Share

SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU
SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU
Penulis: Vanessa_nesa

Bab 1. SKANDAL SANG KEKASIH

Bruuuukk …

Luna langsung menghempaskan pintu kamar itu. Matanya mulai berkunang-kunang menyaksikan kenyataan yang ada di depan matanya barusan.

"Kau tak ubahnya seperti binatang, Marcel!" Tangan kanannya ia kepalkan dan langsung mendarat ke dinding kamar Marcel. Lelaki yang semula dianggapnya sebagai kekasih terakhirnya itu, kini berubah menjadi monster yang seolah ingin membunuhnya.

Lalu gadis itu berlalu dari apartemen milik sang kekasih. Kakinya terus melangkah, Luna ingin segera cepat-cepat keluar dari tempat yang memuakkan itu. Pupus sudah rencananya yang ingin memilih tanggal cantik bersama Marcel untuk hari bahagia mereka.

Sosok wanita dalam selimut bersama Marcel yang dilihatnya tadi, membuat Luna tak harus menunggu lama untuk berpikir. Luna seketika itu juga membatalkan pernikahannya dengan Marcel. 

"Lebih cepat, lebih baik!" Diseka air matanya dengan ujung jarinya dengan kasar.

Sedang di kamarnya, Marcel dengan kesal menghentakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan tubuh seorang gadis cantik bernama Wilona. Mereka tertidur setelah semalaman bercinta. Sampai akhirnya Marcel terbangun saat Luna kekasih yang sangat dicintainya itu masuk ke dalam kamarnya, dan mendapati dirinya berada dalam satu selimut dengan gadis yang tinggal bersebelahan apartemen dengan apartemennya.

"Hei, Marcel, kenapa kamu?" Wilona mengibaskan rambut indahnya. Tubuhnya yang nyaris tanpa busana, kembali ia pamerkan kepada lelaki yang baru tadi malam bisa ia taklukkan.

"Wilona, sekarang keluarlah dari apartemenku! Atau kau akan bertepuk tangan melihat aku batal menikah dengan Luna!" Suara teriakan Marcel, tidak membuat Wilona, gadis bertubuh seksi itu takut. Sebaliknya ia malah dengan beraninya memeluk tubuh Marcel yang saat itu hendak berlari mengejar Luna.

"Honey, biarkan dia pergi. Kan, ada aku di sini. Biarkan saja kalau dia membatalkan pernikahan kalian! Toh, itu bukan berarti dunia akan kiamat. Honey, aku masih menginginkanmu lagi!" Suara Wilona mulai mendesah, membuat Marcel tak berdaya.

Marcel masih memikirkan tentang Luna, saat Wilona semakin berani mengulang adegan bercinta mereka seperti tadi malam. 

Kemudian, samar-samar bayangan wajah Luna menghilang, terhapus oleh deru nafas penuh napsu Wilona. 

Marcel seperti kerbau yang dicucuk hidungnya saat bercinta dengan Wilona. Wilona begitu membara, seperti api yang mampu membakar ingatan Marcel tentang Luna.

Kemudian keduanya saling berlomba untuk mencapai kepuasan.

***

"Bimo, ayo, kita pergi!" Akhirnya Luna berhasil sampai ke mobilnya.

"Kemana sekarang kita, Mbak Luna?" Bimo dengan sopan menanyakan pada tuannya itu tentang tujuan mereka.

"Suka-suka kamu saja!" Luna terus menyeka air matanya. 

Bimo terdiam mendengar jawaban tuannya itu. Namun Bimo mencoba mencerna apa yang sedang terjadi pada tuannya yang cantik itu.

Kabut tipis menyamarkan suasana pagi itu. Kabut tipis yang juga menyelimuti wajah cantik Luna.

"Maaf, Mbak. Boleh saya tahu, Mbak, kenapa menangis?" Bimo memberanikan diri bertanya sebelum akhirnya ia mulai memacu kendaraan mewah itu. Jalanan ibu kota pun mulai ia lumpuhkan dengan kelihaiannya berkendara.

"Bimo, tak ada yang perlu kau ketahui tentang apa yang sedang terjadi padaku. Tugasmu sekarang adalah, bawa aku ke suatu tempat yang bisa membuatku nyaman." Tatapan Luna nanar memandang ke jalanan.

"Baiklah, Mbak!" jawab Bimo cepat. Meski sebenarnya ia masih bingung akan ia bawa ke mana tuan cantiknya ini.

"Ke pusat perbelanjaan, taman atau …" Bimo terdiam saat Luna berteriak keras menyebut satu nama tempat yang indah.

"Bali!" sebut Luna keras sekali.

"Please, injak gas kencang-kencang, Bimo! Aku ingin segera sampai ke sana!" Emosi Luna seperti tak terkendali. Namun Bimo mencoba tetap bersikap tenang. Bimo mulai bisa menerka-nerka apa sebenarnya yang terjadi pada Luna. Ia memastikan ini semua ada hubungannya dengan Marcel. 

Wajah tampan Bimo terlihat tenang meski dadanya terasa bergemuruh. Entah kenapa tiba-tiba ada kemarahan dalam dirinya melihat Luna dibuat menangis oleh Marcel, tunangannya sendiri.

Ingin rasanya ia genggam jemari lentik milik tuannya itu, untuk membantu memberikannya kekuatan. Tapi ia tahu itu tak mungkin. Ia takut nanti dianggap kurang ajar. Akhirnya Bimo mengalah saja dengan perasaannya.

"Bimo, apa sebaiknya aku mati saja sekarang?" Luna mulai terisak. 

"Mbak?!" Bimo menatap iba ke arah Luna. Mata tajamnya seolah ingin mencari tahu tentang apa yang dikatakan perempuan itu barusan.

"Ya, aku ingin mati, Bimo!" Luna mulai memukul-mukul tubuhnya sendiri. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status