Home / Mafia / SIMPANAN MAFIA GANAS / Siasat di Balik Cermin

Share

Siasat di Balik Cermin

Author: Ananda FJ
last update Last Updated: 2025-09-08 22:28:00

Pagi pertama Ailea di kantor Leon adalah neraka ber-AC. Ia duduk di kursi tamu, menyalin data dari berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ke dalam laptop, sementara Leon duduk di kursi pimpinan, mengabaikannya. Atmosfernya dingin, kejam, dan terasa seperti berada di bawah teropong.

Pukul sepuluh pagi, interupsi datang. Nayla mengetuk pintu, membawa nampan berisi dua gelas kopi dan beberapa berkas. Senyum profesionalnya langsung menghilang saat melihat Ailea.

"Leon," sapa Nayla, mengabaikan kehadiran Ailea sepenuhnya. "Ini laporan keuangan triwulan. Aku juga bawakan kopi untukmu."

"Taruh saja di meja," kata Leon, masih sibuk dengan panggilan telepon.

Nayla meletakkan kopi di meja Leon, lalu sengaja mendekati Ailea. "Kamu, yang Ailea kemarin kan?"

"Ya," jawab Ailea singkat, tidak mau terprovokasi.

Nayla tersenyum meremehkan, suaranya pelan tapi menusuk. "Aku dengar kamu asisten pribadi yang baru. Well, congrats sudah dapat job desk baru. Tapi di sini ada etika. Kamu harus tahu job desk dasarmu: kopi Leon itu harus selalu tanpa gula dan suhunya harus pas, nggak boleh terlalu panas. Itu tugas asisten yang baik."

"Terima kasih atas informasinya," balas Ailea, suaranya tetap datar. "Tapi Tuan Leon sendiri yang belum memberiku tugas itu."

Nayla memiringkan kepala, matanya menyiratkan penghinaan. "Oh ya? Mungkin dia nggak mau kamu kelihatan bodoh di depan klien. Tapi itu dasarnya. Jangan sampai Tuan Leon harus minta kopi dua kali. Atau posisimu... bisa cepat hilang." Nayla menekankan kata 'posisi' dengan pandangan sinis ke arah sofa di kamar Leon.

Leon mengakhiri panggilan. "Ada apa, Nayla?"

"Aku cuma memastikan Ailea tahu bagaimana standar kerja kita, Leon. Aku nggak mau dia membuatmu repot," jawab Nayla dengan nada manja.

"Kerjaannya bukan urusanmu," balas Leon dingin. "Ambilkan Ailea data kontak Tuan Wira dan carikan jadwal pertemuan sosialnya minggu ini. Dinner, golf, atau acara amal. Ailea akan menemaniku. Dan Nayla,"

Nayla menatap penuh harap.

"Besok, aku mau meja kerjaku bersih dari kertas-kertas laporan. Aku benci berantakan." Perintah itu menghancurkan harapan Nayla.

Setelah Nayla pergi dengan wajah cemberut, Leon menatap Ailea. "Tugasmu semakin jelas, Ailea. Aku sudah memberimu peluang untuk masuk ke lingkaran sosial Wira. Besok malam, kamu akan berpura-pura menjadi tunanganku."

Ailea terperanjat. "Tunangan?"

"Ya. Hanya di depan umum. Aku butuh kamu bersikap seperti pasangan yang intimate, tapi nggak boleh murahan. Aku butuh orang yang cemburuan dan posesif di sebelahku. Wira suka mengorek urusan pribadi orang. Dan dia harus melihat bahwa kamu adalah kelemahanku yang baru." Leon tersenyum kejam. "Siap-siap, Ailea. Permainan kita baru saja pindah dari kamar ke panggung utama."

Ailea menarik napas, tangannya mengepal di balik meja. "Tunggu dulu. Tunangan itu bukan cuma pura-pura pegangan tangan, Leon. Orang pasti akan tanya soal cincin, soal masa lalu kita, soal rencana kita ke depan."

