STATUS WA ADIK IPARKU 37Riris, kamu benar-benar terlalu. Apa yang harus kukatakan pada Kayla jika dia menanyakan Mamanya?Dituntun Radit, aku berjalan menuju Kamar mayat, dimana jenazahnya sedang menunggu proses untuk dipulangkan. Rumah sakit tengah menyiapkan ambulans untuk membawa Riris pulang. Usai melihat Mas Reno yang ternyata tertidur lagi karena efek obatnya masih ada, aku bersikeras melihat jenazah Riris sebelum dibawa pulang.Wajahnya pucat, seakan seluruh darah terkuras dari dalam tubuhnya. Perban besar bernoda merah melingkari kepalanya. Meski sudah dijahit, kepalanya yang membentur anak tangga berkali-kali itu masih terus merembeskan darah. Aku memejamkan mata, saat bayangan dirinya meluncur dari lantai atas kembali melintas. Dia mati menggantikan aku. Seandainya Nayla tidak menarik tubuhku, seandainya Riris tidak berlari menjadi tameng bagiku, seandainya…Di belakangku, tubuh Radit bergetar. Aku tak tahu pasti bagaimana perasaannya sejak saat itu, sejak Riris mengkhianat
Ibu termangu mendengar ceritaku. Beliau tak sabar mendengar apa sesungguhnya yang terjadi. Kami tengah menunggu ambulans dipersiapkan membawa jenazah yang sudah dikafani itu ke pemakaman."Riris nggak salah, Bu. Dia sedang membujuk Vira agar membawa Mas Reno ke rumah sakit. Aku yang salah sangka."Ibu merengkuh bahuku."Jangan menyalahkan dirimu. Ini semua sudah ketetapan dari Allah."Kami terdiam, sampai kemudian kudengar deru kendaraan memasuki halaman rumah yang terbuka. Kami sama-sama melihat ke depan, berharap ambulans segera datang agar jenazah bisa dimakamkan. Tapi ternyata yang datang bukan mobil ambulans, tapi sebuah motor yang dikendarai oleh Ayah tiri Riris, dan Mamanya yang langsung melompat dari boncengan sambil menjerit histeris."Riris! Riris!"Aku menghela nafas dalam-dalam. Menatap wanita setengah baya dan lelaki yang diam mengikuti istrinya. Apalah sekarang kau menyesal Bu? Karena mengusir anakmu? Anakmu yang sedang terpuruk, malah kau usir. Sama sekali tak ada pengh
STATUS WA ADIK IPARKU 38Putrinya? Aku menatap langkah anggun wanita itu hingga hilang dari pandangan. Benakku berusaha mengingat apakah aku pernah bertemu dengannya? Rasanya tidak. Mungkinkah dia Ibu kandung Vira? Yang kerap dimaki sebagai pelacur oleh Mama mertuaku? Tapi penampilannya tak seperti pelacur, dia berkelas, anggun dan jelas kaya raya. Ah, bukankah dunia ini berputar? Siapa yang bisa menyangka nasib seseorang akan berubah. Tapi apapun itu, aku akan tetap memastikan Vira mendapat hukuman. Dia menculik dan nyaris membunuh Mas Reno. Dan dia menyebabkan Riris celaka hingga tewas. Bukan aku tak punya empati karena dia sedang hamil, tapi Vira sama sekali tak menujukkan sikap menyesal. Dia harus diberi pelajaran.Aku pulang setelah bertemu pengacara dan menyerahkan semua urusan ini padanya. Mas Reno sudah memberi ultimatum agar aku tak lagi bersinggungan dengan hal-hal berbahaya. Usia kandunganku dua puluh sembilan minggu, sangat rawan. Tiba-tiba saja aku teringat, jika aku sa
Kapan USG lagi, Sayang?"Mas Reno tiba-tiba sudah ada di belakangku ketika aku sedang menata kue kue ke dalam toples. Semakin besar usia kandungku, aku jadi semakin cepat lapar. Berat badanku baik sepuluh kilo dan aku merasa bulat sekali."Seminggu lagi, Mas."Mas Reno meletakkan telapaknya di perutku, mencari gerakan si bayi. Tapi seperti menggoda, bayi di dalam sana diam saja, padahal baru tadi kurasakan tendangannya."Hemm, anak Ayah kemana ya?"Aku tertawa, membawa satu toples yang sudah penuh ke ruang tengah. Mas Reno mengikuti di belakang. Kami sudah kembali ke rumahku sendiri, merasa lebih tenang karena Radit kini ada disana, sambil berharap dia membuka hati. Mungkin masih terlalu dini untuk bicara pernikahan. Tapi setidaknya, dia tahu bahwa Nayla adalah gadis yang tepat untuknya.Mas Reno menghidupkan televisi. Hobbynya nonton siaran berita masih belum berubah. Sementara aku kadang jengah. Berita televisi didominasi berita kriminal. Seolah-olah tak ada lagi orang baik di bumi
