STATUS WA ADIK IPARKU 26PoV RIRISAku menutup kaca mobil ketika kulihat Mas Reno turun hendak menutup pagar. Segera kusuruh sopir taksi yang membawaku untuk pergi. Hatiku gerimis, hati yang penuh luka dan benci itu tiba-tiba saja luluh melihat pemandangan yang baru saja melintas di depan mataku. Mbak Andin turun dari mobil sambil menggendong Kayla, disampingnya Ibu ikut berjalan sambil memegangi tas kecil milik Kayla yang biasanya diisi Ibu dengan snack kesukaannya. Aku mengikuti mereka sejak pagi. Sejak Kayla dibawa pergi ke klinik hingga pulang lagi. Anakku sakit, dan didalam sini hatiku ikut sakit. Sakit rasanya melihat orang yang sangat kubenci, menyayangi anakku sedemikian rupa.Seharusnya, aku ada di rumah ini, hidup bahagia bersama anak dan Ibu mertuaku yang baik hati, menunggu kepulangan suami yang kucintai setiap tiga bulan sekali. Tapi aku terlalu menuruti hawa nafsu setan hingga menjadi seperti ini. Aku tahu, aku yang salah, namun egoku terus menyalahkan Mbak Andin atas s
STATUS WA IPARKUPoV ANDINAku meletakkan piring dari hidangan terakhir yang kumasak untuk makan malam. Kerang saus padang. Di meja sudah ada udang goreng tepung, cah pokcoy saus tiram dan selada serta sambal. Tak ketinggalan tahu krispi kesukaan Mas Reno. Tak seperti Ibu yang alergi makanan laut, aku pecinta berat hidangan itu. Sejak kecil, Ibu memperkenalkan kami dengan semua jenis makanan, meski beliau sendiri tak memakannya."Wah, aromanya sedap banget masakan kamu. Nggak perlu ke warung Mas Jo lagi, nih." Warung seafood Mas Jo, andalan saat aku malas masak. Aku tertawa kecil."Sejak hamil, aku tambah doyan seafood Mas, nggak apa-apa kan?""Nggak apa-apa. Yang penting masaknya sempurna."Aku tersenyum."Sebentar, aku panggil Vira dulu."Aku meninggalkan Mas Reno sendiri, melangkah ke kamar depan. Sejak kedatangannya tadi sore, Vira sama sekali tak keluar kamar. Terdengar suara musik dari dalam. Aku mengetuk pintu kamarnya cukup keras, khawatir suaranya tak terdengar. "Ada apa si
STATUS WA ADIK IPARKU 28Riris mengawasi rumah Ibu. Secara sembunyi-sembunyi dia datang, demi bisa melihat Kayla. Oh, betapa menyedihkannya. Perutnya rata, aku tak mau menebak nebak apa yang terjadi dengan kehamilannya yang kedua, tapi dia tetaplah satu-satunya Ibu bagi Kayla.Aku ingin membantunya, tapi dia menolak, sementara aku sendiri harus lebih fokus pada kehamilanku. Aku berada dalam dilema, dan hanya Allah satu-satunya tempatku bergantung.Nyaris tengah malam, aku dikejutkan oleh dering telepon yang tak henti-henti dari ponselku. Aku melonjak, meraih ponsel yang kuletakkan jauh di atas nakas. Mengerutkan kening sejenak, aku terkejut melihat Mama yang menelepon. Sejak Riris tinggal di rumahku, baru inilah Mama menghubungi, padahal sudah dua hari. Dua hari juga aku mengungsi ke rumah Ibu, membiarkan Mas Reno mengurus adiknya. Kadang, Mas Reno pulang ke sini menemuiku. Tapi adiknya terus menerus menelepon. Vira sangat manja pada Mas Reno dan sejauh ini belum ada titik terang dima
STATUS WA ADIK IPARKU 29Aku keluar dari kamar itu setelah mengirimkan semua screenshot chat Riris dan Vira ke ponselku sendiri, lalu menghapus jejaknya dari ponsel Vira. Aku juga menyalin nomor ponsel Riris di hapeku. Vira, gadis itu telah menyiratkan bahwa dirinya mempunyai niat jahat padaku. Aku sedih, dan juga geram. Selama ini aku tak pernah mengusiknya. Tapi aku bisa menarik kesimpulan bahwa rasa iri dengki yang membuatnya memusuhiku. Aku yang sukses di usia muda, punya butik sendiri, punya keluarga yang menyayangi, kenapa semua itu jadi salahku?"Andin…"Aku menoleh, Mas Reno berdiri di ambang pintu, sudah rapi dan segar sehabis mandi. Padahal ini lewat tengah malam. Dia tak berani mendekatiku, tahu bahwa aku masih merasa geli karena dia nyaris saja…Astaghfirullah…"Biarkan saja, Ndin. Nanti Mas yang bereskan."Suaranya lembut, dia tahu bahwa aku terganggu oleh kekacauan di dalam sini. Aku memandangnya dengan sedih. Ini bukan salahnya, tapi aku tak bisa menghilangkan begitu sa
