Bismillah
"SUAMI DARI ALAM LAIN"
#part_27
#by:R.D. Lestari.
"Ya, Bu. Kenapa Ibu panggil Bima?" wajah Bima tertekuk ke dalam. Kesal karena Ibu dan adiknya mengganggu malam pertamanya.
Ibu yang saat itu sedang duduk, seketika berdiri dan menatap nyalang ke arah Bima. Tangannya berkacak di pinggang.
"Ada apa katamu? apa kau lupa, Bima! ingat perjanjian kita sebelum kamu menikah dengan Indri, kamu tidak boleh sedikitpun melakukan hal suami istri padanya, jika itu terjadi, maka Indri sudah tidak bisa pulang ke dunianya,"
"Bukankah Indri harus pulang dan pelan-pelan meminta restu kepada orang tuanya? bagaimana pun pasti sakit kehilangan anak semata wayang mereka. Indri harus jujur kepada keluarganya," Ibu menatap lekat Bima. Bima tersentak mendengar penuturan Ibu. Ya, ia ingat perjanjian itu. Hati kecilnya pun tak ingin egois. Indri harus pulang ke rumah orang tuanya.
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"# part_28#by: R.D.Lestari. "Po-- portal?" "Ya, portal penghubung antara duniamu dan duniaku. Kamu paham kan maksud Kakak, Sayang?" Bima membelai rambut Indri mesra. Indri mengangguk dan bergegas melaksanakan solat serta bersiap-siap. Bima dengan sabar menunggu Indri di ruang tamu. Ia dengan tenang menyeruput kopi susu buatannya sendiri sambil sesekali mengunyah roti coklat yang lembut dan beraroma khas buatan ibunya. Pluk! "Bima," Bima menoleh saat ia mendengar suara seseorang tepat di belakangnya. "Ya, Bu?" "Kamu jadi nganter Indri pulang?" "Jadi, Bu. Ini lagi nungguin Indri siap-siap. Sebentar lagi kami berangkat,ya, Bu," "Ya, kamu hati-hati di jalan. Jaga Indri, dan ingat kamu jangan sampai menampakkan diri di
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_29#by: R.D. Lestari. Brakkk! "Ibu!" "Tolong! tolong!" Indri luruh memeluk tubuh ibunya yang seketika ambruk begitu melihat kehadirannya yang tiba-tiba. Dengan suara yang tercekat karena takut dan sedih yang teramat sangat, Indri berusaha meminta tolong. Drap-drap-drap! Beberapa langkah kaki terdengar serentak berirama datang mendekat. Mereka tak lain adalah Ayah, Nenek dan juga pamannya. Mereka pun tak kalah terkejutnya melihat Indri yang sedang memeluk ibunya erat. Tanpa banyak bertanya mereka segera menolong Ibu dan membawanya ke dalam kamar. Indri mengekor dari belakang. "Kamu tunggu di ruang tamu dulu, In. Ayah perlu bicara banyak padamu," Indri menghentikan langkahnya begitu mendapat perintah dari Ayah. Ia berba
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_30#by:R.D.Lestari. "Indri!" Brakkk! Indri menutup pintu rapat. Gegas ia menuju ranjang dan menjatuhkan tubuh langsingnya keras di atas kasur kapuknya. Ia membenamkan wajahnya di bantal lusuh kesayanganya. Tangisnya pecah. Ia berada dalam dilema. Siapa yang harus ia pilih? orang tuanya atau suaminya? Indri yang awalnya yakin akan keputusannya bersama dengan Bima, seketika hilang arah saat melihat wajah ibunya yang kecewa karena ulahnya. Ia kini hanya bisa terisak mengingat suaminya. "Kak, datanglah ... aku butuh dirimu saat ini," lirihnya. Tangis Indri semakin menjadi. Ia seolah tak perduli seisi rumah memanggil namanya dan menggedor pintu kamarnya kencang. Ia tetap terdiam dan tak sekalipun menjawab. Saat ini ia hanya ingin sendiri, membalu
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_31#by: R.D.Lestari. "Indri? kamu sudah pulang? kapan kamu ...," Seorang tetangga Indri yang tak sengaja lewat depan rumah Indri langsung mampir begitu melihat Indri yang duduk di teras rumah. Indri langsung mendongakkan wajahnya dan tersenyum manis menatap si Ibu. "Sudah, Kak. Kemarin saya pulang," "Kamu dari mana saja, Indri. Semua orang bersusah payah mencarimu, syukurlah kamu pulang dengan selamat," wanita berbaju coklat bergaris itu menatap Indri penuh haru. "Saya diculik, Kak. Dan tidak tau siapa orang yang sudah menculik saya," "Ya Allah, In. Syukur kamu bisa pulang," "Iya, Kak. Alhamdulillah," "Kak, saya boleh minta tolong?" Indri menatap si Ibu lekat. Hatinya kini gundah gulanya. Penolakan Ibu membuatnya takut unt
