BRAK ...
Zayn tidan menyadari adanya mobil truk bermuatan besar yang datang dari arah kiri, melaju kencang dan menabraknya. Fokus Zayn hanya pada mobil kekasihnya yang sudah lebih dulu pergi itu. Zayn terjatuh dari motor dan motornya terpental sejauh lima ratus meter. Seketika pandangan Zayn berubah gelap. Ia merasakan seluruh tubuhnya sudah mati rasa. Ingatan terakhirnya adalah, menatap sang kekasih yang sedang bersama pria lain di mobil mewah.Sepasang mata terbuka, bersamaan dengan seberkas cahaya berwarna biru menyorot tajam. Zayn menutupi matanya dengan sebelah tangan. Ia sepintas melihat sekelilingnya seperti ruang hampa. Gelap tanpa adanya benda satu pun. Mungkinkah dirinya benar-benar sudah mati? Inikah yang dinamakan alam baka?Zayn berpikir demikian. TRING ...Terdengar suara nyaring, Zayn pun membuka matanya lebar-lebar dan mendapati dirinya berada di tempat yang sama sekali tidak dikenal.Zayn mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, kemudian berdiri dengan cepat. "Di mana aku?" Dia bertanya-tanya dan melihat sekitarnya hanya hamparan Padang Savana yang sangat luas.Zayn tidak merasakan sakit sama sekali, padahal ia baru saja mengalami kecelakaan, saat hendak mengejar mobil kekasihnya. Mungkinkah ini hanyalah mimpi?[Selamat datang dalam Sistem Harem Sang Milyader Type 0.1.]Zayn mengucek-ngucek matanya saat dihadapannya terdapat sebuah layar notifikasi, yang muncul entah dari mana. Tampilannya seperti hologram berwana jingga.[Selamat, Anda menjadi orang terpilih untuk menggunakan Sistem Harem Sang Milyader.]"Sistem Harem Sang Milyader?" Zayn mengulang kalimat yang tertulis di layar tersebut. Alisnya naik sebelah dan keningnya mengerut. [Tekan 'Ya' jika Anda ingin lanjut ke langkah berikutnya.]Zayn membacanya dengan sangat hati-hati. "Apakah ini sungguhan? Aku belum pernah melihat yang seperti ini, selain di film dan novel-novel Fantasy."Ditekan atau tidak? Zayn pun bimbang. Namun, rasa penasarannya sangat tinggi. Akhirnya, setelah berpikir sejenak Zayn menekan 'Ya' seperti yang tertulis di sana.TRING ..Bentuk dari layar notifikasi itu berubah drastis. Kini ada banyak kata yang tertulis di sana.[Selamat datang dalam Sistem Harem Sang Milyader, type 0.1. Saya adalah Calista, yang akan memandu Tuan, menjalankan setiap misi yang ada.]Zayn melihat sekitarnya. Namun, tidak ada ataupun orang di sana. Dia baru saja mendengar seseorang berbicara. Suaranya seperti wanita. "Siapa yang berbicara?" Zayn meninggikan suaranya, mencari pemilik suara tadi.[Saya adalah Sistem yang akan memandu Anda, Tuan.]Suaranya terdengar kembali, kali ini sangat jelas. Dipikir-pikir, mungkin layar notifikasi itu yang mengeluarkan suara wanita. Tebak Zayn, menerka-nerka.[PEMBERITAHUAN.][Saya akan memberikan panduan singkat kepada, Tuan. Silahkan tekan Menu, untuk mengetahui fitur selanjutnya.]Zayn pun menekan bagian menu, seperti yang dikatakan Calista.