Leon berjalan ke belakang kursinya, mendekat ke telinga Ailea, suaranya kini berbisik. "Tepat. Aku butuh detail itu. Besok, aku akan panggil stylist dan desainer terbaikku. Kau akan kuubah total. Baju, rambut, cara bicara, semua. Kau harus terlihat seperti wanita yang pantas mendampingi seorang Ardane. Tapi ada satu aturan emas yang nggak boleh kau langgar:

"Jangan pernah sentuh aku duluan. Jangan pernah memimpin pembicaraan. Kau adalah boneka cantik yang aku kendalikan. Dan di depan Wira, kamu harus terlihat cemburu jika ada wanita lain yang mendekat. Aku butuh aktingmu yang terbaik, Ailea."

"Dan apa imbalannya kalau aku berhasil?" tantang Ailea, matanya berkilat marah.

Leon tertawa pelan. "Imbalannya adalah Ayahmu tetap aman. Itu sudah lebih dari cukup. Sekarang, keluarlah. Suruh Daniel (sopirku) untuk membelikanmu makanan dari restoran Prancis di lantai bawah. Aku harus bekerja."

Ailea berdiri, punggungnya lurus. Ia berjalan keluar, merasakan tatapan tajam Leon yang mengikuti setiap langkahnya. Pintu tertutup, tapi ia tahu, drama ini baru saja dimulai. Ailea menyentuh lehernya. Panggung utamanya bukan hanya di luar, tapi juga di hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tunangan bohongan

    Pagi itu, kamar Leon berubah menjadi salon mewah. Tiga orang stylist dan seorang penata rias sibuk membolak-balik Ailea, dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ailea hanya bisa diam. Ini bukan dirinya. Ini adalah kostum yang diciptakan Leon untuk menjalankan misi."Rambutnya harus di-styling seperti ini, Tuan Leon suka kesan elegan, tapi tajam," kata sang stylist, menunjuk majalah.Leon sendiri hanya muncul sesaat, berpakaian kaus santai tapi mahal. Ia mengawasi Ailea dengan tatapan menilai, bukan mengagumi."Kau terlihat terlalu takut, Ailea," komentarnya datar. "Aku tidak membelimu untuk menjadi seorang pengecut. Ingat, hari ini kamu adalah Ardane. Putri dari keluarga Ardane. Bertingkah seperti itu."Leon lalu pergi, meninggalkan Ailea dengan rasa marah dan terhina yang membakar.Pukul tujuh malam. Ailea berdiri di depan cermin. Gaun off-shoulder berwarna maroon memeluk tubuhnya dengan pas, rambutnya ditata sleek ke belakang, dan kalung berlian kecil melingkari lehernya—bukan miliknya

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Siasat di Balik Cermin

    Pagi pertama Ailea di kantor Leon adalah neraka ber-AC. Ia duduk di kursi tamu, menyalin data dari berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ke dalam laptop, sementara Leon duduk di kursi pimpinan, mengabaikannya. Atmosfernya dingin, kejam, dan terasa seperti berada di bawah teropong.Pukul sepuluh pagi, interupsi datang. Nayla mengetuk pintu, membawa nampan berisi dua gelas kopi dan beberapa berkas. Senyum profesionalnya langsung menghilang saat melihat Ailea."Leon," sapa Nayla, mengabaikan kehadiran Ailea sepenuhnya. "Ini laporan keuangan triwulan. Aku juga bawakan kopi untukmu.""Taruh saja di meja," kata Leon, masih sibuk dengan panggilan telepon.Nayla meletakkan kopi di meja Leon, lalu sengaja mendekati Ailea. "Kamu, yang Ailea kemarin kan?""Ya," jawab Ailea singkat, tidak mau terprovokasi.Nayla tersenyum meremehkan, suaranya pelan tapi menusuk. "Aku dengar kamu asisten pribadi yang baru. Well, congrats sudah dapat job desk baru. Tapi di sini ada etika. Kamu harus tahu job desk da

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Dibingkai di Ruang Pimpinan

    Mobil sport hitam Leon melaju membelah padatnya jalanan ibu kota. Ailea duduk di sampingnya, tumpukan berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ada di pangkuannya. Di sampingnya, Leon terlihat tenang, namun aura kekuasaan yang ia pancarkan di ruang tertutup itu terasa menekan."Jelaskan padaku," ujar Leon tiba-tiba, tanpa menoleh. "Apa kelemahan Wira yang paling jelas?"Ailea terkejut karena tes mendadak itu. Ia menarik napas. "Menurut laporan cash flow, dana yang mengalir ke rekening pribadi Wira sangat besar, tidak wajar. Itu bisa jadi petunjuk untuk aset di luar negeri, atau, yah, dia punya kebiasaan buruk yang butuh uang cepat.""Kebiasaan buruk," ulang Leon, suaranya mengandung nada persetujuan. "Aku suka. Aku ingin tahu persisnya kebiasaan buruk apa itu. Dan kamu akan mencari tahu. Langsung dari sumbernya."Mobil memasuki area parkir khusus di lantai paling atas gedung pencakar langit. Saat mereka keluar, beberapa staf sudah berbaris, menyambut Leon dengan hormat berlebihan."Pagi, Tu