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_32#by: R.D. Lestari. "Ayo, In. Tunjukkan senyummu, mereka sudah tiba dan menunggumu. Ibu yakin kau akan melupakan suami gaibmu itu. Anak teman Ibu tak kalah tampan," Ibu menarik tangan Indri kencang, hingga gadis itu tersentak dan mengikuti langkah ibunya menuju ruang tamu di mana calon besan dan putranya menunggu. Semua yang sedang berkumpul di ruangan itu tersenyum lebar melihat kedatangan Indri, begitupun calon suami Indri yang duduk di tengah-tengah orang tuanya. Pemuda itu mengulas senyum manisnya saat berhadapan dengan Indri. Namun, Indri tak membalasnya dan bersikap cuek padanya. Si Pemuda pun mengulurkan tangannya, tapi Indri tetap diam mematung. Membuat semua orang yang ada di sana menjadi canggung. "Indri, jangan bikin malu Ibu," Ibu berbisik seraya menjawil lengan Indri. Membuat wanita
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#Part_33#by: R.D.Lestari. "Heh, maksudnya apa, Dahlan? kamu ingin memutuskan secara sepihak hubungan ini?" Ayah menatap penuh amarah. "Tentu saja. Belum apa-apa sudah pingsan dan tak bergerak seperti ini. Bagaimana esok?" "Punya istri penyakitan bukan impianku. Aku tak sudi punya istri seperti ini. Cantik muka kalau bakal nyusahin seumur hidup, buat apa!" Dahlan berdecak congkak di depan semua orang yang berkerumun di ruangan kamar Indri. Ibu yang mendengar ucapan Dahlan hanya bisa meneteskan airmata, ia sungguh hancur. "Aku juga tak sudi punya mantu seperti dirimu, congkak. Pergilah kalian dari rumah kami, pernikahan ini batal!" Ayah dengan lantang mengusir semua tamu termasuk Dahlan, calon suami Indri. Mereka menatap dengan sinis seraya pergi dari rumah Indri tanpa mengucap se
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_34#by: R.D.Lestari. "Indri! jangan makan itu, Nak!" "Ya Allah, Yah . Tengok ini Indri makan apa!" Ayah yang sejak tadi sedang asyik berkebun tergopoh-gopoh berlari mendekati Ibu yang sejak tadi berteriak tak karuan menyebut nama anak semata wayangnya. Nenek yang sibuk memberi makan ayam pun terseok-seok berjalan mendekati Ningrum, menantu kesayangannya itu. Mata mereka terbelalak begitu mendapati Indri yang sedang mengunyah daging merah beserta darah yang masih menempel di sana. Ia seolah enggan melepas ayam yang sudah terkoyak di beberapa bagian dan mati dengan kondisi mengenaskan itu. Bulu-bulu ayam pun belum tercabut. Semua dalam keadaan utuh. Ibu berusaha menarik bangkai ayam dari tangan Indri, tapi gadis itu tetap kekeh mempertahankan ayam tangkapannya itu. Ia begitu menikmati, seo
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_35#by: R.D.Lestari.Di kediaman Bima. "Kak, kapan mau jemput Indri? kenapa perasaanku ga enak, Kak?" Anima mendekati Kakaknya dan duduk sembari memelintir rambut panjangnya. Bima hanya melirik sekilas. Sesekali ia menghela napasnya yang terasa berat. "Kakak ga bisa jemput, An. Kakak sebenernya amar khawatir, tapi Indri melanggar pantang. Percuma, bukan cuma lupa orang tuanya dan kelakuan yang menjadi aneh, tapi dia juga lupa pada Kakak. Kecuali dia pulang dan meminum kembali darah Kakak,baru ia ingat," Bima bercerita panjang lebar pada adiknya. "Jadi, gimana nasib Kak Indri, Kak? kasihan juga kalau dia kenapa-kenapa," "Sekarang kita hanya bisa bersabar. Jika memang keluarganya sayang, mereka akan mengantar Indri ke sini," "Bagaimana mereka bisa tau, Kak? menurutku, ini