[DATA][Nama: Zayn Xander][Ras: Manusia.][Usia: 22 tahun.][Level: 0][Status: Pemilik Sistem Harem Sang Milyader.][Jumlah Wanita: 0.][Poin Karisma: 0][Fisik: 2/100%][Saldo: 1 juta Dollar.]"Sistem memberikan Anda, modal 1 juta dollar, untuk membeli beberapa item yang dapat Anda gunakan nanti.""Pada level awal, hanya diperbolehkan untuk menghabiskan uang 20.000 Dollar. Anda bisa meningkatkan level dengan menyelesaikan misi harian dan perintah lainnya."Zayn menyimak dengan teliti, penjelasan yang diberikan Calista. Meskipun terdengar suara, tetapi di layar notifikasi tertulis jelas apa yang disampaikan.Satu juta dollar? Zayn memikirkan banyak hal yang dapat dibelinya dengan uang sebanyak itu. Satu juta dollar, setara dengan ia bekerja lembur selama tiga bulan. "Bagiamana cara untuk menyelesaikan misi harian?" Zayn bertanya."Anda perlu berlari selama tiga puluh menit. Push up sebanyak 100 kali. Sit up sebanyak 50 kali. Misi harus selesai sebelum pukul 23:59."Zayn menelan ludahnya berat-berat, seperti menelan biji salak. Ini Sistem Harem atau pelatihan militer? Rutuknya dalam hati. "Lantas, kapan misi harian itu dimulai?" tanya Zayn memastikan. "Anda bisa memulainya hari ini, Tuan."TRING ...Sebelum Zayn bisa menyimak penjelasan terakhir, suasana sekitar pun berubah, bukan lagi hamparan Padang Savana. Kini Zayn sudah berada di trotoar jalanan kota Jiang."Calista!" Zayn berteriak, mencari-cari layar notifikasi yang dilihatnya sebelum ini.Zayn sempat berpikir mungkin Sistem Mafia Harem itu tidaklah benar. Namun, selang beberapa detik."Tuan Zayn." Seorang wanita menyapa dari arah belakang. Zayn langsung berbalik badan, "kau siapa?" Dia bertanya cepat."Saya Calista." Wanita cantik bertubuh mungil itu menyebutkan namanya. Zayn membulatkan matanya lebar-lebar, seolah ingin melompat keluar. "Apa aku tidak salah lihat? Kau manusia seperti diriku, heum?"Zayn mencubit pipinya sendiri, memastikan wanita mungil itu, benar-benar nyata. Setelah itu, Zayn menjerit, ternyata Calista bukanlah mimpi. "Anda, bisa menyentuh saya, Tuan." Calista mengulurkan tangannya, guna membuktikan bahwa dirinya bukanlah hantu maupun mimpi seperti yang Zayn pikirkan.Zayn pun melakukannya. Pertama-tama dia, menepuk punggung tangan Calista. Merasa ragu. Calista pun tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi-giginya yang putih bersih itu. Zayn masih belum percaya, kemudian dia menggenggam tangan Calista, ternyata tidak tembus pandang."Apa sekarang Anda, sudah percaya, Tuan?" tanya Calista ramah dan langsung mendapat anggukan kepala dari Zayn."Baik, Tuan. Anda sudah bisa memulai misi harian. Misi harian akan berakhir sebelum pergantian hari," terang Calista lembut.Zayn melihat arloji yang melingkar lengan kirinya. "Sekarang sudah pukul, 16:45. Astaga!" Zayn mengumpat kemudian, sebab hari sudah mulai sore."Apa aku harus menyesuaikan misi hariannya sekarang?"Calista mengangguk, "benar, Tuan. Jika Anda tidak menyelesaikan misi harian, maka Anda akan mendapatkan hukuman.""Apa-apaan ini, aku belum memulainya, tetapi sudah mendapat hukuman? Sistem yang kejam!" omel Zayn, merasa tidak adil."Anda masih memiliki banyak waktu, untuk menyelesaikan misi harian, Tuan. Anda bisa membeli beberapa barang untuk membantu," tawar Calista yang lantas membawa angin segar bagi Zayn."Barang apa yang bisa aku dapatkan?"Calista mengangguk, kemudian dia mengangkat sebelah tangannya. Dari telapak tangan kanan, muncul layar notifikasi yang Zayn lihat sebelumnya."Tekan bagian membeli," pinta Calista.Zayn menekan tombol membeli. Terpampang barang-barang yang dapat ia beli.