Home / Rumah Tangga / SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA / Bab 3 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

Share

Bab 3 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

last update Last Updated: 2022-06-23 19:36:14

Malam ini aku harus tampil dengan mewah. Agar Nyonya Mala yang tak lain Ibu mertuaku terkesima melihat penampilanku.

Hemh ... keluarga yang selalu menilai seseorang dari status sosialnya.

"Pak Ahmad, anterin saya, ya!" pintaku pada sopir pribadi.

"Baik, Mbak Rubi."

Tadinya Ardian ingin menjemputku. Tapi aku memang menolaknya.

"Mau ke mana kamu, Bi?" tanya Mama Intan yang tiba-tiba datang.

"Mama Intan?" ucapku sembari melayangkan pelukan."

"Mama ke sini tadinya pengen ngobrol denganmu, Bi. Tapi sepertinya kamu ingin pergi?"

"Ardian mengundang Rubi makan makan malam, Ma."

"Makan malam? Hebat sekali kamu, Bi. Baru bertemu sekali. Ardian sudah langsung mengundangmu malam malam. "

"Semua berkat Mama Intan yang sudah merubah Sundari menjadi sosok Rubi."

"Ya sudah. Kamu pergi saja! Besok temui Mama di kantor, ya!" jelas Mama Intan sembari menepuk bahuku dan berlalu pergi.

"Kita berangkat sekarang, Mbak Rubi?"

"Iya, Pak." Aku pun langsung melangkahkan kaki masuk ke dalam mobil.

Segera kutekan nama Ardian di kontak ponselku untuk mengirim sebuah pesan.

Aku berpura-pura menanyakan alamat rumahnya. Rumah yang sebenarnya pernah aku tinggali selama enam bulan sebelum akhirnya melarikan diri karena perlakuan mereka yang semena-mena.

Setelah hampir tiga puluh menit perjalanan. Akhirnya sampai juga di depan rumah mewah yang telah menorehkan luka hati begitu dalam untukku.

Sepertinya mereka memang sudah menanti kedatanganku. Pintu gerbang yang biasanya tertutup rapat, kini terbuka begitu lebar.

Pak Ahmad pun langsung masuk dan berhenti di halaman rumah.

Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok lelaki yang berdiri di samping pintu gerbang. Wajah yang tak asing dan sosok yang begitu berarti dalam hidupku.

Bapak?

Kenapa Bapak bisa ada di sini?

Kuseka air mata yang tiba-tiba menetes tanpa di undang. Ingin rasanya aku turun dan langsung memeluk beliau.

Maafin Sundari, Pak. Karena saat ini harus berpura-pura tidak mengenal Bapak.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan dari kaca mobil yang membuatku mengalihkan pandangan.

Ardian?

Kuhela napas panjang untuk sedikit menenangkan perasaan.

"Sebentar, Mbak Rubi! Saya bukain pintunya," terang Pak Ahmad yang terlihat sudah ingin keluar dari mobil.

"Tidak usah, Pak! Biar saya sendiri saja yang buka."

Segera kubuka pintu mobil dan langsung turun dengan rasa tidak sabar ingin melihat reaksi orang-orang sombong di rumah ini.

Ardian begitu terperanga melihatku. Dia hanya berdiri mematung tanpa berkedip sedikitpun.

"Ardian ... hey?" ucapku dengan mengibaskan tangan di depan wajahnya.

"O - oh. Maaf, Bi," jawabnya terlihat gugup. "Kamu cantik sekali. Sangat cantik."

Heh ... kamu terlalu berlebihan memujiku, Ardian? Apa kamu sudah lupa dengan Sundari—istrimu?

Yang ada di hadapanmu saat ini Sundari, Ardian. Istri yang tidak pernah kamu anggap. Sekarang aku menyamar menjadi Rubi untuk membalas kalian semua.

Dan sepertinya Rubi sudah membuatmu jatuh cinta dalam sekejap. Bagus. Memang itu tujuanku.

"Ma ...," teriak Ardian memanggil mamanya.

"Iya, sebentar." Suara Nyonya Mala kini terdengar lagi di telingaku. Perempuan jahat. Sangat jahat.

Terlihat Nyonya Mala menuruni anak tangga dengan memandangku.

"Ini yang namanya Rubi? Benar kata Ardian. Sangat cantik dan

penampilannya juga luar biasa. Saya Tante Mala, mamanya Ardian."

