Home / Rumah Tangga / STRANGER WITH BENEFIT / Dia Bukan Pelacur, Dia Istriku!

Share

Dia Bukan Pelacur, Dia Istriku!

Author: DityaR
last update Last Updated: 2025-09-14 20:12:03

୨ৎ T O Y I જ⁀➴

 Seharusnya aku enggak meninggalkan istri baruku di kamar hotel sendirian. Tapi Vallent kayaknya enggak terlalu paham kondisiku waktu aku bilang harus mandi dulu sebelum bertemu dia di cafe. Soalnya kepalaku lagi berat banget setelah mabuk semalam, jadi aku harus mandi. Dan enggak mungkin aku membuatnya menunggu lebih lama lagi cuma karena aku harus merayu Derrin buat ikut juga.

 Vallent lah yang dari dulu memanage karier aku, dan jujur, dia keren banget dalam hal itu. Dia salah satu alasan, kenapa aku bisa berada di titik sekarang, bisa menginap di suite mewah, bisa ajak cewek cantik buat party setelah pertandingan ... itu dulu, ya. Sekarang aku sudah enggak mainan itu lagi. Sudah enggak ada gregetnya lagi.

  Aku petarung MMA profesional, yang terbaik di kelas middleweight. Banyak cewek-cewek yang dulu aku bawa ke hotel cuma untuk bercinta semalam saja.

Kebanyakan, sih wanita-wanita penghibur yang sudah berumur tante-tante dan mereka itu cuma ingin pamer kalau mereka pernah tidur bersamaku. Atau lebih parahnya lagi, mereka cuma ingin berfoto bareng sama aku.

Aku yakin mereka semua enggak peduli tentang perasaan. Tapi, Derrin berbeda. Mungkin itu juga alasan kenapa aku merasa kalau kontrak ini ada maknanya.

  Vallent sudah nongkrong di kafe, kakinya bergoyang-goyang. Jemarinya mengetuk meja, enggak sabar menungguku. Aku yakin, itu espresso keempatnya hari ini.

  "Hai!!" panggilnya dari kejauhan. "Di sini!!"

  Banyak orang yang sudah mencoba menjauhkanku dari Vallent. Kata mereka, Vallent enggak pernah memikirkan kepentinganku. Tapi dia yang sudah membuatku kaya, sampai sekarang aku pun berada di puncak karier. Aku enggak bakal buang dia begitu saja.

  Aku duduk depan dia, memperhatikan HP sama iPad yang sudah siap di mejanya, jelas mau menunjukkan kepadaku gosip-gosip tentang pernikahan dadakan ini. Pasti ada fotografer yang diam-diam mengambil gambar kita semalam.

  Pelayan datang, aku langsung pesan kopi buatku sendiri, sekalian buat Derrin, kopi hitam sama gula.

Alis Vallent langsung naik. "Kamu, kan enggak pernah pakai gula."

  "Iya, aku tahu."

  Dia keluarkan napas panjang, jelas kesal karena aku enggak langsung bilang itu buat siapa. Tapi akhirnya dia mengerti sendiri, tangannya masuk ke rambut, terus dia bilang, "Jangan bilang kamu benaran serius sama ini?"

  "Serius sama apa?"

  "Jangan pura-pura bego, Toyi."

  Aku menahan senyum saat melihatnya kesal.

  "Maksud kamu, pernikahanku?"

  "Iya, lah bego, masa kamu nikah sama cewek yang kamu enggak kenal. Cewek pelacur yang kamu bawa buat temenin kamu, tapi kamunya malah tidur di balkon. Aku ngerti dia mungkin kelihatan beda sama cewek-cewek lain dan aku yakin kamu naksir dia, tapi ini bukan dongeng, Toyi. Dia itu sama kayak cewek-cewek penghibur lainnya. Mungkin kali ini dia agak lebih pintar sejak dia berhasil bikin kamu nikah sama dia."

  "Sumpah, deh, dia aja enggak terkesan sama aku sama sekali."

  Padahal aku yakin, semua cewek-cewek di Bandung pasti kenal dan ngefans berat sama aku.

  Sebenarnya aku mau bilang ke Vallent kalau justru dia lah yang ingin membatalkan pernikahan ini, tapi itu memalukan banget rasanya.

