Beranda / Rumah Tangga / SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA / Bab 4 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

Share

Bab 4 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-23 19:37:30

Kali ini aku memang belum mendapat kesempatan untuk memberitahu Bapak dan Ibu kalau aku adalah Sundari.

Perubahanku memang sangat jauh berbeda dari Sundari satu tahun yang lalu. Makanya Bapak dan Ibu juga tidak mengenaliku. Bahkan, diriku sendiri saja kadang masih tidak percaya kalau Rubi adalah Sundari.

Hemh .... Bagaimanapun, aku harus mencari cara agar bisa bicara dengan Bapak ataupun Ibu.

Kurang ajar. Kalian telah menjadikan kedua orang tuaku sebagai pembantu.

"Rubi ... ayo dimakan! Jangan malu-malu! Anggap saja di rumah sendiri! Siapa tahu berjodoh sama Ardian."

Seketika netraku membulat sempurna mendengar ucapan dari Nyonya Mala.

Berjodoh?

Maksud dia, aku berjodoh dengan Ardian? Heh ... aku ini menantu kamu Nyonya Mala. Istri dari Ardian. Tapi aku tidak ingin berjodoh dengannya.

"Mama ... kenapa bicara seperti itu? Ngga enak sama Rubi," sela Ardian.

"Tapi Kak Ardian memang sangat cocok dengan Kak Rubi. Kak Ardian ganteng dan Kak Rubi cantik. Lagian status sosial kita seimbang, Kak." Flo ikut nimbrung bicara. Sedangkan aku sendiri masih terdiam mendengarkan mereka bicara.

Sungguh memuakkan ucapan mereka. Sama sekali tidak ada yang memikirkan soal Sundari.

"Maaf ya, Bi! Mama dan Flo memang suka begitu."

Aku menganggukan kepala dengan mengulas senyum tipis. "Tidak apa-apa Ardian."

"Ayo dimakan, Bi! Semua makanan ini spesial untuk menjamu kamu," terang Ardian.

Masakan Ibu? Ya, ini masakan Ibu. Aku sangat merindukan masakan ini, ucapku dalam hati ketika makanan tersebut sudah masuk ke dalam mulut. Dan rasanya tidak ingin berhenti melahapnya.

Rindu ini semakin terasa. Air mataku sudah mulai berkumpul di pelupuk mata. Tapi aku tidak boleh terbawa perasaan dalam situasi seperti ini. Bisa-bisa mereka akan curiga.

"Enak sekali masakannya. Siapa yang masak semua ini, Tante?" tanyaku basa-basi.

"Ah, masakan biasa saja, Bi. Pembantu di rumah ini yang masak semuanya. Tapi memang Tante minta dia masak menu yang spesial."

Pembantu, ya, pembantu. Sebutan yang dulu selalu di lontarkan untuk menyebut diriku. Sekarang sebutan itu Nyonya Mala lontarkan untuk menyebut ibuku yang tak lain besannya sendiri.

Nyonya Mala. Aku sampai sudah terbiasa menyebutmu dengan sebutan Nyonya. Karena aku ini dulu hanya dijadikan pembantu dan harus menyebut kalian dengan sebutan Nyonya, Tuan, Nona. Hah ... orang-orang gila hormat.

"Boleh saya bicara dengan pembantu yang Tante maksud?"

Seketika raut wajah mereka terlihat bingung dengan keinginanku tersebut.

"Bicara dengan pembantu di rumah ini? Untuk apa, Bi?" tanya Ardian yang langsung menghentikan makannya.

"Memangnya kenapa? Ada yang salah? Atau ... tidak boleh?"

"O - oh, boleh, Bi. Sebentar Tante panggilkan."

Nyonya Mala langsung menggeser kursinya dan berjalan menuju ke belakang.

Tidak lama aku melihat Ibu dan Nyonya Mala berjalan ke arahku.

"Dia, Bi. Pembantu di rumah ini. Dan semua masakan yang terhidang, dia yang masak," jelas Nyonya Mala.

Sesaat aku memandang Ibu yang terlihat menundukkan kepala. Terlihat sekali beban batin yang beliau pendam.

"Saya Rubi," ucapku seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Seandainya tidak ada mereka, pasti Sundari sudah memeluk erat Ibu.