STATUS WA ADIK IPARKU 29BDari Mama kudengar kabar bahwa akhirnya Vira menikah dengan lelaki pilihan Papa. Bukan Bima, karena lelaki itu tak juga ditemukan, sementara keluarga Bima sendiri menutup diri. Papa hampir saja melaporkan mereka ke polisi, tapi mengingat begitu banyak nama baik yang dipertaruhkan, Papa akhirnya mundur dan memilih menikahkan Vira dengan lelaki lain yang mau menerima keadaannya."Lagi pula dia bukan anak Mama. Yang penting dia menikah, dan pergi dari rumah ini. Mama sudah tak tahan lagi. Dia membayar semua kebaikan kami dengan aib."Aku hanya bisa terdiam. Aku dan Mas Reno memilih tak menghadiri pernikahan yang dilakukan di rumah Mama. Hanya akad nikah saja dan sehari setelahnya, mereka pindah ke rumah yang sudah disediakan Papa."Setelah ini, kita tak lagi punya hubungan dengan Vira."Aku mendesah, begitu mudahnya hubungan itu terputus. Padahal mereka telah bersama dua puluh sembilan tahun lamanya. Vira hamil saat kuliah S2. Padahal Papa dan Mama merawatnya de
STATUS WA ADIK IPARKU 30Beberapa hari kemudian, info orang hilang yang kemudian berseliweran di sosial media adalah jawabannya. Aku sangat mengenal wajah yang terpampang di postingan yang kemudian dibagikan oleh ribuan orang itu. Gadis cantik dengan rambut pendek sebahu membingkai wajah ovalnya itu diberitakan tak pulang ke kost-nya sejak tiga hari yang lalu. Teman-temannya menghubungi keluarganya di kampung, tapi mereka justru panik karena sudah sebulan Lidya tak pernah pulang. Akun sosmednya penuh doa dari orang-orang yang tak mengenalnya, tapi simpati pada tangis keluarganya. Namun komentar dari orang-orang yang mengenalnya justru membuatku merinding. Dan, ada satu komentar yang membuatku mengerutkan kening.(Hukum tabur tuai berlaku. Dia tengah menuai badai dari angin yang ditabur nya dulu.) diikuti oleh emot dua love di matanya.Lalu, komen itu ditimpali komen-komen lain, yang sepertinya mengenal dia.(Makanya jangan suka godain suami orang. Mungkin dia lagi disekap istri sah di
PoV RIRISBeberapa hari sebelumnya.Brakk!"Aduh! Kalau jalan lihat-lihat dong!"Aku menangkap tubuh wanita itu, yang nyaris saja jatuh karena tertabrak tubuhku. Kami berada di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai pengunjung. Bukan hal sulit menemuinya. Dia tipe gadis yang suka menonjolkan diri, memamerkan kecantikan agar mata lelaki menatap tanpa berkedip. Dari sanalah kemudian dia menjaring kakap, lelaki berdompet tebal yang rela uangnya dikuras demi memanjakan hasrat terlarangnya."Riris?"Dia terbelalak, meneliti penampilanku dari ujung kepala hingga kaki. Rambut panjang yang ku ikat tinggi, blazer hitam panjang selutut dan celana yang juga hitam. Dia lalu meneliti wajahku yang diberi make up dengan aksen smoke."Riris?"Aku tersenyum kecil. "Riris siapa? Maaf, saya nggak sengaja menabrak Mbak."Dia tak menggubris kalimatku. Matanya berhenti di pipi kiriku, yang dulu ada tahi lalatnya, tapi kini hilang tertutup make up."Kau benar-benar bukan Riris?"Aku menggeleng. "Aku nggak ke
STATUS WA ADIK IPARKU 31PoV RIRISParkiran sepi, sungguh sangat mendukung rencanaku. Aku menunggu sampai Lidya tiba di dekat mobilnya. Dia memegang handle pintu mobil, sesaat, lalu berhenti. Dasar norak, dia sempat-sempatnya selfie di depan pintu mobil yang sudah terbuka, menggunakan blitz hingga beberapa detik, cahaya terang menerpa wajahnya. Aku mencibir. Cantik, kalau murahan untuk apa. Lalu aku tersadar bahwa ucapan itu juga pantas jika kuucapkan untuk diriku sendiri.Aku meraih handle mobilku sendiri, bersiap turun. Sapu tangan dengan beberapa tetes kloroform sudah kusiapkan untuk melumpuhkannya. Tapi, sebelum aku sempat membuka pintu mobil, sesosok bayangan gelap turun dari mobil yang terparkir di sebelah mobil Lidya. Dia menekap wajah Lidya dengan sapu tangan, persis seperti yang kurencanakan. Lidya meronta sesaat, kemudian lunglai. Sosok itu menyeret Lidya masuk ke dalam mobilnya. Lalu mobil jenis jeep itu berputar dan melaju dengan kecepatan tinggi.Aku merunduk, bersembunyi