"Saya Rubi, Tante. Terima kasih atas pujiannya," jawabku dengan berusaha mengulas senyum meskipun sangat terpaksa.

Nyonya Mala dan Ardian mengajakku duduk di ruang tengah.

Netraku mulai memandangi sudut demi sudut ruangan di rumah ini.

Hemh ... tidak ada yang berubah. Masih sama seperti dulu.

Tiba-tiba netraku terarah pada sosok perempuan paruh baya yang sedang berjalan ke arah kami dengan membawa minuman.

Ibu?

Kenapa Ibu juga ada di sini? Sebenarnya apa yang telah dilakukan keluarga ini pada orang tuaku?

"Silahkan Non, minumannya!" ucap ibu menawarkan padaku.

Bu .... Ini Sundari, anak Ibu. Apa Ibu bisa merasakan'nya?

Ibu menatapku dan mengulas senyum sebelum berlalu dari hadapan kami semua.

Ingin sekali aku berlari dan memeluknya. Tapi itu tidak mungkin.

Sekuat tenaga aku berusaha menahan air mata dan rasa sesak di dada ini. Ternyata Nyonya Mala dan anak-anaknya tidak hanya menyakitiku, tetapi juga kedua orang tuaku.

Bapak, Ibu. Kalian yang sabar, ya! Sundari akan memberi pelajaran pada mereka semua. Orang-orang yang telah menginjak harga diri kita hanya karena perbedaan status sosial.

"Bi, hey .... Kenapa malah bengong? Ayo diminum!" ucap Ardian membuatku sedikit gugup.

"O - oh, iya. Maaf, saking nyamannya saya di rumah ini."

"Ah, Rubi. Bisa saja merendah. Pasti rumah kamu jauh lebih bagus dari ini. Iya 'kan?"

Hanya harta yang di dalam pikiran kamu, Nyonya Mala. Sampai tidak punya rasa malu menanyakan hal tersebut padaku.

"Pasti, Ma. Rubi ini perempuan muda yang sangat sukses. Dia memiliki perusahaan yang cukup besar," jelas Ardian pada mamanya.

Heh ... kalian semua itu sama saja.

"Terlalu berlebihan kamu memujiku, Ardian."

Prang

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari belakang.

Pikiranku langsung tertuju pada Ibu.

"Sebentar ya, Bi. Tante tinggal dulu," ucap Nyonya Mala terlihat menahan amarah.

"Oh ya, Ardian. Boleh saya menumpang ke toilet?" Aku berusaha mencari alasan agar bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Ardian lantas menunjukkan arah toilet untuk tamu.

Padahal aku sudah sangat paham dengan semua ruangan di rumah ini.

Aku harus tetap bersikap tenang agar Ardian tidak curiga.

"Kamu itu sama saja dengan Sundari. Selalu bikin kesal orang. Kamu tahu, berapa harga piring ini?" bentak Nyonya Mala pada Ibu dengan menunjuk ke arah pecahan piring yang berserakan di lantai.

"Ma - maaf Nyonya. Tadi tangan saya tiba-tiba gemetar," jawab ibu dengan tetap membersihkan pecahan piring tersebut.

Benar-benar sudah tidak tahan rasanya melihat semua ini. Nyonya Mala benar-benar keterlaluan. Belum cukup dia menyiksaku selama di rumah ini.

"Tante. Maaf, toilet di mana, ya?" tanyaku untuk menghentikan perlakuan Nyonya Mala pada ibuku.

"E - eh, Rubi. Sudah dari tadi kamu berdiri di sini?"

Aku menganggukkan kepala dan berusaha tetap tersenyum.

"Maafin Tante! Pasti kamu lihat Tante marah-marah, ya? Ini pembantu selalu bikin masalah. Dulu anaknya menjebak Ardian agar dinikahi. Untung saja Ardian bukan orang bodoh," jelas Nyonya Mala membuat rahangku terasa keras.

Sabar Sundari! Tahan emosi kamu! Terserah perempuan itu mau bicara apapun tentang dirimu.

"Ya sudah, ayo Tante tunjukan toiletnya."

Aku berdiri di depan cermin yang ada di dalam toilet. Ingin sekali aku teriak untuk menumpahkan amarahku ini.

