecil.

Dan kadang, suara itu muncul tiba-tiba waktu dia lagi sendiri.

Malam itu, Bara bangun tengah malam. Selimut di tubuhnya dia lempar karena terasa “gatal”—padahal itu linen mahal impor. Tangannya meraih botol kecil di laci: obat penenang.

Satu tablet. Dia telan tanpa air. Napasnya berat.

“Ayo tidur... besok balik ke kantor,” batinnya.

•••

Hari pertama di kantor, suasananya gegap gempita. Semua staf berdiri rapi di depan lobby kantor megah itu.

“Selamat datang, Pak Bara,” sambut Dani, sekretaris pribadinya yang baru.

Bara tersenyum. Matanya menyapu ruangan.

Dia berdiri tegap, suit hitam, dasi navy, jam tangan titanium yang berkilau di bawah cahaya.

“Hai semuanya. Saya tahu, saya terlihat asing buat kalian. Tapi percayalah, saya akan jadi CEO yang tetap bisa diajak bercanda,” katanya, bikin semua orang ketawa ringan.

Beberapa senior staf manggut-manggut, sementara yang muda-muda bisik-bisik.

“Gila... itu CEO kita? Ganteng banget, sumpah,” bisik seorang analis wanita di barisan belakang.

Meeting berjalan lancar. Bara lebih banyak mendengar, mencatat, dan memandangi sekeliling. Wajah-wajah asing. Tapi semua begitu profesional. Dia bisa kontrol semua—kecuali kekosongan di kepalanya.

Waktu makan siang tiba, Bara mutusin buat makan keluar. Dia nyetir sendiri, nyari sesuatu yang... nostalgic.

“Ah, ayam goreng Mekdi,” katanya sambil senyum tipis.

Dia parkir, masuk ke Mekdi terdekat, dan pesan seperti dulu di Amrik:

1 Big Mac, 2 chicken wings, 1 fries ukuran besar, 1 Coke dingin.

Bara ambil nampannya, cari meja dekat jendela. Tapi baru dua langkah...

DUGH!

Sesuatu—atau lebih tepatnya seseorang—menabrak lututnya dengan cukup keras. Nampan di tangan Bara oleng, dan Coke-nya tumpah ke baju jasnya.

“Oh no!” teriak suara cempreng kecil.

Bara mendongak. Di depannya... seorang anak perempuan. Gemoy. Rambut tebalnya dikuncir dua. Bajunya seragam TK warna pink. Pipinya merah. Dan... hidungnya mancung banget.

“Sorry, Uncle... aku nggak sengaja karena aku dikejar monster,” katanya sambil menunjuk temannya yang pake topeng Spiderman dan pura-pura jadi monster.

Bara bukannya marah... malah bengong.

Anak itu kayak—familiar.

“It’s okay... Uncle nggak marah. Tapi sebagai hukumannya, nama kamu siapa?” tanya Bara sambil berjongkok, nyari kontak mata.

“Aku namanya Nola tapi dipanggil Ola,” jawabnya sambil senyum, lalu sibuk benerin pin nama di bajunya.

“Ola...?” Bara ngulang pelan. Dadanya sesak seketika. Suara itu. Senyum itu. Nama itu.

Sesuatu di dalam dirinya menggeliat. Panas. Nyeri. Tapi hangat juga.

“Uncle namanya siapa?” tanya Ola sambil ngelap iler di dagunya pake punggung tangan. Spontan Bara ngakak kecil.

“Uncle Bara,” jawabnya.

“Hihi... nama Om mirip nama boneka kucing dirumah aku loh...”

“oh really? pasti kamu senang banget sama boneka kucing itu, kan,” ucap Bara sambil tersenyum.

Nola ngangguk-angguk. Tapi sebelum Bara bisa nanya lebih lanjut, suara perempuan dari tempat main anak-anak terdengar.

“Nola! Ayo makan, Sayang!”

“Oh, itu Miss aku!” kata Nola sambil bangkit berdiri. Tapi sebelum lari, dia ngelepas jepit rambut pink di kepalanya.

“Ini buat Uncle. Artinya aku seneng temenan sama kamu. Bye Uncle...” katanya sambil melenggok gaya peragawati mini, terus lari ke arah gurunya.

Bara berdiri mematung.

Di tangannya... jepit rambut kecil. Pink. Bentuk bintang. Dia ketawa pelan, masih bengong.

“Ola... Nola...” gumamnya lagi.