"Pang - panggil saja saya Bibik, Non!" jawab ibu dengan nada pelan.

"Tante, boleh 'kan Bibik ini duduk dan makan bersama kita?" tanyaku membuat Nyonya Mala hanya terdiam mematung.

Kluntang

Bahkan Flo sampai menjatuhkan sendok yang dipegangnya.

"Maksudnya. Saya ingin bicara dengan Bibik. Makanya sekalian biar Bibik duduk bersama kita di meja makan."

"Jangan, Non! Nanti saja kalau semua sudah selesai makan. Baru Non bicara dengan Bibik," jawab ibu menolak. Dan terlihat sekali kalau Ibu begitu takut.

"Saya tidak bisa lama-lama di sini, Bik. Mungkin habis makan malam ini, saya akan langsung pulang. Banyak urusan yang harus saya selesaikan. Makanya sekalian kita bicara di meja makan."

"Ta - tapi."

"Boleh 'kan Tan, Ardian, Flo? Maaf kalau saya jadi lancang."

Terlihat sekali kalau mereka keberatan.

"Ya sudah, Bi. Tidak apa-apa. Silahkan!" jawab Ardian dengan mengelap bibirnya menggunakan tissu.

Aku pun langsung menggandeng tangan Ibu dan menyuruh beliau duduk di sampingku.

"Bik. Apa Bibik bersedia datang ke rumah saya? Sehari saja. Untuk masak semua makanan yang saya inginkan?"

Uhuk uhuk uhuk

Nyonya Mala yang baru saja meneguk air putih langsung batuk karena tersedak.

"Ka - kamu ngga salah, Bi? Mak - maksud Tante, di rumah kamu pasti sudah ada pembantu juga 'kan?"

"Ada Tante. Di rumah ada beberapa ART yang mengurus semua pekerjaan rumah. Tapi saya sangat menyukai masakan Bibik. Masakannya mengingatkan saya pada masakan Mama. Kebetulan Mama tinggal di luar negeri. Jadi jarang sekali saya bertemu. Tadi saat makan masakan ini, saya tiba-tiba rindu masakan Mama."

"Tapi dia itu bukan orang baik-baik, Bi. Tante takut kalau dia akan melakukan hal yang memalukan. Seperti mencuri. Dia di sini karena menggantikan anaknya yang tiba-tiba pergi entah ke mana dengan membawa beberapa perhiasan milik Tante."

Ingin sekali aku menuangkan kuah pedas di wajah Nyonya Mala. Tega-teganya dia menfitnahku dan juga menghina Ibu seperti itu.

Tenang Rubi! Tahan emosi kamu! ucapku dalam hati dengan menarik napas dalam dan kuhembuskan dengan pelan.

"Bibik tidak perlu mencuri di rumah saya! Kalau memang Bibik membutuhkan sesuatu bilang saja! Lagian saya akan membayar dua puluh juta untuk sehari masak di rumah saya."

Mereka semua terperanga. Begitu juga dengan Ibu. Beliau terlihat begitu kaget dengan ucapanku.

"Du - dua puluh juta hanya untuk sehari masak? Jangan, Bi! Entar dia kesenengan mendapat uang begitu banyak hanya dalam sehari," sahut Nyonya Mala.

Bukan hanya dua puluh juta yang akan aku berikan pada Ibu, tetapi semua yang bisa membuat beliau bahagia akan kuberikan.

"Uang dua puluh juta tidak ada apa-apanya, Tan. Karena masakan Bibik bisa mengobati rasa rindu saya dengan masakan Mama yang sudah lama tidak bertemu karena kesibukan kami masing-masing."

Mereka semua hanya terdiam. Akan kupastikan kalau Nyonya Mala tidak bisa menolak keinginanku tersebut. Dan ini adalah cara agar aku bisa memberitahu Ibu soal diriku yang menyamar menjadi Rubi.

"Tante, Ardian, saya boleh 'kan meminta Bibik sehari saja masak di rumah saya?"

Nyonya Mala dan Ardian terlihat saling berpandangan. Sepertinya mereka bingung ingin memberi jawaban.

"Kalau kalian memang tidak mengizinkan juga tidak apa-apa. Saya yang minta maaf karena sudah lancang."

