Adam dan Bagas sudah berada didalam mobil, rencananya hari ini akan mencari tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari tempat Bagas bekerja, tapi sebelumnya mereka akan makan siang terlebih dahulu, Adam membelokan mobilnya menuju resto, dan memarkirkan mobilnya didepan resto, tak berapa lama Adam dan Bagas menuruni mobil dan melangkah masuk kedalam resto, memilih tempat duduk dan langsung memesan makanan, sambil menunggu makanan datang Adam mulai berbicara perihal kesiapan besok Bagas bekerja dan benar - benar menjadi orang biasa saja, tanpa harta dan kekuasan.
"Tuan, semoga segalanya bisa berjalan sesuai rencana Tuan dan menemukan apa yang Tuan cari," ucap Adam.
"Iya, Om, doakan saja."
Makanan yang dipesan sudah datang dan mereka segera menyantapnya, tiada obrolan lagi karena masing - masing sibuk dengan makanannya.
Setelah selesai makan dan membayarnya, Adam dan Bagas kembali memasuki mobil, dan berkeliling di sekitaran hotel Arimbi, untuk mencari kont
Bagas telah tiba didepan kamar kontrakannya, saat sedang membuka kunci pintu, seseorang menyapa Bagas. "Ngontrak baru,ya?" Bagas menoleh kebelakang, dan tersenyum menyapa orang yang menyapanya. "Iya, baru pindah tadi siang," jawab Bagas sembari mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Saya Bagas." "Syamsul." "Mari kang, masuk kita ngopi - ngopi," ajak Bagas kepada Syamsul. "Panggil Syamsul saja, boleh deh kebetulan baru pulang kerja ada yang ngasih kopi, Alhamdulillah." Syamsul memang orangnya apa adanya dan suple, sehingga cepat akrab dengan orang - orang baru yang ngontrak disitu, Bagas membuatkan dua cangkir kopi, satu untuknya dan satu lagi untuk Syamsul, sebenarnya ini pertama kali Bagas membuat kopi, untungnya kopi bungkusan yang sudah dengan gula, jadi Bagas hanya tinggal membuatnya saja dengan air panas. Bagas menyimpan kopi tersebut didepan Syamsul yang sudah duduk didalam kamarnya, Syamsul bangkit dan
"Assalammualaikum," ucap Syamsul."Waalaikumsalam," Winda dan Heni menjawab bersamaan.Mereka mempersilakan Syamsul dan Bagas untuk masuk kedalam kontrakannya, setelah Syamsul memperkenalkan Bagas kepada mereka, dengan cepat mereka sudah akrab, Wina membawakan piring dan juga nasi untuk di santap bersama - sama, bersama sate maranggi dan sop iga yang dibawakan Syamsul, merekapun makan bersama - sama sembari masih terus mengobrol, Winda sendiri bekerja sebagai receptionis dihotel Arimbi dan Heni bekerja dibagian cleaning service, mereka bekerja dari semenjak Hotel Arimbi berdiri, tidak ada perbedaan status diantara mereka, karena bagi mereka pekerjaan hanyalah status dalam bekerja yang terpenting adalah pribadi masing - masing yang baik, setelah selesai makan, Syamsul mengajak Bagas duduk diteras, sementara Winda dan Heni merapihkan bekas makan.Bagas dan Syamsul yang sudah duduk diteras menikmati suasana malam, udara yang memang sangat dingin membuat Bagas sedik
Setelah semua alat kebersihan sudah ditangan Bagas, bagas bergegas menuju halaman hotel, Bagas segera melakukan apa yang diperintahkan Ali, sudah ada petugas OB yang sedang membersihkan juga, sehingga Bagas hanya membantu sebagian, tapi itu juga terasa sangat berat dilakukan, karena baru kali ini Bagas menyapu, apalagi dengan tempat yang sangat luas, dan dedauan berserakan dimana - mana, selama hidupnya Bagas hanya menikmati kehidupan yang mewah, semua pekerjaan rumah sudah ada pembantu yang mengurus.Setelah satu jam Bagas membantu menyapu halaman, dan sebagian sudah dibuang ke tempat sampah, OB yang memang ditugaskan menyapu halaman hotel, menatap Bagas, seraya bertanya."Kang, dilihat dari seragamnya, akang bukan bagian OB, kenapa membantu saya menyapu dan membuang sampah?""Saya sedang dapat hukuman, pak," jawab Bagas."Pantas saja, saya kira ada OB baru, tapi melihat seragamnya kok beda, lagian akang gak pantas menyapu.""Kenapa, pak? saya kur
