Share

Bab 4. AKAD NIKAH

Tapi itu tak mungkin, Bimo. Karena mereka terlalu sibuk dengan hidup mereka." Luna berusaha menyakinkan Bimo. 

Mata Bimo yang tajam seperti mata elang itu, menatap dalam-dalam kedua mata indah Luna. Membuat Luna salah tingkah, ada desiran lembut seperti menghinggapi peredaran darahnya.

"Kalau begitu, saya akan lakukan ini semua demi Mbak dan bayi Mbak!" ujarnya mantap.

"Jangan lagi panggil aku, Mbak!" Mata indahnya membesar. Membuat wajahnya terlihat lucu namun menggemaskan.

Bimo tak tahan menatapnya, ingin ia sentuh hidung bangir itu. 

"Bimo, kau hanya lelaki yang disewa untuk menutupi aib gadis ini. Jadi berhentilah berpikir macam-macam!" Ada seruan dalam hatinya.

"Bimo, aku janji, aku tidak akan merusak hidupmu dengan pernikahan ini. Aku tetaplah Luna yang bukan istrimu, dan kamu adalah Bimo yang bukan suamiku. Setelah anakku lahir, pergilah sesukamu dan raihlah mimpimu. Mungkin kamu ingin sekolah tinggi atau apapun itu, dan aku akan menyiapkan biaya untuk itu semua." Jemarinya mengibas-ngibas lembut daun-daun kering yang berjatuhan di rambut Bimo.

Wajah cantik itu kian dekat. Napasnya terasa hangat menerpa wajah Bimo. Bimo mulai merasakan indahnya kebersamaan itu, di balik senja yang kian menghilang.

Tatapan Bimo lekat menghujam ke wajah cantik Luna. 

*"*

Gerimis tak kunjung henti membasahi kawasan puncak pagi itu.

Villa mewah milik keluarga Bramasta terlihat ramai. Mobil-mobil mewah tampak berjejer di sekitar halamannya yang luas itu.

Luna kian cantik dalam balutan kebaya modern berwarna putih, dan jarik batik tulis bernuansa coklat. Rambut indah Luna disanggul modern pula. Body gitar Spanyol nya membayang jelas. 

Jemari lentiknya ia mainkan. Sebentar lagi akan berlangsung akad nikahnya dengan Bimo. 

Sedang Bimo sedang di rias di salah satu kamar villa, di villa sebelahnya, yang juga milik keluarga pengusaha kaya raya itu.

"Nah, sekarang sudah kelihatan ganteng, Mas Bimo! Kalian memang pasangan yang serasi sekali. Mas Bimo ganteng, dan Mbak Luna sangat cantik. Pasti kalian berkenalan saat di Amerika, ya?" Seorang pria yang terlihat kemayu sedang membubuhkan sedikit pemerah bibir di bibir Bimo.

Bimo risih dengan hal itu, tapi ia menurut saja.

"Ih, pasti anak-anak kalian nanti lucu-lucu, seperti Mami Papinya!" suara nyinyir lelaki kemayu itu membuat telinga Bimo pekak.

Bimo akhirnya dapat bernapas lega, saat lelaki kemayu itu selesai mendandaninya.

"Nah, sekarang sudah selesai!" Lelaki kemayu bernama Loly itu tak sungkan cipika cipiki pada Bimo. 

Ups, Bimo mencoba menepisnya, namun terlambat. 

"Loly, udah selesai calon pengantin prianya didandani?!" Tiba-tiba suara serak-serak basah terdengar dari pintu utama villa itu. Seorang wanita cantik mengenakan dress selutut berwarna merah muncul, dan mendekat pada mereka.

"Baru juga selesai, Mami!" Loly dengan penuh percaya diri memamerkan wajah Bimo, dengan menyentuh dagu lelaki itu.

"Woow, amazing, Loly! Nggak nyangka kamu bisa sepintar itu merias, padahal baru juga beberapa hari kamu belajar merias pengantin dengan Mami." Suara serak-serak basah wanita yang dipanggil mami oleh Loly itu, kembali terdengar. Sepertinya ia senang sekali melihat hasil kerja Loly, asistennya yang kemayu itu.

"Siapa dulu Maminya, gitu loh!" Dengan gaya centilnya Loly mengarahkan jari telunjuknya kepada sang Mami.

"Mami Vanessa!" suara keduanya terdengar hampir bersamaan. Lalu diiringi tawa centil yang berbarengan keluar dari mulut keduanya.

Bimo yang dari tadi diam saja melihat tingkah aneh keduanya, langsung meninggalkan mereka keluar. Membuat keduanya seperti kebakaran jenggot, berteriak-teriak memanggil nama Bimo.

"Mas Bimo, tunggu!" suara Loly memekik tak karuan.

"Mas Bimo ganteng, biar kami yang antar ke tempat acara akad nikahnya! Kalau Mas berjalan sendirian ke sana, bisa-bisa kami diomelin sama Mbak Luna! Dan upah kerja kami nggak dibayar sama Mbak Luna!" Mami Vanessa dengan Heelsnya berlari mengejar Bimo.

Mendengar itu, Bimo diam tanpa menoleh pada keduanya.

"Nah gitu dong, Mas Bimo!" Mami Vanessa langsung menggandeng tangan kanan lelaki itu, sedang Loly tak mau ketinggalan, ia menggandeng tangan kirinya.

Kini Bimo diapit oleh keduanya menuju villa sebelah, tempat akan diselenggarakannya akad nikahnya dengan Luna.

Gerimis masih terlihat menguyur kawasan puncak itu. Hamparan pohon teh terlihat basah karenanya.

Udara dingin semakin kian terasa menusuk ke persendian. Bimo mengatupkan bibirnya, seolah ingin melawan rasa dingin itu. Sedang hatinya semakin dilanda gelisah dengan perkawinannya yang sebentar lagi akan berlangsung. Status suami sewaan atau suami bayaran, akan segera disandangnya nanti. Meski hanya ia dan Luna saja yang tahu.

***

Plok … plok … plok …

Suara riuh tepukan tangan terdengar di ruangan megah villa itu. Setelah para saksi nikah menyatakan ijab kabul yang diucapkan mempekai pria, adalah sah.

Kedua mempelai saling berjabat tangan. Lalu dengan mesra yang dibuat-buat, Bimo mengecup mesra kening mulus Luna. Hal itu seperti yang diminta Luna sesaat sebelum ijab kabul akan dimulai, "agar kita seperti layaknya sepasang pengantin sungguhan," bisik Luna di telinga Bimo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status