"Boleh. Kamu boleh minta Bibik untuk sehari masak di rumah kamu, Bi. Dan tidak perlu kamu bayar! Anggap saja dia seperti pembantumu sendiri! Jadi apapun yang ingin kamu suruh, bilang saja!" ucap Ardian.

Tunggu pembalasanku Ardian. Karena kamu sudah menginjak harga diriku dan juga kedua orang tuaku. Yang kamu anggap pembantu ini adalah mertua kamu sendiri. Benar-benar keluarga yang tidak punya hati.

"Terima kasih Ardian, kamu sangat baik sekali," apa yang kuucapkan berbanding terbalik dengan apa yang ada di dalam hati.

Nyonya Mala berusaha mengulas senyum di hadapanku. Meskipun aku tahu kalau dia sangat keberatan dengan keputusan Ardian barusan.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 25 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA (TAMAT)

    Perasaanku begitu gugup. Karena malam ini pertama kalinya aku dan Ardian benar-benar menjadi suami istri seutuhnya. Kini Ardian mendekatiku. Dia memberi senyum yang begitu hangat. "Sundari. Ini adalah malam pertama kita yang tertunda begitu lama. Maafin aku."Aku mengangguk pelan dengan jantung yang berdegup kencang. "Apa kamu masih menyimpan cincin pernikahan kita, Ardian?"Ardian menggelengkan kepala. "Tidak Sundari. Cincin pernikahan itu sudah diambil Mama Mala."Aku menghembuskan napas panjang. "Aku mengerti." Kuperlihatkan senyum tipis pada Ardian.Tiba-tiba Ardian memelukku begitu erat. Aku merasa semua ini seperti mimpi. Kehangatan dari seorang suami yang dulu tak pernah menganggapku, kini kurasakan. Tidak terasa bulir air mata keluar membasahi pipi. Aku bahagi sekali. Tapi ... bagaimana kalau Ardian akan menyakitiku seperti dulu? Perasaan takut mulai bergelayut di pikiran.Aku berusaha melepas pelukan Ardian."Kenapa Sundari? Kamu menangis?""Aku takut, Ardian."Ardian merai

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 24 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Mama Intan menyambut kepulangan kami dengan raut wajah begitu tenang. Sedangkan aku sedikit takut karena sudah membohongi Mama Intan soal Gatot yang sebenarnya Ardian."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Aku mencium punggung tangan Mama Intan dan memeluk beliau. Sedangkan Gatot masih berdiri di samping mobil dengan menatap ke arah kami."Ma ... Sundari bisa jelaskan.""Tidak perlu, Sundari! Apapun yang kamu lakukan, pasti sudah kamu pikirkan sebelumnya, kan?""Sundari hanya ingin Mama bahagia. Sundari ingin membalas kebaikan Mama selama ini.""Iya, Mama paham. Bagaimana selama di luar kota?""Kerjaan Alhamdulillah lancar, Ma.""Terus?"Pasti Mama ingin menanyakan soal aku dan Ardian selama di luar kota. "Kenapa Mama melakukan hal itu? Mama tahu, kan, bagaimana hubungan Sundari dan Ardian?"Mama Intan tersenyum tipis. "Kamu juga tahu, kan, bagaimana hubungan Mama dan Ardian? Kenapa kamu nekat melakukan hal ini? Bahkan sampai membohongi Mama. Tidak bisa secepat itu Sundari, Mama dan

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 23 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Jangan lupa follow dan subscribenya ya! Terima kasih.Tok tok tokTerdengar ketukan pintu kamar."Selamat malam, Bu Sundari. Makan malam spesial untuk Bu Sundari dan Pak Gatot sudah kami siapkan," terang pegawai hotel."Makan malam? Tapi saya belum pesan apa-apa untuk makan malam.""Semua sudah disiapkan oleh pihak hotel, Bu."Aku hanya bisa mengangguk, mendengar jawaban dari pegawai hotel. Pasti Mama Intan lagi yang melakukannya.Makan malam spesial berdua dengan Ardian? Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan sedikit membayangkan hal tersebut. Wajah Ardian yang kaku dan ucapannya yang ketus terlintas dipikiran.Hemh ... sudahlah, lebih baik aku tidak memberitahu hal ini pada Ardian.Tidak berapa lama, Ardian keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan celana pendek dengan handuk yang melingkar di lehernya.Aku yang masih berdiri di dekat pintu kamar segera memalingkan wajah. Baru kali ini aku sekamar dengan suamiku sendiri. Rasa canggung begitu kurasakan.Tak ada obrolan

