Vania menarik tangan Zayn, supaya langkahnya cepat menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari posisi mereka berada tadi.Di wilayah ini, memang dilarang memarkirkan kendaraan di sembarang tempat. Maka dari itu, telah disediakan tempat parkir khusus. "Hari ini aku ingin sekali berbelanja. Kau harus menemaniku ya, Zayn."Ucapan Vania langsung mendapat anggukan kepala oleh sang pria. "Baiklah. Silahkan masuk, Tuan Putri."Zayn membukakan pintu mobil, sedikit membungkuk dengan sebelah tangan berada di dada, mempersilahkan Vania untuk masuk lebih dulu. Senyuman Zayn uang manis mengalahkan gula itu, telah menghipnotis Vania, hingga mabuk kepayang. "Terima kasih," jawab gadis cantik yang rambutnya selalu tergerai indah itu, seraya tersenyum lebar.Vania memiliki lesung pipi di sebelah kiri, yang menambah kecantikannya ketika tersenyum. Zayn mengangguk, kemudian menutup pintu mobil dengan hati-hati. Vania yang sudah berada di dalam pun, tidak henti-hentinya mengumbar senyuman. Ah, sungguh
Zayn beringsut sambil menepuk-nepuk kemejanya yang kotor akibat jatuh tadi. Pukulan pria itu cukup membekas, bahkan sampai membuat tepi bibirnya mengeluarkan darah segar. "Zayn ... Jangan!" tahan Vania, menggenggam erat tangan sang kekasih. Namun, bukan Zayn jika menyerah dan menerima kekalahan begitu saja.Siapa pria itu? Dia telah membuat keributan dan mempermalukannya di hadapan banyak orang. Zayn menarik tangannya yang terus digenggam Vania. Selanjutnya dia berjalan menghampiri pria yang sudah menghadiahkannya sebuah pukulan keras itu."Kau siapa? Apa kita saling mengenal, Tuan?" sungut Zayn, sedikit mengangkat kedua bahunya."Aku adalah calon suami Vania!" tegas pria itu, langsung pada intinya.Zayn tidak terlalu terkejut. Setidaknya, dengan kehadiran pria itu sekarang, Zayn tidak perlu repot-repot berkenalan lagi di kemudian hari. "Diego, cukup! Sudah kukatakan. Aku tidak menerima perjodohan ini! Diriku sama sekali tidak mencintaimu!"Vania tidak bisa diam saja, melihat dua l
"Mengapa bayaranku hanya segini, Bos? Bukankah ini hanya sebagian saja?"Zayn, pemuda dua puluh dua tahun tertunduk lesu melihat uang hasil kerja lemburnya. Restoran tempatnya bekerja menjanjikan uang lembur 25$ per jamnya, sedangkan Zayn bekerja 10 jam tanpa henti. Bayaran yang harus diterimanya 100$, kendati demikian ia hanya menerima separuhnya saja."Apa kau ingin protes, ah?! Kerjamu saja tidak becus, dasar bodoh! Masih untung diriku masih mau membayarmu, di luaran sana tidak ada yang mau membayarmu dengan harga tinggi, bodoh!"Carlos, sang manager restoran membentak dan memaki Zayn di hadapan semua orang. Para pengunjung restoran pun lantas mengarahkan pandangan mereka pada Carlos dan Zayn.Para pelayan lainnya ikut mengerumuni Carlos yang tengah marah kepada Zayn. Mereka penasaran dengan suara ribut-ribut di sana."Dasar pelayan tidak tahu diuntung! Seharusnya kau bersyukur, restoranku masih menerima orang sepertimu. Jelek, bodoh, dekil dan tidak berpendidikan!" caci Carlos leb
BRAK ...Zayn tidan menyadari adanya mobil truk bermuatan besar yang datang dari arah kiri, melaju kencang dan menabraknya. Fokus Zayn hanya pada mobil kekasihnya yang sudah lebih dulu pergi itu. Zayn terjatuh dari motor dan motornya terpental sejauh lima ratus meter. Seketika pandangan Zayn berubah gelap. Ia merasakan seluruh tubuhnya sudah mati rasa. Ingatan terakhirnya adalah, menatap sang kekasih yang sedang bersama pria lain di mobil mewah.Sepasang mata terbuka, bersamaan dengan seberkas cahaya berwarna biru menyorot tajam. Zayn menutupi matanya dengan sebelah tangan. Ia sepintas melihat sekelilingnya seperti ruang hampa. Gelap tanpa adanya benda satu pun. Mungkinkah dirinya benar-benar sudah mati? Inikah yang dinamakan alam baka?Zayn berpikir demikian. TRING ...Terdengar suara nyaring, Zayn pun membuka matanya lebar-lebar dan mendapati dirinya berada di tempat yang sama sekali tidak dikenal.Zayn mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, kemudian berdiri dengan cepat. "Di ma