  "Kalau kamu enggak peduli, oke, lanjutin aja ... tapi aku udah bilangin, ya kalau ini salah. Aku jamin dia tahu seberapa terkenalnya kamu, dan dia pasti tahu lebih banyak tentang kamu. Dia bohong, dia itu cuma pura-pura!"

  Aku angkat bahu. "Meskipun gitu, aku udah mutusin bakal tetap nikah."

  Vallent mengepal erat gelas expresso-nya. "Kamu bercanda, kan. Kamu enggak bisa nikah sama cewek murahan kayak dia. Dia itu cuma mau ambil alih semua aset yang kamu punya."

  "Ya, kalau begitu, itu bakal jadi urusanku, bukan urusan kamu."

Vallent boleh mengurusi karierku, tapi aku sudah dewasa dan enggak butuh dia buat mengatur urusan pribadiku juga.

  "Toyi, dia jelas ngelakuin sesuatu biar bisa nikah sama kamu. Dia cewek matre, sama kayak yang lain! Enggak ada ceritanya cewek pelacur itu tulus, Toyi!" Dia kibaskan expresso-nya terus angkat tangan memanggil pelayan.

  "Iya, aku paham."

  "Kamu sadar enggak, sebagian besar fans kamu itu cewek? Dan mereka merasa beruntung bisa dapat kesempatan buat dekatin kamu. Dan haduh, pakai otak kamu, dong Toyi!"

  Pelayan datang bawa expresso baru sama kedua kopiku.

  Aku angkat tangan buat tahan dia sebelum dia mulai mengomel lagi. "Aku rasa ada alasan kenapa aku lakuin ini dan aku mau lihat apa yang bakal terjadi nanti."

  Dia memandangku dari balik cangkirnya. "Kamu serius?"

  "Iya."

  Dia geleng kepala. "Aku rasa liburan bareng Mamamu bikin kamu percaya sama semua omong kosongnya."

  "Kamu ngomong apa, sih?"

  Dia mengibas. "Kamu ngerti maksud aku."

  "Sama sekali enggak," jawabku santai, bersandar dan menyilangkan tangan.

  "Kamu harus akhiri pernikahan ini secepatnya. Kalau kamu biarin, kamu bakal nyesel waktu cerai nanti, dan dia bakal bawa separuh dari harta kamu," kata Vallent.

  "Aku tahu apa yang kamu pikirin dan aku enggak bakal setuju!" Aku ambil kopi dan berdiri. Bicara sama Vallent enggak bakal mengubah apa-apa, mending aku kembali ke kamar dan urus ini sendiri sama Derrin. "Nanti aku telepon, kalau udah beres!"

  ”Kamu lihat fotonya?” Vallent menunjukkan HP-nya ke aku.

  Aku taruh kopi lagi di meja dan condong buat melihatnya. Foto itu hampir sama seperti yang kita ambil di Wedding Chapel. "Iya, aku kelihatan mabuk banget."

  Dia geser ke foto yang menunjukkan cincin yang aku beli buat dia. "Kamu minta tolong ke satpam dan dia manggil toko perhiasan buat di kirim langsung ke hotel. Dari yang aku dengar, kamu suruh dia buat milih cincin termahal di sana."

  "Aku enggak ingat bagian itu, tapi aku bisa bayar semuanya, kamu tenang aja ..." kataku. Kalau pun aku sadar, aku pasti bakal paksa calon istriku buat memilih cincin yang paling mahal. "... Istri aku pantas dapat itu ..." Aku pegang dua kopi. "... Aku mau lihat apa yang bakal terjadi di antara kita."

  "Oke, telepon aku kalau semuanya nanti jadi kacau, ya. Soalnya aku yakin itu bakal terjadi dan kamu bakal kelihatan idiot ... Aduuh, dia itu cuma mainin kamu! Tolol!"

  Kalau saja aku enggak bawa kopi itu, aku pasti tarik kerah baju dia dan banting dia ke dinding. "Hei, anjing. Ini hidup aku dan aku mau jalani sesukaku!"

  Daripada mendengarkan dia mengulang kata-kata yang sama, jadi aku minggir ke deretan lift.

  Derrin sekarang istri aku. Aku cuma harus meyakinkan dia buat kasih aku kesempatan membuktikan kalau aku bisa jadi suami yang baik.