[Barang yang Anda bisa beli. Berjumlah dua barang, yaitu air mineral dan makanan ringan.][Silahkan tekan beli, jika Anda setuju]Zayn hampir mengeluarkan kata-kata kasar. Ternyata barang yang dimaksudkan hanya air mineral dan makanan ringan. Memang dirinya selemah apa?"Nanti saja. Saat ini aku tidak memerlukan barang-barang itu!" tolak Zayn tegas. Calista mengangguk dan tak banyak kata. Hanya berselang satu detik, layar notifikasi itu menghilang tak berbekas.Zayn kembali membulatkan matanya. "Sebenarnya dia manusia atau hantu?" gumamnya pelan. Calista terkekeh, "Tuan tidak perlu berbisik seperti itu. Saya bisa mendengar ucapan Tuan."Huem, ternyata selain aneh, Calista memiliki pendengaran yang tajam juga. Zayn berkata dalam hatinya."Calista. Apakah saldo dalam sistem itu, dapat diuangkan?" tanya Zayn penasaran."Tentu bisa, Tuan. Namun, Anda tidak bisa menggunakan semuanya. Anda hanya bisa mengambil sebagian saja," beber Calista sangat jelas."Baiklah. Kalau begitu, aku akan menyesuaikan misi harian ini!" ungkap Zayn penuh semangat.Zayn beringsut sambil menepuk-nepuk kemejanya yang kotor akibat jatuh tadi. Pukulan pria itu cukup membekas, bahkan sampai membuat tepi bibirnya mengeluarkan darah segar. "Zayn ... Jangan!" tahan Vania, menggenggam erat tangan sang kekasih. Namun, bukan Zayn jika menyerah dan menerima kekalahan begitu saja.Siapa pria itu? Dia telah membuat keributan dan mempermalukannya di hadapan banyak orang. Zayn menarik tangannya yang terus digenggam Vania. Selanjutnya dia berjalan menghampiri pria yang sudah menghadiahkannya sebuah pukulan keras itu."Kau siapa? Apa kita saling mengenal, Tuan?" sungut Zayn, sedikit mengangkat kedua bahunya."Aku adalah calon suami Vania!" tegas pria itu, langsung pada intinya.Zayn tidak terlalu terkejut. Setidaknya, dengan kehadiran pria itu sekarang, Zayn tidak perlu repot-repot berkenalan lagi di kemudian hari. "Diego, cukup! Sudah kukatakan. Aku tidak menerima perjodohan ini! Diriku sama sekali tidak mencintaimu!"Vania tidak bisa diam saja, melihat dua l
Vania menarik tangan Zayn, supaya langkahnya cepat menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari posisi mereka berada tadi.Di wilayah ini, memang dilarang memarkirkan kendaraan di sembarang tempat. Maka dari itu, telah disediakan tempat parkir khusus. "Hari ini aku ingin sekali berbelanja. Kau harus menemaniku ya, Zayn."Ucapan Vania langsung mendapat anggukan kepala oleh sang pria. "Baiklah. Silahkan masuk, Tuan Putri."Zayn membukakan pintu mobil, sedikit membungkuk dengan sebelah tangan berada di dada, mempersilahkan Vania untuk masuk lebih dulu. Senyuman Zayn uang manis mengalahkan gula itu, telah menghipnotis Vania, hingga mabuk kepayang. "Terima kasih," jawab gadis cantik yang rambutnya selalu tergerai indah itu, seraya tersenyum lebar.Vania memiliki lesung pipi di sebelah kiri, yang menambah kecantikannya ketika tersenyum. Zayn mengangguk, kemudian menutup pintu mobil dengan hati-hati. Vania yang sudah berada di dalam pun, tidak henti-hentinya mengumbar senyuman. Ah, sungguh
"Tuan, hendak pergi kemana?" tanya Calista, ketika mendapati Zayn, yang sudah rapi dengan setelan baju santai. Jika dilihat-lihat kembali, tampaknya Zayn akan pergi berolahraga?"Haruskah aku mengatakan segala kegiatanku kepadamu?" Zayn melipat kedua tangan di dada, menaikkan sebelah alisnya menatap penuh tanya. "Saya hanya ingin memastikannya saja, Tuan." "Heum, sudahlah. Aku tidak ingin berlama-lama berbicara denganmu. Sebaiknya, diriku ingin menghirup udara segar." Setelahnya dia melenggang pergi. Seperti biasa, mengacuhkan segala sesuatu yang Calista ucapkan.Gadis mungil itu, berbalik badan. Memperhatikan punggung Tuannya cukup lama. "Semangat, Tuan! Selamat, menikmati olahragamu! Semoga harimu menyenangkan!" teriak Calista kemudian.Zayn tidak menoleh, hanya mengangkat sebelah tangannya. Calista sekedar termangu di sana dan tersenyum kecil. ***Baru beberapa meter meninggal apartemen, Zayn sudah seperti idola yang sedang digandrungi. Aura ketampanannya seolah memancar sempurn