Kugenggam tanganku dan meremasnya.

Bagaimana agar aku bisa bicara dengan Ibu malam ini?

Ayo berpikir, Sundari!

Tok tok tok

"Bi ... kamu tidak apa-apa 'kan di dalam?" tanya Ardian yang tiba-tiba mengetuk pintu toilet.

Kuhembuskan napas kasar dan berusaha bersikap biasa.

"Aku tidak apa-apa. Memangnya kenapa?" jawabku setelah membuka pintu.

"Aku khawatir. Kamu lama sekali di toilet. Mama dan Flo sudah menunggumu di ruang makan."

Khawatir? Kamu khawatir dengan Rubi yang hanya beberapa menit di dalam toilet? Terus. Apa kamu tidak khawatir dengan Sundari—istrimu, yang sudah satu tahun pergi dari rumah dan tidak ada kabar?

"F - Flo? Siapa dia?" tanyaku basa-basi.

Padahal aku tahu, Flo itu adik perempuanmu, Ardian. Yang sama jahatnya.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 25 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA (TAMAT)

    Perasaanku begitu gugup. Karena malam ini pertama kalinya aku dan Ardian benar-benar menjadi suami istri seutuhnya. Kini Ardian mendekatiku. Dia memberi senyum yang begitu hangat. "Sundari. Ini adalah malam pertama kita yang tertunda begitu lama. Maafin aku."Aku mengangguk pelan dengan jantung yang berdegup kencang. "Apa kamu masih menyimpan cincin pernikahan kita, Ardian?"Ardian menggelengkan kepala. "Tidak Sundari. Cincin pernikahan itu sudah diambil Mama Mala."Aku menghembuskan napas panjang. "Aku mengerti." Kuperlihatkan senyum tipis pada Ardian.Tiba-tiba Ardian memelukku begitu erat. Aku merasa semua ini seperti mimpi. Kehangatan dari seorang suami yang dulu tak pernah menganggapku, kini kurasakan. Tidak terasa bulir air mata keluar membasahi pipi. Aku bahagi sekali. Tapi ... bagaimana kalau Ardian akan menyakitiku seperti dulu? Perasaan takut mulai bergelayut di pikiran.Aku berusaha melepas pelukan Ardian."Kenapa Sundari? Kamu menangis?""Aku takut, Ardian."Ardian merai

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 24 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Mama Intan menyambut kepulangan kami dengan raut wajah begitu tenang. Sedangkan aku sedikit takut karena sudah membohongi Mama Intan soal Gatot yang sebenarnya Ardian."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Aku mencium punggung tangan Mama Intan dan memeluk beliau. Sedangkan Gatot masih berdiri di samping mobil dengan menatap ke arah kami."Ma ... Sundari bisa jelaskan.""Tidak perlu, Sundari! Apapun yang kamu lakukan, pasti sudah kamu pikirkan sebelumnya, kan?""Sundari hanya ingin Mama bahagia. Sundari ingin membalas kebaikan Mama selama ini.""Iya, Mama paham. Bagaimana selama di luar kota?""Kerjaan Alhamdulillah lancar, Ma.""Terus?"Pasti Mama ingin menanyakan soal aku dan Ardian selama di luar kota. "Kenapa Mama melakukan hal itu? Mama tahu, kan, bagaimana hubungan Sundari dan Ardian?"Mama Intan tersenyum tipis. "Kamu juga tahu, kan, bagaimana hubungan Mama dan Ardian? Kenapa kamu nekat melakukan hal ini? Bahkan sampai membohongi Mama. Tidak bisa secepat itu Sundari, Mama dan

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 23 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Jangan lupa follow dan subscribenya ya! Terima kasih.Tok tok tokTerdengar ketukan pintu kamar."Selamat malam, Bu Sundari. Makan malam spesial untuk Bu Sundari dan Pak Gatot sudah kami siapkan," terang pegawai hotel."Makan malam? Tapi saya belum pesan apa-apa untuk makan malam.""Semua sudah disiapkan oleh pihak hotel, Bu."Aku hanya bisa mengangguk, mendengar jawaban dari pegawai hotel. Pasti Mama Intan lagi yang melakukannya.Makan malam spesial berdua dengan Ardian? Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan sedikit membayangkan hal tersebut. Wajah Ardian yang kaku dan ucapannya yang ketus terlintas dipikiran.Hemh ... sudahlah, lebih baik aku tidak memberitahu hal ini pada Ardian.Tidak berapa lama, Ardian keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan celana pendek dengan handuk yang melingkar di lehernya.Aku yang masih berdiri di dekat pintu kamar segera memalingkan wajah. Baru kali ini aku sekamar dengan suamiku sendiri. Rasa canggung begitu kurasakan.Tak ada obrolan

