Share

SOMEBODY THAT YOU LOVED
SOMEBODY THAT YOU LOVED
Author: nouveliezte

1. Tertangkap Basah Selingkuh

Bonita mengawasi Kenzo dan Helga yang sedang mengukur sampel gaun pengantin berwarna salem dengan aksen bunga dan kupu-kupu yang bertebaran di sekeliling bahu. Gaun itu dipasangkan pada manekin yang diletakkan di tengah ruangan, tepat di sebelah Maria yang sedang menyesap minuman manis berwarna pink bertabur gula-gula berbentuk bintang berkilau warna-warni. Bonita menahan keinginan untuk menyambar minuman itu dan membuangnya ke tempat sampah demi menjaga reputasi yang sedang berada di perbatasan.

Sejak Maria menginjakkan kaki di bridal, suasana berubah. Wanita itu memancarkan kesombongan yang tidak mampu ditampung oleh tubuhnya sendiri. Lebih dari itu, aura mendominasi seolah hanya dirinya yang superior dibandingkan semua orang di ruangan itu membuat Kenzo dan Helga merasa muak.

"Anda harus diet agar bisa menurunkan berat badan sebanyak dua kilo jika tetap memaksa menggunakan ukuran itu, Princess." Tegur Kenzo seraya mengukur pinggang Maria. Matanya melirik pada minuman pink yang kini tergeletak di meja. Nada suaranya sopan dan manis, walau makna di baliknya sangat tajam. Bagaimana tidak? Dia sedang menahan kekesalan yang teramat sangat karena Maria berhasil mengerjainya dengan menambahkan berbagai detail hingga mengubah desain awal yang sudah mereka sepakati sejak bulan lalu.

Maria melirik Kenzo tanpa minat, "Aku pasti berhasil menurunkan berat badan tepat saat pesta pernikahanku berlangsung, Ken. Jangan mencemoohku seolah aku tidak sanggup melakukannya."

"Saya mengenal instruktur yoga yang bisa membantu Anda menurunkan berat badan. Anda bisa menghubungi saya kapan saja jika membutuhkan informasi." Sindir kenzo dengan bibir melengkungkan senyum ramah.

Maria berdecak kesal, "Aku bisa menurunkan berat badan tanpa instruktur manapun. Aku hanya perlu mengubah pola makan seminggu sebelum menikah dan akan memakan apapun setelahnya."

Kenzo tersenyum sinis walau senyum itu lenyap saat bertemu tatap dengan Bonita. Helga meminta Kenzo diam dengan bibir bergerak tanpa suara. Bonita menggeleng pelan melihat tingkah dua asisten dan pelanggan di hadapannya —yang merupakan seorang teman lama. Entah sudah berapa kali mereka berdebat tentang berat badan, model gaun, juga ukuran gaun yang seharusnya dipilih oleh Maria untuk pesta pernikahannya.

Sesi pengepasan gaun dengan Maria sudah berlangsung lebih dari dua jam. Jam pertama, Maria berhasil mengajak Bonita berbincang mengenai hal remeh-temeh tentang teman-teman lama hingga Kenzo dan Helga sungkan untuk mengganggu. Selanjutnya, Maria berhasil membuat Bonita mengubah desain gaun dari yang sebelumnya dan yang terakhir diminta merupakan desain kelima belas.

"Boo, aku ingin kamu menambahkan lima kupu-kupu di sini." Titah Maria dengan senyum lebar dan hidung terkembang seraya menunjuk ke arah pinggul kanan manekin. "Maksudku, kupu-kupu yang terlihat hidup. Aku akan membayar berapa pun harga yang kamu minta."

"Lima terlalu berlebihan. Bagaimana dengan dua? Aku akan membuatnya dengan ukuran sempurna dan membuatmu terlihat seperti putri yang baru datang dari negeri sihir." Tawar Bonita dengan senyum memikat yang biasa diberikan pada semua pelanggannya. Dia tahu harga tidak akan menjadi masalah untuk seseorang yang menginginkan momen pernikahan sempurna yang hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup mereka.

"Baiklah. Kapan aku bisa melihat hasilnya? Aku akan mengajak Tommy ke sini."

"Tiga minggu lagi."

"Tidak bisakah kamu menyelesaikannya lebih cepat?"

"Akan aku usahakan, tapi aku tidak ingin berjanji kosong padamu. Aku lebih mementingkan kualitas. Seharusnya kamu tahu hal itu sebelum memutuskan memakai jasaku."

"Baiklah kalau begitu. Kapan kamu akan menyusulku menikah? Bukankah empat tahun waktu yang terlalu lama untuk berpikir akan menikah atau tidak dengan kekasihmu?"

Bonita meletakkan map berisi kertas-kertas desain gaun di atas meja, lalu tersenyum simpul. Dia dan Maria merupakan teman sekolah delapan tahun lalu. Mereka tidak terlalu dekat, tapi cukup mengenal satu sama lain karena ruang kelas mereka berdekatan. Satu hal yang Bonita tahu dengan pasti, Maria yang seorang pencari berita ulung tidak akan mudah menyerah untuk mendapatkan informasi.

"Benjamin belum melamarmu?"

Bonita menahan tawa karena tebakan Maria salah, "Itu urusanku dengannya. Sesi kita hari ini selesai. Aku akan memberitahu saat gaunmu selesai dibuat."

Maria tersinggung hingga kedua alisnya yang tipis mengernyit, "Tidak bisakah kamu menyediakan waktu lebih lama untukku? Aku akan membayar berapa pun harga yang kamu minta."

