Share

Bab 3

"Om, apa yang terjadi? Nenek dimana?"

Adam melepaskan pelukannya, seraya menarik napas panjang dan mulai berkata dengan gemetar. "Ne-nenek...sudah tenang dialam sana."

Bagas yang mendengar itu tak kuasa membendung airmatanya, tubuhnya seketika terkulai lemas dan jatuh kelantai, tangisannya begitu menyanyat hati, seakan bumi telah runtuh baginya, orang yang dia sayangi, satu - satunya keluarga yang dimilikinya, kini telah pergi meninggalkannya, Bagas segera berdiri dan berlari masuk kekamar IGD menghampiri neneknya yang telah terbaring tak bernyawa, memeluk tubuh neneknya dengan erat, tangisannya semakin kencang, hatinya benar - benar hancur.

"Nenek!!!!...."teriak Bagas.

Bagas melepaskan pelukannya dengan airmata yang terus mengalir deras dan menghampiri Adam, menarik baju Adam, dan mencengkram kerah bajunya dengan kuat, Bagas seakan hilang kendali.

Bagas berteriak marah seakan tidak dapat menerima kenyataan. "Katakan!! apa yang terjadi dengan nenek? bagaimana nenek bisa pergi begitu saja meninggalkanku, katakan!!!!..."

"Tenang, Tuan muda, bagaimana saya bisa menjelaskan kalau Tuan muda mengcengkram kerah baju saya, tolong lepaskan dulu, Tuan, saya akan katakan semuanya.

Bagas melepaskan cengkraman tangannya, dan duduk disamping jenazah neneknya, Bagas terus menatap neneknya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa, airmatanya terus mengalir, digenggam jemari neneknya dan diciumnya, ditempelkan kepipinya, dan berguman lirih. " Nek...Ba-bagas, sayang nenek, maafkan Bagas, Nek." sembari mengusap airmatanya yang terus mengalir. "Nek...Bagas dengan siapa sekarang, nenek sudah meninggalkan Bagas, Bagas sedih, Nek, Bagas harus bagaimana, Ne-ne-nenek!!...tangisannya makin pecah.

Adam menepuk - nepuk pundak Bagas penuh kasih sayang, mencoba kembali menenangkan Bagas.

"Sudah, Tuan, tolong ihklaskan, agar nenek tenang disana, yang sabar, pak, tetap kuat demi nenek."

"Iya, om, padahal tadi sore, nenek baik - baik saja, sempat mengobrol dengan saya, kalau tahu begini, saya tidak akan tidur dan meninggalkan nenek sendirian, saya tidak tahu kalau nenek penyakit jantungnya kerasa lagi, padahal minggu kemarin sudah berobat dan jantung nenek baik - baik saja, nenek juga tidak pernah mengeluh sakit, saya benar - benar egois, terlalu sibuk mikirin diri sendiri dan kerjaan, tidak benar - benar memperhatikan kesehatan nenek."

"Tuan, jangan menyalahkan diri sendiri, semua sudah menjadi ketetapan sang pemilik kehidupan kita, saat saya tiba disini nenek juga masih terlihat baik - baik saja dan sempat mengobrol dengan saya, saya juga di telphon mang Asep untuk bergegas kesini, setelah saya mengobrol dengan nenek, saya pamit sebentar ketoilet, Karena ada mang Asep yang jagain nenek, saya tenang meninggalkan sebentar, saat saya kembali nenek sudah tak bernyawa, dokter bilang, jantung nenek sudah tidak bisa memasok oksigen dan darah, sehingga nyawanya tak tertolong."

Bagas semakin menangis mendengar kta - kata Adam. "Iya, om, nenek pasti kesakitan menahan sakitnya, sementara saya tidak disampingnya, saya memang bodoh," seraya memukul - mukul kepalanya dengan telapak tangannya seakan merasa menyesal.

"Sudah, Tuan muda, jangan seperti ini, nenek akan sedih melihatnya, Sebaiknya kita keluar dari sini dan menunggu di luar ruangan, petugas RS akan melepas peralatan medis yang masih menempel ditubuh nenek , nenek akan dibawa kerumah sebentar lagi, ambulance sudah disiapkan."

Adam merangkul Bagas dan membawanya keluar ruangan, Bagas menurut saja mengikuti Adam keluar, dan duduk dikursi depan pintu kamar IGD, Bagas tertunduk dengan airmata yang benar - benar tak bisa berhenti terus saja mengalir membasahi kedua pipinya.