  Tapi bagaimana kalau Vallent benar?

  Aku sudah habiskan banyak uang buat cincin itu dan kalau akhirnya nanti dia menghancurkan hatiku, jelas media bakal framing aku petarung yang lemah.

  Seperti yang Mama bilang, segala sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya. Aku enggak bisa mengelak, instingku bilang kalau aku menikah sama dia bukan karena mabuk, tapi karena ada sesuatu. Dan aku masih belum tahu, itu apa.

  Aku gesek kartu kamar di pintu penthouse dan langsung merasa sunyi.

  Aku cek seisi suite dan ... sial.

  Kosong.

  Belum genap 24 jam menikah, istri baruku sudah meninggalkanku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • STRANGER WITH BENEFIT   Bintang Jatuh

    ୨ৎ D E R R I N જ⁀➴ “Aku enggak nyangka butuh boots buat kencan ini. Dan aku juga enggak nyangka bakal ngos-ngosan gini.” Hiking, jelas bukan tipe kencanku, tapi aku enggak mau merusak momen. Toyi terlihat excited banget saat dia chat aku dari gym tadi, kasih tahu apa yang harus aku pakai. “Dikit lagi kok, habis itu kamu bisa copot. Tapi aku suka pemandangannya,” katanya. Aku tengok ke belakang dan menemukan dia lagi fokus memperhatikan pantatku. “Kayaknya masih kepagian deh buat pantatku muncul terus di depan mukamu.” Bangun dari ranjang Toyi pagi ini rasanya enak banget. Mencium aroma dia di sarung bantal, teringat bagaimana badannya menempel sama aku. Tangannya semalam yang enggak berhenti menjelajahi tubuhku. Aku menyesal banget kenapa enggak dari dulu mengambil langkah ini. “Sorry nih harus aku jujur, tapi aku udah naksir pantat kamu dari pertama kali kita ketemu.” Aku goyangkan pantat dan dia langsung maju dari belakang, kedua tangannya menekan bokongku. “Kalau kamu terus

  • STRANGER WITH BENEFIT   Pensiun

    Keesokan harinya, alarm HP-ku berbunyi. Aku tepok layar buat mematikannya. Derrin bergerak sedikit di pelukanku, dan aku kecup keningnya."Tidur lagi aja," bisikku, terus aku pelan-pelan turun dari ranjang.Aku enggak berharap banyak dari sesi latihan hari ini. Badanku masih pegal gara-gara “latihan” yang Derrin kasih tadi malam. Film yang kita tonton cuma bertahan lima belas menit sebelum dia mencium dadaku dan akhirnya berubah jadi hal lain.Ujung-ujungnya kita balik lagi ke shower, terus turun ke dapur jam dua pagi buat cari camilan. Aku enggak yakin berapa kali kita nge-seks di malam pernikahan di Bandung, tapi aku cukup yakin tadi malam jumlahnya mengalahi itu.Aku bohong kalau bilang enggak kepikiran bagaimana perasaan dia saat bangun pagi ini. Aku cuma berharap dia masih ada di titik yang sama kayak tadi malam, kalau akhirnya dia sudah berhasil menyebrangi jembatan traumanya.Setelah pakai celana latihan, kaos, sama hoodie, aku gos

  • STRANGER WITH BENEFIT   Ranjang Kita

    ୨ৎ T O Y I જ⁀➴ Aku benar-benar berharap ini bukan cuma mimpi gara-gara aku jatuh di shower, terbentur di kepala, terus berhalusinasi. Aku merangkak di kasur, hati-hati biar enggak menindih Derrin sepenuhnya, rasanya seperti mimpi. Apalagi setelah aku terus dihantui memori tentang memepetnya ke kaca di suite hotel waktu itu. Dia melilitkan tangannya ke leherku, jemarinya bermain di rambut basahku, menarikku turun biar bibir kita bertemu lagi. Tubuhnya lembut banget, licin seperti sutra, membuatku susah menahan diri untuk enggak langsung masuk ke dalam rahimnya. "Bentar, aku ambil kondom dulu," gumamku, melepas ciuman, meski aku enggak mau beranjak dari atas dia. Aku meraih ke meja samping tempat tidur, tempat aku menaruh kondom, karena memang aku sudah berharap dia bakal masuk kamarku suatu saat nanti. "Kamu tahu, kotak ini aku beli khusus buat kita." Aku ambil bungkusnya dan buka. Dia senyum, terus berlutut, membantuku memasangnya di sepanjang Juniorku. Gila, dia benar-