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 22 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Sundari dan Ardian satu kamar.Sebulan sudah Ardian menjadi sopir pribadiku. Waktu yang terasa begitu cepat. Selama itu pula, aku dan Ardian masih terus jaga jarak sebagai suami istri. Meskipun kadang ada hal yang membuat kami canggung.Sejauh ini, sikap Mama Intan biasa saja. Sepertinya beliau tidak curiga dengan Gatot yang tak lain adalah Ardian. "Ma. Besok Pak Ahmad biar nganter Sundari ke luar kota, ya? Mama gantian sama Gatot!" Aku duduk berhadapan dengan Mama Intan sembari sarapan."Kenapa tidak sama Gatot saja?""Sundari kangen bercanda sama Pak Ahmad, Ma. Lagian kalau ke luar kota, Sundari sudah terbiasa sama Pak Ahmad.""Memangnya Gatot tidak bisa diajak bercanda?""Mama, kan, tahu sendiri kalau Gatot orangnya pendiam.""Kamu tetap diantar Gatot pergi ke luar kotanya!"Kenapa Mama Intan tidak ada rasa khawatir atau pun cemas aku bersama Gatot? Mama Intan, kan, tidak tahu kalau dia sebenarnya Ardian."Ya sudah, Ma. Sundari sama Gatot."---"Besok kamu antarin aku ke luar ko

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 21 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    "Assalamu'alaikum, Ma." Aku berjalan mendekati Mama Intan yang sedang duduk di taman belakang sembari membaca majalah."Wa'alaikumsalam. Ada hal yang penting? Sampai kamu tidak berangkat ke kantor dan malah balik lagi ke rumah Mama," jawab Mama Intan sembari mengulas senyum."Sundari sudah mencarikan Mama sopir sementara. Pak Zul, kan, lumayan lama pulang kampungnya, Ma."Mama Intan langsung menutup majalah dan menatapku. "Sopir baru? Kenapa tidak bilang dulu sama Mama, Sundari?"Pasti Mama Intan keberatan. Aku bisa paham akan hal itu. Karena Mama Intan memang tidak sembarangan memperkerjakan seseorang. Apalagi yang harus tinggal di rumah beliau. Tapi semua ini aku lakukan agar Mama Intan dapat bersatu dengan Ardian."Pasti Mama keberatan, ya?""Memangnya kamu dapat sopir dari mana? Kamu kenal dia?" "Ke - kenal, Ma." Maafin Sundari, Ma, karena harus bohong. Mama Intan menatap begitu serius. "Mama ingin ketemu orangnya."Aku menganggukkan kepala. "Kebetulan Sundari sudah mengajak di

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 20 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Sundari mencari tahu alamat rumah kontrakan Ardian.Aku menemani Mama Intan dengan menginap di rumah beliau. "Non. Makan malam sudah siap," terang Mbak yang sibuk nyiapin makanan. "Terima kasih, Mbak."Aku segera mengambil makan malam untuk Mama Intan. Dari tadi beliau hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku sangat paham dengan apa yang dirasakan Mama Intan saat ini."Ma ... boleh Sundari masuk?" Dengan beberapa kali mengetuk pintu."Masuk saja!"Mama duduk di pojokan sofa dengan memegang sebuah figura."Ma, Mama makan malam dulu, ya!"Mama Intan hanya menggelengkan kepala. Beliau menatap sebuah figura yang terpampang foto bertiga. Mama Intan, laki-laki yang kukenal sebagai papa mertua, serta bayi laki-laki. Pasti bayi itu adalah Ardian."Ini salah Mama. Mama yang telah membuat Ardian tumbuh menjadi sosok laki-laki seperti itu. Harusnya Mama yang merawat dan mendidik dia. Bukan Mala."Sebuah penyesalan begitu terlihat dari Mama Intan. "Ma, Sundari sangat paham apa yang dirasakan M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status