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 22 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Sundari dan Ardian satu kamar.Sebulan sudah Ardian menjadi sopir pribadiku. Waktu yang terasa begitu cepat. Selama itu pula, aku dan Ardian masih terus jaga jarak sebagai suami istri. Meskipun kadang ada hal yang membuat kami canggung.Sejauh ini, sikap Mama Intan biasa saja. Sepertinya beliau tidak curiga dengan Gatot yang tak lain adalah Ardian. "Ma. Besok Pak Ahmad biar nganter Sundari ke luar kota, ya? Mama gantian sama Gatot!" Aku duduk berhadapan dengan Mama Intan sembari sarapan."Kenapa tidak sama Gatot saja?""Sundari kangen bercanda sama Pak Ahmad, Ma. Lagian kalau ke luar kota, Sundari sudah terbiasa sama Pak Ahmad.""Memangnya Gatot tidak bisa diajak bercanda?""Mama, kan, tahu sendiri kalau Gatot orangnya pendiam.""Kamu tetap diantar Gatot pergi ke luar kotanya!"Kenapa Mama Intan tidak ada rasa khawatir atau pun cemas aku bersama Gatot? Mama Intan, kan, tidak tahu kalau dia sebenarnya Ardian."Ya sudah, Ma. Sundari sama Gatot."---"Besok kamu antarin aku ke luar ko

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 21 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    "Assalamu'alaikum, Ma." Aku berjalan mendekati Mama Intan yang sedang duduk di taman belakang sembari membaca majalah."Wa'alaikumsalam. Ada hal yang penting? Sampai kamu tidak berangkat ke kantor dan malah balik lagi ke rumah Mama," jawab Mama Intan sembari mengulas senyum."Sundari sudah mencarikan Mama sopir sementara. Pak Zul, kan, lumayan lama pulang kampungnya, Ma."Mama Intan langsung menutup majalah dan menatapku. "Sopir baru? Kenapa tidak bilang dulu sama Mama, Sundari?"Pasti Mama Intan keberatan. Aku bisa paham akan hal itu. Karena Mama Intan memang tidak sembarangan memperkerjakan seseorang. Apalagi yang harus tinggal di rumah beliau. Tapi semua ini aku lakukan agar Mama Intan dapat bersatu dengan Ardian."Pasti Mama keberatan, ya?""Memangnya kamu dapat sopir dari mana? Kamu kenal dia?" "Ke - kenal, Ma." Maafin Sundari, Ma, karena harus bohong. Mama Intan menatap begitu serius. "Mama ingin ketemu orangnya."Aku menganggukkan kepala. "Kebetulan Sundari sudah mengajak di

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 20 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Sundari mencari tahu alamat rumah kontrakan Ardian.Aku menemani Mama Intan dengan menginap di rumah beliau. "Non. Makan malam sudah siap," terang Mbak yang sibuk nyiapin makanan. "Terima kasih, Mbak."Aku segera mengambil makan malam untuk Mama Intan. Dari tadi beliau hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku sangat paham dengan apa yang dirasakan Mama Intan saat ini."Ma ... boleh Sundari masuk?" Dengan beberapa kali mengetuk pintu."Masuk saja!"Mama duduk di pojokan sofa dengan memegang sebuah figura."Ma, Mama makan malam dulu, ya!"Mama Intan hanya menggelengkan kepala. Beliau menatap sebuah figura yang terpampang foto bertiga. Mama Intan, laki-laki yang kukenal sebagai papa mertua, serta bayi laki-laki. Pasti bayi itu adalah Ardian."Ini salah Mama. Mama yang telah membuat Ardian tumbuh menjadi sosok laki-laki seperti itu. Harusnya Mama yang merawat dan mendidik dia. Bukan Mala."Sebuah penyesalan begitu terlihat dari Mama Intan. "Ma, Sundari sangat paham apa yang dirasakan M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status