Share

MENERIMA ANCAMAN

"Adikku? Sejak kapan Nia jadi adikku, Bu?" Aku menatap Bu Onah dengan sedikit sinis.

"Tentu saja Nia adalah adikmu," katanya dengan nada meyakinkan, membuatku sebal. Perangainya sebelas-duabelas dengan Rosi, yang sering disebut-sebutnya sebagai menantu idaman.

Aku mendengkus lalu membuang muka dari tatapannya yang memelas.

"Mari kita ingat, ketika kita masih tinggal bersama dan aku masih jadi menantumu. Waktu itu, keluarga besar mengadakan hajatan dan aku tidak punya baju bagus untuk dipakai. Kang Agung meminta Nia meminjamkan bajunya untukku dan Nia menolak. Kemudian Ibu bilang, 'Nia tak akan meminjamkan bajunya pada orang asing, apalagi pada Asih, dia bukan kakaknya!'" kataku menirukan kata-katanya pada waktu itu.

Bu Onah hanya diam, sepertinya ia tak punya kata-kata untuk menjawab.

Hening beberapa saat. Ibu yang dari tadi hanya berdiri, akhirnya menyuruh mantan besannya itu pulang, karena malam hampir larut dan kami ingin istirahat.

"Lebih baik kita tak usah punya urusan lagi. Se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status