Ada sesuatu dalam dirinya yang runtuh perlahan. Tapi bukan sakit... lebih kayak rindu yang nggak punya nama.

Sejak pertemuan itu... dia tahu. Dia pernah memiliki Nola. Atau... Nola pernah memiliki dia.

•••

Bara duduk sendiri di pojok dekat jendela, satu tangan megang Big Mac yang tinggal separuh, satu lagi menyangga dagunya. Matanya nggak lepas dari sekumpulan bocah TK yang lagi main di area anak.

Ada yang nangis karena rebutan boneka. Ada yang nyanyi lagu anak-anak sambil nari lucu banget. Tapi yang paling menarik perhatian Bara adalah—Nola.

Anak kecil itu duduk di kursi merah kecil. Di depannya, tiga anak cewek lain berbaris manis sambil menyodorkan wajah ke arah Nola yang sibuk buka tas mini warna ungu muda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   MENYIMPAN BANGKAI

    Seketika Rangga berbalik arah dan menampar wajah Dona dengan keras. "Ah!" Dona menjerit pelan, menutup wajahnya dengan tangan. Bara melihat semuanya dari dalam rumah. Tangannya mengepal. Ia ingin keluar, ingin menghajar lelaki itu, tapi ia tahu ini bukan waktunya. Rangga berlalu pergi dengan mobilnya, suara mesinnya meraung tajam sebelum menghilang di tikungan. Dona berdiri gemetar. Air matanya tumpah. Ia merasa hancur. Bara segera menghampiri. Dona mundur, merasa malu, ingin melarikan diri dari pandangan pria itu. Namun Bara menahan langkahnya. Ia menarik Dona ke dalam pelukan. Dona menangis dalam pelukannya. Tak ada kata yang bisa menjelaskan rasa hancurnya. Dan untuk pertama kalinya... ia merasa aman. ••• Sadar akan statusnya sebagai istri orang lain, Dona menyeka air matanya dan perlahan melepaskan pelukan Bara. "Maaf, Pak. Nggak pantas buat saya melakukan ini," ucap Dona sambil berusaha tersenyum, meski matanya masih basah. "Saya yang minta maaf. Tapi saya c

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   RANGGA PULANG DAN MOBILNYA TERHALANG MOBIL BARA?

    Nola yang baru saja berganti pakaian, terkejut melihat ibunya digendong Bara. “Mama? Mama kenapa? Om, Mama sakit ya?” tanya Nola cemas. “Mungkin Mama kamu capek. Kita jagain Mama kamu, ya. Kamu punya aroma terapi? Healer gitu?” tanya Bara lembut. “Ada! Sebentar, Om!” kata Nola yang segera berlarian menuju kamar. Bara memegangi tangan Dona. Ia tampak khawatir, menyentuh pipi wanita itu perlahan, lalu mengecup tangannya penuh sayang. ••• Di ruang kerja Martha — percakapan telepon: “Saya minta tolong semuanya benar-benar beres! Bersih! Anak saya sudah mulai ingat masa lalu!” seru Martha dengan nada panik dan tajam. “Baik, Ibu Martha. Kami sudah melakukan penghapusan bukti surat menyurat, akta pernikahan, dan kelahiran bayi. Semuanya sudah kami hilangkan. Tim Anda sangat profesional dalam hal ini,” ucap pria di seberang telepon dengan nada tenang. “Kalau sampai dia dapatkan data itu, saya nggak segan bikin kehancuran buat kalian semua,” desis Martha penuh ancaman. •••

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   DONA TERJATUH?

    “Iya, temen mama juga. Jadi Uncle punya dua temen yang cantik, nih,” kata Bara sambil tersenyum. Nola langsung memeluknya erat lagi. Dona mendekat dan terlihat bingung melihat kedekatan Bara dan Nola. “Mama, ini sih temen aku, tau nggak? Uncle ini temen baru aku,” ucap Nola sambil tersenyum dan menyibakkan rambutnya ke belakang. “Kok bisa? Kenal di mana?” tanya Dona sambil mengernyitkan dahi. Bara membuka pintu mobil untuk dua orang yang ia cintai, lalu perjalanan pun dimulai. “Uncle... aku panggil Om aja, ya. Dan jangan kasih tau mama kalau kita temenan duluan,” bisik Nola ke telinga Bara. Namun, Dona mendengarnya dan tertawa kecil. “Oke, ini rahasia kita berdua. Mama nggak boleh tahu,” ucap Bara sambil tersenyum, lalu mencium pipi gempal Nola. “Hah?! Aku dicium?! Ih... harusnya aku dandan dulu, tau nggak!” seru Nola yang langsung sibuk membuka tas sekolah dan mengobrak-abrik isinya, mencari alat makeup mini. Dona dan Bara tertawa melihat tingkah anak mereka.