20:30 p.m."Lima puluh ..." Zayn pun menyelesaikan sit up sebanyak 50 kali. Dalam waktu lima belas menit. Zayn tidur telentang di rerumputan taman kota. Sejak sore hingga malam menyapa, ia menjalankan misi harian dari Sistem Harem.Selama menjalankan misi harian, tidak sedikit dari orang-orang sekitar yang memperhatikannya. Zayn memilih untuk tidak memperdulikannya. "Astaga! Aku merasa lelah sekarang. Menjalankan misi harian sama saja seperti berlatih militer di academy," gumamnya menggerutu sambil menstabilkan napas yang masih memburu itu."Tuan." Calista pun datang secara mengejutkan. Calista duduk berjongkok tepat di samping Zayn, yang sontak membuat pemuda dua puluh dua tahun itu tersentak kaget."Apa-apaan kau ini? Mundur beberapa langkah dariku!" tegas Zayn, merasa risih dekat-dekat dengan Calista. Dia masih belum bisa mempercayai Calista sepenuhnya."Anda hebat, Tuan. Misi harian berhasil Anda selesaikan." Calista berkata dengan penuh semangat sembari menunjukkan ibu jarinya
"Sungguh, Tuan? Jadi, malam ini Anda akan makan malam dengan seorang wanita?" Calista tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, sekaligus bercampur senang. Dibandingkan Zayn yang hanya berucap beberapa kata saja, Calista malah lebih antusias. Sampai jaraknya dan Zayn kurang dari satu meter. "Anda memang luar biasa, Tuan. Misi di level 3 ini, pasti akan mudah Tuan selesaikan dalam waktu singkat."Kalimat pujian terus terlontar, bersamaan dengan suara tepuk tangan meriah. Calista menyambut bahagia keberhasilan Zayn kali ini.Baru beberapa jam berlalu, tetapi Zayn sudah mempu menggaet seorang wanita. Dari data Sistem Harem, ternyata wanita yang akan dikencani Zayn, seorang pewaris dari keluarga konglomerat. "Ish ... jangan memujiku berlebihan seperti itu. Kami hanya akan malam saja." Meskipun, Zayn berusaha bersikap acuh dan terkesan dingin, tetapi Calista bisa membaca dari raut wajah Zayn, yang sebenarnya sedang merasa bahagia. "Aku minta jaga jarakmu. Mundur lah!" Zayn menggese
Hari berikutnya.Rebecca berdandan sangat cantik layaknya putri di negeri dongeng. Mengenakan gaun berwarna biru laut dengan sebuah mahkota di kepalanya, menambah kesan anggun bagi sang wanita yang sedang berulang tahun.Matthew pun terlihat gagah dan tampan dengan setelan jas yang senada dengan gaun Rebecca."Selamat ulang tahun, Sayang. Ini hadiah untukmu." Matthew memberikan sebuah kotak berukuran sedang yang sudah dibungkus sangat indah. Ada pita warna emas di atasnya, membuat Rebecca tersenyum sumringah."Terima kasih, Sayang." Rebecca mengecup bibir Matthew di hadapan semua orang. Dia mengambil hadiah tersebut dan berniat untuk membukanya sekarang.Rebecca menebak pasti sesuatu bernilai fantastis ada di dalam kotak tersebut. Mungkin sertifikat rumah, tanah atau yang lainnya? "Apa kau sudah menghubungi si sampah itu, untuk datang pesta ini?" tanya Matthew tersenyum penuh makna."Tentu, Sayang. Aku sudah meminta sampah itu untuk datang. Kamu tenang saja, Sayang." Rebecca mengalun
Vania mengantar Zayn hingga pintu apartemen. "Masuklah," pinta Vania. "Kamu tidak ingin masuk juga, Sayang?" tawar Zayn ramah, sekedar basa-basi. Berlama-lama dengan Vania, membuatnya seperti terlahir kembali. Dunianya sekarang dipenuhi warna. Bukan hanya hitam saja. "Tidak untuk sekarang, Sayang. Lain kali saja ya. Daddy memintaku untuk pulang hari ini. Nanti aku kabari kamu ya." Vania mengecup pipi kanan Zayn lembut. Kemudian tersenyum sumringah sampai lengkungan bibirnya terlihat. [Sang wanita merasa senang: Mendapatkan +10 Poin Karisma] "Iya, Sayang. Pergilah. Jangan biarkan Daddymu menunggu," ucap Zayn sambil mengelus lembut kedua pipi Vania. "Love you, Sayang." "Love you too, Sayang," balas Zayn, disertai kecupan hangat di kening sang kekasih. [Sang wanita merasa Jatuh Cinta: Mendapatkan +20 Poin karisma.] Kini Zayn tahu, bagaimana memperlakukan wanita, dengan begitu poin karismanya akan bertambah. Level pun akan cepat naik. "Dah, Sayang." Vania mulai melenggang