Adam menelpon Saripah, pembantu keluarga ivander untuk memberitahukan bahwa nenek sudah meninggal dunia, dan sekarang akan dibawa kerumah, Adam meminta tolong untuk menyiapkan kebutuhan dirumah dan meminta Saripah menugaskan pak jono, pak jono sendiri adalah satpam dirumah ivander, untuk menemui ustad jakaria, yang rumahnya memang tidak terlalu jauh dari kediaman keluarga ivander.

Pukul sebelas malam, jenazah Sasmita sudah tiba dikediaman ivander.

Dirumah sudah ramai orang - orang yang akan mengaji sampai pagi, karena tidak mungkin memakamkan malam itu juga, karena memang sudah larut malam, sehingga menunggu besok pagi untuk acara pemakamannya.

***

Acara pemakaman berjalan dengan lancar, Bagas kembali kedalam kamarnya, tangannya memegangi foto neneknya, dipeluknya erat - earat dengan airmata yang seakan enggan untuk berhenti, hidupnya merasa sangat hampa dan kosong, tak ada lagi canda tawa neneknya, kasih sayang neneknya dan teman berbagi cerita.

Bagas benar - benar seorang diri sekarang, menjadi orang kaya sekalipun kalau hidup sendirian rasanya semua itu tidak berguna, fikir Bagas.

Bagas merebahkan tubuhnya di kasur dengan tetap mendekap foto neneknya, Bagas berkata sendiri. "Nek, temani Bagas tidur ya, Bagas sedih Nek, Bagas tidak punya siapa - siapa lagi, Bagas..." tangisnya semakin mendalam, hingga akhirnya Bagas tertidur.

Sementara Adam dan keluarganya masih diruang depan rumah Bagas, karena melihat Bagas yang begitu terpukul akibat kematian Sasmita Neneknya, Adam tak tega meninggalkan Bagas sendirian, dan Adam harus menepati janjinya kepada Sasmita untuk menjaga Bagas baik - baik dan menemani Bagas dalam kondisi apapun, hingga Adam berbicara kepada isterinya untuk Adam tetap tinggal dulu disini menemai Bagas dan meminta isteri dan anak - anaknya untuk pulang lebih dulu.

Sebenarnya Adam ingin membicarakan hal penting kepada Bagas, perihal yang harus dan wajib di sampaikan amanah dari Sasmita untuk Bagas, tapi melihat keadaan Bagas yang belum stabil, Adam mengurungkan niatnya, mungkin bisa lain waktu, sekarang baginya lebih baik menemani dan menenangkan Bagas, Adam menghampiri Bagas kekamarnya dan dengan pelan mengetuk pintu kamar Bagas.

Tookkk...tookkk...tookkk.

"Tuan muda, boleh saya masuk."

Tidak ada jawaban dari dalam, Adam yang merasa kuatir memberanikan diri untuk masuk, karena Adam takut terjadi sesuatu dengan Bagas, Melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Bagas, saat melihat Bagas tertidur dengan masih mendekap foto Sasmita, adam akhirnya keluar dari kamar Bagas dan menghampiri Saripah.

"Mbok, nanti masakan makanan kesukaan Tuan muda, sekarang tuan muda masih tidur, biar nanti bangun tidur bisa langsung makan, kasihan tuan muda dari semalam belum mau makan."

"Baik Tuan, jawab Mbok Saripah."

"Kalau ada apa - apa hubungi saya secepatnya, sekarang saya mau pulang dulu, untuk ambil beberapa pakaian ganti, besok saya kembali kesini, nanti saya akan menginap disini sampai keadaan tuan muda membaik, tolong jaga dan titip tuan muda.

"Baik, Tuan, Mbok juga kuatir dengan Tuan muda, tadi pagi sarapan juga tidak dimakan, tuan muda terlihat sangat terpukul, mbok kuatir tuan muda sakit."

"Iya, makanya sekarang kita harus benar - benar perhatikan tuan muda, tuan muda sudah tidak punya siapa - siapa lagi, pasti hatinya terluka dan merasa kesepian, ya sudah mbok, saya pulang dulu."

"Iya, Tuan."

Adam kembali kerumah untuk ijin kepada isterinya dan menyiapkan beberapa stel pakaian ganti, untuk besok kembali kekediaman ivander dan menginap bebrapa hari disana, isteri Adam sangat mengerti bagaimana suaminya sangat peduli kepada keluarga ivander, dan mengabdikan dirinya, sehingga tak pernah melarang suaminya, walau harus menginap disana sampai berapa haripun, yang terpenting suaminya sudah meminta ijin kepadanya, apapun yang berkaitan dengan keluarga ivander isterinya selalu mendukung Adam.