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   OM TEMEN MAMA AKU JUGA?

    “Oh ya, itu tujuan saya, karena sesuai dengan basis pendidikan terakhir saya,” jawab Dona, kini lebih bersemangat. “Oke,” ucap Bara singkat. “Oke? Oke doang?” tanya Dona, masih bingung. “Iya. Kamu kerja. Mulai kapan aja, suka-suka kamu. Hari ini siap?” “Hari ini sih saya bukan nggak siap, tapi harus jemput Ola di sekolah. Maaf ya kalau kedengarannya nggak profesional. Tapi besok saya bisa atur, karena kakek neneknya udah siap jaga Ola,” jelas Dona jujur. “Nggak masalah. Kamu bawa anak ke kantor pun boleh,” jawab Bara santai. “What? Jangan deh, Pak. Kecuali memang kebetulan banget nggak ada yang jaga, mungkin baru saya bawa. Tapi sebisa mungkin saya usahakan nggak,” ucap Dona cepat. “Nggak masalah. Bawa aja. Nggak ada yang bisa larang kamu bawa anak,” ucap Bara sambil tersenyum, menatap istrinya yang masih kaku tapi berusaha tenang. “Oke... oke deh. Nanti saya bawa Ola kalau memang mendesak,” jawab Dona. Bara kembali mengantar Dona keluar dari ruangannya, lalu bersama

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   KETIKA HARUS INTERVIEW ISTRI SENDIRI?

    “Oh, oke. Siap, Mas,” balas Dona sambil tersenyum. Sedikit lega—setidaknya ada kepastian. Dona pun beranjak dari sofa ruang tunggu, melangkah menuju lift. Saat pintu lift terbuka, ia masuk dengan tenang. Tubuhnya berdiri tegak. Jari telunjuknya menekan tombol “G” dan tombol penutup pintu. Namun, belum sempat pintu lift menutup sepenuhnya, sebuah tangan menahannya dari luar. Pintu terbuka kembali. Refleks, Dona sedikit mundur memberi ruang. Bara—pria itu—masuk ke dalam lift dengan langkah mantap. Ia menekan tombol penutup pintu lift, lalu menatap lurus ke depan... Sampai matanya tak sengaja menangkap bayangan di sampingnya. Sekejap... Napasnya tercekat. Sosok yang selama ini ia cari... kini berdiri hanya beberapa sentimeter darinya. ••• Bara menoleh ke arah wanita cantik yang telah lama ia cari. Tangannya sedikit gemetar, seolah hendak menyentuh tangan lembut itu. Tapi ia tahan—ia hanya memandang. Dona merapikan rambutnya, lalu menoleh ke arah Bara. Ia tersenyum

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   SATU JAM SAYA MENUNGGU

    “Mas, aku mau kerja karena aku juga masih punya impian... buat keluarga kita!” balas Dona tegas. “Impian kamu, bukan impian aku!” sergah Rangga. “Dan kalau emang kamu mau kerja, ya silakan. Lebih baik gitu, biar kamu nggak repot tiap hari tanya aku kenapa pulang terlambat, kenapa ini, kenapa itu, dan tau rasanya cari uang! Jadi nggak usah ngarep uang dari suami terus!” lanjut Rangga sambil bangkit dari kursinya dan meraih kunci mobil. “Ola, ayo kita pergi,” seru Rangga dari depan pintu, tersenyum seolah tak terjadi apa-apa. “Mama nggak diajak?” tanya Nola yang tampak bingung. “Oh, Mama masih lama, Sayang. Jadi Ola sama Papa duluan, ya. Ini bekal kamu. Sarapan dimakan di mobil sama Papa. Jangan lupa doa dulu,” ucap Dona sambil menyerahkan kotak makan dan membelai kepala putrinya. “Oke, Mama...” balas Nola sambil memeluk dan mencium pipi ibunya. “Jepit kamu kok cuma empat? Kemana satu lagi, Sayang?” tanya Dona sambil tersenyum, mengantarkan Nola ke mobil. “Oh iya... ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status