  • STRANGER WITH BENEFIT   Golden Shower

    ୨ৎ D E R R I Nજ⁀➴Aku duduk di ranjang, memandang kosong ke tembok. Bayangan mata biru Toyi yang biasanya penuh dengan ketulusan, tadi jatuh jadi putus asa setelah aku bilang aku enggak bisa. Itu terukir jelas di otakku.Aku copot sepatu, kesal sendiri karena Papaku lagi-lagi menghancurkan hidupku dengan masalah trust issue yang enggak selesai-selesai.Aku ambil HP, menelepon Marlin. Dia angkat di dering pertama.📞“Eh, girl!” Suaranya terdengar masih ramai, kayaknya dia masih di bar.“Kamu sibuk?” tanyaku sambil buka legging dan dalaman, terus ganti pakai celana piyama.“Kalau buat kamu, jelas enggak.”“Jadi, apa masalahnya?” tanyanya.“Kenapa kamu langsung mikir kalau ada masalah?” Aku nyalakan speaker, copot kaus, terus ganti pakai piyama model kancing depan. Dalam hati aku berpikir, setelah tidur nyenyak mungkin besok aku bisa baikan lagi sama Toyi.“Kamu punya nada khas, Derrin.”“Nada apa?”“Nada yang bilang, ‘aku lagi kenapa-kenapa.’ Ayo, cerita. Aku udah jadi sahabat kamu da

  • STRANGER WITH BENEFIT   Selamat Tinggal Pecang!

    ୨ৎ T O Y I જ⁀➴Begitu aku bilang ke Derrin kalau ini malam terbaik selama aku di sini, dia langsung bengong. Aku menunjukan beberapa gerakan ke para lansia, tapi sebenarnya mereka lebih pintar pakai pisau sama semprotan merica.Ada ibu-ibu yang bilang kalau dia bawa stun gun segala. Saat kita semua lagi makan es krim bareng, aku sempat kepikiran harusnya komplek ini pasang papan peringatan agar para penjahat berpikir dua kali sebelum macam-macam.Kita duduk melingkar di meja, aku bersama satu kakek namanya Lanon sama satu lagi Shanon.Topik obrolan mereka?Cuma peduli apakah payudaranya cewek-cewek yang pegang papan skor di ring itu asli atau bohongan.“Aku benaran enggak tahu,” jawabku lagi sambil melirik ke Derrin, yang masih sibuk menjelaskan ke Pingkan kalau "Tea" itu sebenarnya bukan teh benaran.Shanon bersandar ke depan. “Kita enggak bakal bilang ke Derrin atau Connie, kok. Ngaku aja, kamu benaran enggak pernah tidurin salah satu dari mereka? Gila, enggak percaya aku.”Aku meng

  • STRANGER WITH BENEFIT   Panti Jompo

    ୨ৎ D E R R I N જ⁀➴Jam enam sore, Toyi turun dari kamarnya, dia habis mandi dan wangi banget."Eh, aku kira aku bakal siap duluan dari kamu." Dia berhenti di meja depan, masukkan dompet sama kunci ke kantong.Aku memutar badan ke arah pintu. "Kamu kelihatan rapi banget buat sekadar pergi ke panti jompo. Apalagi kamu mau ngajar bela diri."Dia membuatku merasa malu dengan outfitku, legging sama hoodie. Nenek Connie pasti bakal mengomentari bajuku di depan geng nenek-neneknya."Aku pakai baju olahraga, kok." Dia melihat ke dirinya sendiri seperti lupa apa yang dia pakai."Iya, tapi rambut kamu rapi, dan kamu wangi."Dia senyum. "Jadi, maksud kamu sebenarnya, kamu ngakuin kalau aku seksi ... dan wangi?"Aku memutar mata, pura-pura kesal karena dia berhasil menangkapku. "Ayo, lah."Aku buka pintu terus kita keluar ke halaman depan."Aku bisa nyetir kok," katanya."Aku kan udah bilang aku yang nyetir.""Yah, aku pingin nyetir aja. Aku harus hafalin lokasi-lokasi sekitar, dan aku juga belum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status