Share

Bab 6

Salah satu karyawan pantri kita sebut suryani, yang mana dia leadernya, menghampiri Bagas dengan sikap yang sangat sopan dan penuh hati - hati.

Dengan kepala yang menunduk dan mata yang tak berani menatap Bagas, suaranya sedikit gugup mencoba bertanya. "Ma-maaf Pak Bos, ada yang bisa kami bantu."

Bagas tersenyum, dan tangannya menyerahkan dua bungkus plastik kepada suryani.

"Bu, ini ada makanan, tolong bagikan kesemua rekan ibu disini."

Suryani menerima bungkusan tersebut.

"Terimakasih, pak Bos." jawab suryani.

Bagas kembali melangkah keluar dari pantri menuju ruangannya.

Sementara suryani dengan membawa dua bungkus plastik memanggil semua rekan kerjanya, untuk membagikan makanan yang diberi Bagas.

Masuk dua orang karyawan cleaning service kepantri dengan membawa alat - alat kebersihan, bernama Abas dan Roni yang memang baru selesai membersihkan area depan, Suryani memanggilnya untuk mendekat.

"Abas, Roni, sebentar kesini."

"Iya, bu," jawab Abas dan Roni."

Suryani menunjukkan tangannya kebungkusan yang disimpannya diatas meja.

"Itu ada makanan dari Bos besar, kalian ambil yang kalian mau, dan kasih tahu keteman - teman lainnya, kalau pekerjaannya sudah selesai segera merapat kesini."

"Bos besar baik sekali ya, bu." ucap Abas.

"Iya, Bukan hanya memberikan makanan, tapi beliau sendiri yang mengantarkan kesini."

"Wah masa bu, sungguh seorang Bos yang baik dan tidak sombong, sama seperti Alm. Ayahnya, yang selalu baik kepada siapapun tidak memandang dari kelas manapun."

Abas yang memang sudah bekerja lama dikantor pusat, sangat mengenal sifat atasannya, sehingga Abas bisa berkata seperti itu.

Disisi Lain, Bagas sudah memasuki ruangannya, setelah menyimpan tas kerjanya, Bagas menelpon Adam untuk datang keruangannya.

Tak lama kemudian, Adam sudah berada diruangan Bagas, sekalian membawa berkas laporan selama seminggu untuk di periksa dan ditanda tangani oleh Bagas, Adam berdiri didepan Bagas menunggu beberapa berkas laporan yang memang harus ditanda tangani segera, setelah Bagas selesai menandatangani, Adam meminta ijin untuk kembali keruangannya, tapi Bagas menahannya, karena ada hal yang harus dibicarakan.

"Om, sebentar, tolong duduk dulu, ada hal yang ingin saya diskusikan."

Mendengar Bagas memintanya untuk duduk, maka Adam duduk dan menyimpan berkas laporan diatas meja, Bagas berdiri dari meja kerjanya dan duduk berhadapan dengan Adam di sofa ruangan kerjanya.

"Om, saya mau berbicara soal surat dari nenek, dan meminta masukan kepada Om Adam."

"Iya, Tuan," jawab Adam.

Bagas mengeluarkan surat dari dalam dompetnya, dan menyerahkan kepada Adam, Adam yang tidak mengerti maksudnya apa, seraya berkata. "Ini apa, Tuan."

"Ini surat dari nenek, tolong om baca dulu, karena isi surat ini, yang nanti akan saya bicarakan dengan om."

"Tapi, ini tidak apa - apa, Tuan, saya membaca surat dari nenek, saya tidak berani, Tuan, takut lancang."

"Om, ini kan saya yang meminta om untuk baca, jadi tidak apa - apa, saya percaya dengan om Adam, karena om saat ini adalah orang terdekat saya."

"Baiklah, Tuan," kemudian Adam, membuka amplop tersebut dan mulai membacanya.

Saat Adam sedang membaca, Bagas menghampiri meja kerjanya, dan menelpon OB, untuk membawakan dua kopi hangat keruangannya.

Ttookk...ttookk...tookk.

"Masuk," ucap Bagas.

Seorang OB, masuk kedalam ruangan Bagas dengan membawakan dua cangkir kopi hangat.

"Permisi pak," seorang OB menyimpan kopi dimeja depan Bagas dan Adam.

"Terimakasih pak, tukas Bagas."

"Iya, pak," seraya menunduk, dan permisi keluar ruangan.

Adam telah selesai membaca surat tersebut dan menyerahkan kembali kepada Bagas.

Bagas yang merasa bahwa Adam telah memahami isi surat tersebut, seraya berkata. " Om sudah baca surat dari nenek, jadi saya ingin meminta pendapat dan masukan dari om, bagaimana baiknya, karena jujur, saya bingung harus bagaimana, karena permintaan nenek yang terasa tidak masuk akal, tapi disisi lain saya juga tidak mungkin mengabaikannya."

"Maaf sebelum Tuan, ini hanya masukan dari saya, tapi bila tidak berkenan bagi Tuan, tolong abaikan saja."

"Iya om."

"Kalau menurut saya, setelah membaca surat dari nenek, nenek menulis ini karena teramat sayang kepada Tuan, maksud dan tujuan nenek sangat baik cuman memang caranya diluar logika, karena Tuan adalah satu - satunya pewaris dan yang akan mengurus semua usaha keluarga, mungkin akan banyak hal yang dikesampingkan dahulu karena Tuan harus menjalankan semuanya,tapi ini adalah amanah terakhir dari yang sudah tiada dan itu wajib untuk dilaksanakan, itupun kalau Tuan tidak keberatan, karena mungkin apa yang disampaikan nenek untuk kebaikan Tuan kedepannya, nenek ingin Tuan bahagia bersama orang yang tepat, semua kembali kepada Tuan, karena hanya Tuan yang bisa memutuskannya.

Bagas mendengarkan ucapan Adam dengan serius, sesekali berfikir akan setiap kata yang di utarakan Adam, saat Bagas mencoba mencerna setiap kata demi kata dan menyatukan dengan logika serta kesanggupannya, akhirnya Bagas menarik napas mencoba untuk menenangkan dirinya.

Sejenak keheningan dalam ruangan, karena Bagas dan Adam sama - sama diam, Adam yang merasa sudah memberikan pendapatnya membiarkan Bagas untuk berfikir dan memutuskan sendiri apa harus di laksanakan atau diabaikan, sementara Bagas masih sibuk dengan jalan fikirannya sendiri.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Irwan Layung
baca sdh bab 15, kok malah balik ke 6, gmn ini lucu.... otomatis diulang bayar lg wah parah
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
penasaran sma isi suratnya pasti mengenai calon pndamping hdp.Bagas
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
kisahnya menarik...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status