STATUS WA ADIK IPARKU 39Suara sirine mobil jenazah yang membawa mayat Vira dan bayinya mulai dihidupkan. Begitu juga lampu berputar di atasnya. Mobil sedan hitam itu mengikuti setelah menutup kaca jendelanya rapat-rapat, tak memberi celah padaku untuk mengamati lebih lamaMas Reno tak berkata apa-apa. Dia menarik tanganku, membawaku melangkah menuju parkiran depan dimana mobil kami berada. Kami melangkah dalam diam, dengan sejuta pertanyaan berkecamuk dalam benakku.Benarkah itu Vira? Aku tahu Mas Reno tak akan berdusta. Yang aku takutkan adalah seseorang memanipulasi kematiannya. Wanita yang mengaku sebagai ibu kandungnya jelas kaya raya. Mobil sedang hitamnya jenis Mercedes benz yang mahal harganya. Dan dengan uang berlimpah, ada banyak hal yang bisa dia lakukan.Mas Reno membantuku naik ke mobil. Perlahan kami meninggalkan parkiran rumah sakit. Wajah Mas Reno kaku. Ada kesedihan terpancar dari suaranya. "Itu sungguh-sungguh mayat Vira."Pandangan mata Mas Reno menerawang, menembu
Aku memeriksa catatan kehamilanku, dan mendadak berdebar mengingat bahwa HPL-ku dua minggu lagi. Usia kandungan ku sudah tiga puluh delapan minggu, sudah terasa sangat berat. Aku masih sering ke butik, tapi tak pernah naik ke lantai atas karena rasanya lelah sekali kalau harus naik turun tangga. Aku juga masih sering bolak balik ke rumah Ibu, bermain bersama Kayla, yang perlahan mulai jarang menangis jika teringat Mamanya. Kadang, Radit membawanya ke makam Riris, dan berkata bahwa Mamanya sedang tidur di rumah Allah. Sudah lebih dari dua bulan sejak kematian Vira, aku menepati janji pada Mas Reno untuk tak lagi bertanya, dan sejauh ini semua baik-baik saja. Tak ada apapun yang terjadi. Kasus Vira ditutup begitu kematiannya diumumkan, begitu juga kematian pria selingkuhan Riris yang bernama Luki itu. Kasusnya ditutup karena keluarganya meminta. Mereka menganggap itu kecelakaan biasa. Tiga kematian dalam waktu berdekatan, diantara orang yang saling mengenal dan berhubungan. Oh bukan ti
STATUS WA ADIK IPARKU 40Mobil itu melaju dengan tenang, meninggalkanku dengan dada yang berdebar kencang. Aku menatapnya, menyimpan nomor platnya dalam ingatanku. Setelah menutup pagar rumah, aku menghubungi seseorang."Andin?""Zi… aku butuh mencari tahu sesuatu."Suara seseorang menghela nafas panjang terdengar di seberang sana."Andin, tidaklah sebaiknya kau berhenti? Kau sedang hamil besar, hanya tinggal menunggu waktu. Berhentilah sejenak.""Aku hanya ingin tahu satu hal, Zi. Dan tak ada yang bisa membantuku selain dirimu.""Reno akan membunuhku kalau sampai tahu.""Sembunyikan ini dari dia. Aku mohon.""Apa lagi kali ini?""Tolong cari siapa pemilik mobil ini." Aku menyebut nomor platnya dengan cepat. "Aku tak akan melakukan apa-apa. Sungguh aku hanya ingin tahu."Sunyi. Dia diam saja, seperti biasa, tengah menyerap informasi yang baru saja kuucapkan, menyimpan dalam memorinya yang luar biasa."Telepon aku setengah jam lagi. Janji ini yang terakhir. Kau dan semua keingin tahuan
Kebahagiaan tengah menyelimuti keluarga kami. Kehadiran Aksa, bayiku yang tampan dan gembul, membuat aura rumah terasa berbeda. Mama memintaku pulang ke rumahnya, sementara Ibu juga ingin mendapatkan kesempatan merawatku. Akhirnya, demi menjaga agar tak ada yang cemburu, aku pulang ke rumahku sendiri. Tapi tetap saja, Mama dan Ibu nyaris datang setiap hari. Aku tak lagi perlu memasak karena mereka berdua selalu datang dengan tangan penuh tentengan. "Kenapa nggak telepon Mas, Andin?"Aku meringis, waktu itu aku hanya tak ingin mengganggunya. Tapi itu malah membuat Mas Reno cemberut. Dia ingin menyaksikan kelahiran Aksa."Ya nggak akan sempat juga Mas. Radit dan Nayla yang nggak terlalu jauh dari rumah aja datang pas Aksa dan lahir."Mas Reno manyun, meraih ponselku yang sudah dua hari tak kusentuh dan memberikannya padaku. Malam baru saja naik, kedua nenek yang berbahagia sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Sebenarnya Kayla ingin menginap disini, tapi Ibu membujuknya karena aku bu