Keesokan harinya, Adam telah kembali kekediaman ivander, setelah menyimpan beberapa pakaian dikamar yang sudah disiapkan Saripah, Adam kembali menghampiri kamar Bagas.

Tookkk...tookkk...tookkk.

"Tuan muda, boleh saya masuk."

Kali ini, dari dalam kamar terdengar suara yang mempersilakan Adam untuk masuk.

"Tuan muda maaf saya mengganggu." tanya Adam

"Ada apa om?" tanya Adam.

Adam menghampiri Bagas dan berdiri disamping Bagas, yang kali ini, bagas sedang duduk di balkon kamarnya menatap jauh keluar dari balik kamarnya, fikirannya terlihat kosong dan matanya sangat sembab.

"Tuan, sudah makan?" tanya Adam.

Bagas menjawab dengan singkat. "Belum."

"Maaf Tuan, kalau bisa tuan makan, kata mbok Saripah Tuan dari semenjak nenek meninggal belum makan, kasihan badan tuan, nanti tuan sakit."

"Saya sudah tak perduli dengan diri saya, saya cuma ingin diam dan tak mau apa - apa."

"Tolong, tuan." bujuk Adam.

"Saya ingin sendiri, om, tolong tinggalkan saya."

"Tapi, Tuan..."

"Ini perintah, tolong tinggalkan saya sendiri."

"Baiklah, kalau tuan ada yang ingin dikatakan atau membutuhkan apa - apa, segera panggil saya, karena saya sementara akan tinggal disini untuk menjaga tuan muda dan menemani tuan."

"Iya, om."

Adam akhirnya keluar kamar dan duduk diruang keluarga, Adam merasa sangat kuatir, takut Bagas sakit, tapi Adam tak bisa berbuat banyak, karena Adam tak berani melangkah jauh apalagi sampai memaksa Bagas.

Saripah yang melihat Adam terdiam diruang keluarga, bergegas menghampiri, untuk menanyakan bagaimana keadaan tuan mudanya.

"Tuan, bagaimana tuan muda? mbok sudah siapkan makanannya."

Adam menghela napas panjang seraya berkata. "Tuan muda tidak mau makan mbok, saya sudah coba bujuk, tapi tuan muda bersikeras ingin sendiri dan menyuruh saya pergi, tuan muda benar - benar terpukul karena kematian Nenek Sasmita."

Saripah yang peduli dengan bagas, yang sudah mengasuh Bagas dari kecil dan merasa seperti anak sendiri, menangis mendengar dari Adam kalau Bagas menolak makan dan seperti tidak punya semangat hidup, ingin rasanya menghampiri Bagas dan memaksanya untuk makan, setidaknya terisi makanan sehingga badannya tidak akan drop, tapi apa daya, mbok Saripah hanyalah seorang pembantu yang tidak punya hak apapun.

"Mbok, jangan memperlihatkan kesedihan Mbok depan Tuan muda, walau memang kita sangat kehilangan Nenek Sasmita, kita harus berusaha tegar dan kita sama - sama semangatin Tuan muda agar jangan sampai berlarut - larut terpuruk, Tuan muda masih  muda, hidupnya harus tetap berjalan, sekarang Tuan muda hanya punya kita sebagai orang - orang terdekatnya."

"Iya, Tuan, mbok semakin sedih karena melihat Tuan muda seperti ini."

"Ya sudah mbok, sekarang bawakan makanan tuan muda kekamarnya, siapa tahu nanti dimakan."

"Iya, Tuan kalau begitu mboj permisi."

Saripah bergegas ke ruang makan dan menyiapkan makanan kesukaan bagas, yang memang sudah disiapkan dimeja makan, Saripah membawa makanan kekamar Bagas.

Tokk...tokk..tookk.

"Permisi Tuan muda." ucap Saripah, dari luar pintu kamar.

"Iya mbok. ada apa, masuk saja."

Saripah masuk kedalam kamar Bagas dengan membawa beberapa menu makanan kesukaan Bagas, dan meletakkannya di meja kamar, Bagas masih berada didepan balkon kamarnya terlihat sangat murung dan kusut.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
M Sugeng Deden Deyantoro
mantul sangat alur ceritanya...lanjut ah, spy gak penasaran ya bosqu
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
kisahnya menarik...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status