Zayn pun meninggal rumah sakit, bersama seorang wanita tiga puluhan tahun. Cantik dan menawan.Zayn sesekali melirik wanita itu. Dia merasa tidak asing dengan wajahnya. Seperti pernah bertemu. Namun di mana? Zayn pun sedang memikirkannya sekarang. "Siapa namamu?" tanya wanita itu santai sembari fokus pada jalanan beraspal Kota Jiang, membuka pembicaraan di antara keduanya. Suasana di dalam mobil terasa canggung karena Zayn tidak mengatakan apa-apa sedari tadi.Jika diperhatikan lagi, pemuda yang ada disampingnya cukup tampan juga. Pikir wanita itu, yang mulai tertarik dengan Zayn. "Namaku, Zayn Xander. Nona, bisa memanggilku Zayn saja," ungkapnya santai.Wanita itu mengangguk sambil bibirnya membentuk huruf O kecil, "kalau begitu panggil saja aku, Zia.""Zia?" Zayn menaikkan sebelah alisnya. Rasa penasarannya semakin memuncak setelah wanita itu menyebutkan namanya."Ada apa dengan ekspresi wajahmu? Apakah namaku terdengar aneh?" Zia mengarahkan pandangannya pada Zayn. "Apa kau meras
"Daddy, sudah menjodohkanku dengan pria lain dan Daddy sudah mengatur pertemuannya," ungkap Vania lemas.Senyuman Zayn pun memudar. Dia melepas genggamannya. Saking terkejutnya dia sampai beranjak bangun. Tangan kanannya mengusap kening, sedangkan yang kiri berkacak pinggang. "Lantas bagaimana dengan hubungan kita?" Zayn tidak banyak kata.Sebenarnya dia tidak terlalu peduli Vania dijodohkan atau tidak, tapi ya ... Apakah hanya berjalan satu hari saja? Zayn masih belum merasa puas. "Kamu tenang dulu, Zayn." Vania menarik tangan sang kekasih untuk kembali duduk bersama. Vania menggenggam erat tangan Zayn. Mengusapnya perlahan-lahan. "Aku sudah menolak perjodohan itu, Sayang. Jadi, hubungan kita tetap berlanjut. Secepatnya aku akan mengenalkan kamu pada Daddy dan keluargaku yang lain."Zayn membola. Namun, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.Bertemu keluarga? Apakah dirinya sudah siap? Matilah! Kalau Vania langsung memaksa untuk menikah. "Heum, sebaiknya kita buka
"Tuan," sebut Calista pelan. Wajahnya sudah berada sangat dekat Zayn. Jaraknya kurang satu meter. Zayn langsung membuka matanya lebar-lebar, saat merasa ada hembusan angin hangat menerpa wajahnya. Saking terkejutnya dia spontan mendorong Calista, hingga membuatnya mundur beberapa langkah. Zayn buru-buru mengubah posisinya menjadi duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut karena kondisinya hanya dibalut mantel mandi saja. Takut ada sesuatu yang dilihat Calista. Jadi dia menutupnya rapat-rapat. "Kau ini, selalu mengejutkanku. Ada apa?" bentak Zayn mengomel. Dia tidak bisa menutupi kesalahannya. Sementara Calista menggembungkan pipinya seperti bola pingpong. "Tuan ... Kau membuat pakaianku rusak." Zayn melirik, "rusak katamu? Aku melihatnya baik-baik saja." Calista semakin kesal dibuatnya. Dia melipat kedua tangan di dada, lalu menyelengos seperti bocah yang merajuk ketika tidak dibelikan permen. "Anda, memang pria yang tidak peka, Tuan," celetuknya bernada kesal. Kini Za