Bonita bangkit dengan cepat ke arah manekin bergaun untuk mengelus permukaan kainnya, "Itu akan jauh lebih bagus. Bisa antar pelanggan cantik kita ke bawah, Ken? Temani dia berbincang hingga bosan. Dia juga harus memeriksa berkas untuk melihat rincian harga gaunnya. Jangan lupa suguhkan minuman apapun yang dia inginkan."

Kenzo mengangguk singkat seraya menggiring tubuh Maria menuruni tangga, sedangkan Helga menghela napas lega yang terdengar jelas di telinga Bonita saat sedang membereskan gaun dari manekin. Helga meletakkan gaun kembali ke ruang penyimpanan dengan suara kelontangan keras yang berasal dari tiang gaun yang terbuat dari baja yang terjatuh.

"Ini bukan pertama kalinya kamu bertemu dengan pelanggan yang menyebalkan. Jangan mengeluh." Tegur Bonita saat Helga kembali.

"Aku tidak mengeluh. Aku hanya menghela napas. Bagaimana mungkin kamu memiliki teman yang begitu ingin tahu tentang kapan kamu akan menikah? Maksudku ... waktu kapan kamu akan menikah seratus persen milikmu. Kamu sendiri yang memilihnya dan dia tidak akan bisa mencampuri apapun keputusanmu."

Bonita tertawa kecil dengan tatapan beralih pada ponsel yang tergeletak di meja. Ponsel itu bergetar tanpa dering saat menerima pesan yang datang dari Velica.

[Kamu tidak akan memercayai apa yang kulihat, Boo.]

[Apa yang kamu lihat?]

[Aku baru saja melihat Benjamin dan Zayna. Aku ingin mengambil foto mereka, tapi kehilangan jejak karena langkahku tertutup fotografer yang sedang memburu foto semua tamu undangan yang datang.]

[Bukankah kamu sedang berada di acara pembukaan hotel?]

[Ya, dan aku melihat kekasihmu sedang dipeluk oleh Zayna.]

[Siapa Zayna?]

[Zayna Lott. Model yang beberapa bulan lalu naik daun karena mempromosikan desain bikini terbaru dari Kith.]

Bonita menatap ponsel di tangannya tanpa berkedip. Sepengetahuannya, Velica sedang berada di kota lain, di sebuah hotel dekat pantai karena mendapatkan pekerjaan untuk merias wajah Isabell —model yang biasa menggunakan jasa Velica. Bonita ingat Benjamin memang memberi pesan padanya beberapa hari lalu bahwa dia akan pergi ke kota yang sama untuk membantu teman lama.

Nama Benjamin dengan cepat muncul di layar ponsel. Bonita mencoba menelepon kekasihnya itu, tapi hanya disambut nada dering tanpa ada jawaban. Bonita mencoba menelepon berkali-kali hingga jarinya kebas karena kesal, tapi hasilnya tetap sama. Hatinya gelisah. Pikirannya mulai dipenuhi berbagai skenario buruk yang mungkin terjadi. Jantungnya berdetak kencang dengan irama tidak beraturan karena membayangkan wanita lain sedang memeluk kekasihnya.

'Bee (Benjamin) tidak mungkin berselingkuh dariku. Velica mungkin salah melihat.' Pikir Bonita tepat saat pesan lain datang dari Velica yang berisi sebuah foto.

Foto yang dikirimkan Velica merupakan foto Benjamin dengan wanita anggun yang cantik dan sangat seksi. Mereka memakai pakaian formal dengan warna senada, sedang saling menatap dan tertawa. Bonita hampir kehilangan akal karena melihat lengan Benjamin dipeluk mesra oleh wanita itu.

Selama empat tahun menjalin hubungan dengan Benjamin, tidak sekalipun Bonita melihat gelagat kekasihnya sebagai pria yang memiliki hobi berganti wanita dalam semalam. Itu pula yang membuatnya berniat menerima lamaran Benjamin dalam waktu dekat. Namun, interaksi yang terekam di dalam foto yang dia lihat membuatnya ragu.

Bonita meminta Velica mengirimkan lokasi hotel. Dia beranjak menghampiri meja kerjanya untuk mengambil tas dan serangkaian kunci, lalu berlari menuruni tangga menuju parkiran hingga mengabaikan panggilan dari Kenzo dan Maria.

Setelah duduk di balik kemudi mobil, dia membuka pesan baru dari Velica yang sudah mengirimkan titik lokasi. Tidak lama, mobil dipacu dengan kecepatan tinggi. Gemuruh di dada Bonita membutuhkan jawaban. Dia akan memaksa Benjamin menjelaskan apa yang terjadi.

Pernikahan orang tua Bonita yang gagal telah memberinya pelajaran. Bahwa jika yang satu berniat untuk pergi, maka lebih baik yang lain merelakan sesakit apapun perasaan yang tertinggal.

Air mata meleleh di pipi Bonita saat mengingat kembali betapa hancur keluarganya saat orang tuanya berpisah hingga meninggalkan empat jiwa terluka, walau ibunya tidak terlihat lagi di mana keberadaannya. Bonita hanya meyakini, bahwa ibunya juga terluka walau tidak pernah menampakkan diri di hadapannya sejak perpisahan itu terjadi.

Bisakah hatinya merelakan Benjamin pergi setelah akhirnya berhasil memberanikan diri untuk menjalin hubungan dan menemukan kenyamanan? Hanya Benjamin satu-satunya pria yang menjadi pengharapan kasih baginya. Mampukah dia bersikap seperti ayahnya yang merelakan ibunya pergi dengan pria lain dan terus hidup tanpa orang yang dicintai?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status