Bagas menghela napas panjang, karena hari pertama saja sudah bnyak sekali masalah yang dihadapinya.Memang selama berjalannya hotel, bagas tidak ikut turun langsung menyerahkan semua hal kepada Adam untuk mengevaluasi semuanya, dari pembangunan, perekrutan dan hal - hal lainnya, Bagas hanya datang ketika peresmian saja, itupun ia tak ikut andil hanya memperhatikan dari jauh, dan menerima laporan - laporan dari Adam, karena memang seperti yang pernah ia bahas dengan Adam alasan dirinya belum ingin tampil sebagai pemilik sah hotel.Bagas tetap terdiam, menunggu perintah selanjutnya dari Ali, yang masih terus marah - marah, semua hal dibahas, sementara Anto merasa kasihan kepada Bagas, karena bagaimanapun Anto yang bekerja dari pertama Hotel berdiri, dari belum ada apa - apa, masih kotor dan kosong, Anto dan teamnya yang membersihkan dan merapihkan semuanya, Anto sangat hapal karakter para atasan di hotel, sebenarnya hal yang dilakukan Bagas tidak begitu fatal, memang sal
Setelah mereka selesai makan, karena masih ada waktu empat puluh lima menit lagi untuk istirahat, Syamsul mengajak Bagas dan juga Roni untuk minum kopi disebrang hotel, sekalian santai - santai sejenak.Mereka bertiga melangkah keluar kantin karyawan, menuju warung kopi disebrang jalan, saat Syamsul akan memesan kopi kepada pemilik warung, Bagas seraya berkata. "Syam, saya lagi gak pengen ngopi, pesen es milo ada nggak disini?""Bentar aku tanya dulu," ucap Syamsul.Setelah bertanya kepada pemilik warung, ternyata es milo juga tersedia, Syamsul memesan dua gelas kopi hangat dan satu es milo, Bagas merasa senang karena di warung ada es milo, jadi tidak perlu menunggu sampai pulang kerja, tidak berapa lama minuman mereka sudah tersedia di meja, sembari memakan gorengan mereka menikmati setiap tegukan kopi, Bagas sendiri begitu menikmati es milonya, dalam hatinya berbicara sendiri. Rasanya tidak terlalu jauh beda sama buatan si mbok, akhirnya kesampaian juga ingin
Bagas sudah berada diruangan Ali, berdiri didepan Ali yang sedang duduk, lalu Ali mulai berbicara kepada Bagas."Kamu tahu? mengapa saya memanggil kamu lagi.""Tidak, Pak," jawab Bagas."Tenang saja, kali ini saya memanggil kamu, bukan karena kamu bermasalah lagi, saya hanya ingin menyampaikan bahwa, masalah yang kamu buat tadi siang sudah tidak akan diperpanjang, Saya sebagai atasan kamu sudah berusaha mempertahankan kamu didepan Pak Raymond, jadi saya minta kedepannya, kerja yang benar, ada hal - hal yang tidak kamu mengerti segera tanyakan jangan diam saja, paham!""Iya, Pak terima kasih atas bantuan Bapak, sehingga saya masih di ijinkan tetap bekerja disini.""Ya sudah, karena sekarang sudah waktunya jam pulang, kamu bisa kembali.""Iya, pak, kalau begitu saya permisi, Pak.""Iya."Sebenarnya Ali kurang suka terhadap Bagas, semenjak Bagas masuk kerja sudah telat belum lagi masalah yang ditimbulkannya dengan Saras, ditambah
Mereka berdua sudah tiba diwarung si ema, seperti biasa Syamsul yang memesan kopi hitam kesukaannya, dan Bagas es milo, Bagas memang tidak terlalu menyukai kopi, mungkin karena aromanya yang begitu menyengat baginya, lidahnya lebih enak meminum es milo, Saat sedang asik menikmati minumannya masing - masing, ponsel Syamsul berdering, Syamsul langsung mengangkatnya, itu dari Winda, Winda meminta tolong kepada Syamsul untuk membelikannya obat sakit kepala di apotek, Winda merasa sangat pusing sekali, sehingga Syamsul dengan cepat menutup telepon dan menjelaskan kepada Bagas kalau ia akan ke apotek dulu, kasihan Winda, takutnya sakit kepalanya berlarut dan mengganggu pekerjaannya, Syamsul bergegas ke parkiran karyawan, untuk mengambil motornya, sementara Bagas yang tidak enak minum sendirian diwarung, meminta si ema membuatkan es milo lagi, karena merasa masih kurang satu gelas es milo baginya, rencananya ia akan meminumnya di ruangan kerjanya, Bagas melangkah menuju hotel dengan membaw
Tak berapa lama mereka berempat sudah tiba diwarung si ema, Bagas mempersilakan Adelia dan Sinta untuk duduk, dengan segera Bagas memesan es milo tiga gelas dan kopi hitam hangat satu gelas, Samsul sendiri dari tadi malah duduk dengan mata yang curi - curi pandang ke arah Adelia, karena takut kepergok oleh Adelia dan memang tak berani menatap secara langsung, Bagas melihat gerak - gerik Syamsul langsung menyikutnya berulang kali, memberi kode dengan matanya agar Syamsul jangan bersikap seperti itu. Adelia tengah sibuk dengan ponselnya, wajahnya yang begitu cantik memiliki aura yang sangat memukau mata pria yang melihatnya, buktinya beberapa pelanggan si ema hampir jatuh kesandung karena melihat wajah Adelia. Sinta menoleh ke Adelia seraya bertanya. "Del, kita pulang kapan?" "Sebetahnya aja,"jawab Adelia dengan jari yang masih sibuk mengetik tanpa menoleh Sinta. "Serius amet, jangan bilang sedang sibuk chating orang gila." Sinta sebenar