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tugas Pertama Seorang Aset

    Ailea terbangun karena aroma. Bukan aroma parfum mahal Leon, melainkan aroma kopi premium yang menusuk indra. Ia melompat dari sofa—bukan karena takut, tapi karena panik. Pukul 06.30 pagi.Ia melihat ke tempat tidur. Kosong. Tempat tidur king size itu rapi, seolah tidak pernah ditiduri. Leon tidak ada. Ke mana dia? Ailea merasa sedikit lega, namun pengawasan terasa lebih mencekam daripada kehadirannya.Ailea cepat-cepat mandi dan mengenakan pakaian kasual yang baru disiapkan Leon. Begitu ia keluar, ponsel barunya berdering. Nomor tak dikenal. Ailea ragu-ragu sejenak, tapi ancaman semalam langsung muncul di benaknya.Ponsel barumu itu harus selalu on. Aku telepon atau kirim pesan, harus diangkat, detik itu juga."Halo?" suara Ailea terdengar sedikit kaku."Sudah bangun?" Suara Leon rendah, dalam, dan tanpa basa-basi. "Datang ke ruang makan utama. Jangan telat lima menit pun."Panggilan diputus. Ailea buru-buru menuruni tangga.Leon sudah menunggunya di ruang makan, mengenakan setelan j

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 3

    Di sisi lain, Aruna masih beristirahat di kamar Satria. Tubuhnya menjadi lebih lama pulih karena hampir setiap malam Satria datang untuk mereguk kehangatan. Aruna melayaninya selama dua hari kemarin, dan sekarang dia tidak ingin lagi melakukan itu. Satria datang ke kamar saat Aruna sedang membalut perban di lengan kanannya. “Aruna, apa kamu mengenal seseorang bernama Andra?” Aruna melihat raut wajah Satria sedang kesal padanya. Pagi tadi pria itu bersetubuh dengannya, tetapi Aruna menolaknya dan bahkan mengancam akan bunuh diri jika Satria memaksanya terus berhubungan badan. Awalnya Aruna rela melakukan semua itu secara alami, tapi setelah dia memikirkannya lebih jauh, semua tindakan itu terasa tidak masuk akal dan sebaiknya segera dihentikan “Kenapa kamu bertanya tentang orang yang tidak aku kenal?” Tanya Aruna balik. “Andra bilang dia teman dekatmu!” “Banyak nama Andra di dunia ini Satria. Lagi pula aku tidak tahu siapa Andra!” Dia sudah berjanji pada Wirya bahwa dia tidak a

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 2

    Wirya sangat terkejut, dia pikir Lia berulah dan Aruna tahu bahwa itu adalah ulah Lia. Ternyata Aruna memiliki pandangan lain terhadapnya dan menduga bahwa dirinyalah yang berusaha menyingkirkannya dari sisi Bayu. “Ini sudah sangat keterlaluan! Kamu pergilah ke kota cepius untuk meluruskan masalah ini. Pantas saja dia menolak ketika aku memberikan restu padanya kemarin, pasti dia menduga aku memisahkannya dengan Bayu!” Andra menerima perintah itu tapi menurutnya Bayu mungkin sudah menjelaskan tentang siapa orang yang menyelakai Aruna. Sore itu Andra memutuskan untuk berangkat ke kota cepius. Andra beristirahatlah di hotel dalam perjananan ke sana. Dan pada keesokan paginya dia langsung menuju ke vila. Pada saat itu ternyata Bayu belum kembali dari perusahaan. Andra memutuskan untuk menunggunya di vila dan dia juga mengirimkan pesan pada Bayu bahwa dia datang karena perintah Wirya. Di sisi lain, Bayu dalam perjalanan menuju rumah Aruna. Aruna belum pulang sejak kemarin dan pikirnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status