Share

Bab 6

Author: Tha Kusuma
last update Last Updated: 2021-08-29 23:05:34

Salah satu karyawan pantri kita sebut suryani, yang mana dia leadernya, menghampiri Bagas dengan sikap yang sangat sopan dan penuh hati - hati.

Dengan kepala yang menunduk dan mata yang tak berani menatap Bagas, suaranya sedikit gugup mencoba bertanya. "Ma-maaf Pak Bos, ada yang bisa kami bantu."

Bagas tersenyum, dan tangannya menyerahkan dua bungkus plastik kepada suryani.

"Bu, ini ada makanan, tolong bagikan kesemua rekan ibu disini."

Suryani menerima bungkusan tersebut.

"Terimakasih, pak Bos." jawab suryani.

Bagas kembali melangkah keluar dari pantri menuju ruangannya.

Sementara suryani dengan membawa dua bungkus plastik memanggil semua rekan kerjanya, untuk membagikan makanan yang diberi Bagas.

Masuk dua orang karyawan cleaning service kepantri dengan membawa alat - alat kebersihan, bernama Abas dan Roni yang memang baru selesai membersihkan area depan, Suryani memanggilnya untuk mendekat.

"Abas, Roni, sebentar kesini."

"Iya, bu," jawab Abas dan Roni."

Suryani menunjukkan tangannya kebungkusan yang disimpannya diatas meja.

"Itu ada makanan dari Bos besar, kalian ambil yang kalian mau, dan kasih tahu keteman - teman lainnya, kalau pekerjaannya sudah selesai segera merapat kesini."

"Bos besar baik sekali ya, bu." ucap Abas.

"Iya, Bukan hanya memberikan makanan, tapi beliau sendiri yang mengantarkan kesini."

"Wah masa bu, sungguh seorang Bos yang baik dan tidak sombong, sama seperti Alm. Ayahnya, yang selalu baik kepada siapapun tidak memandang dari kelas manapun."

Abas yang memang sudah bekerja lama dikantor pusat, sangat mengenal sifat atasannya, sehingga Abas bisa berkata seperti itu.

Disisi Lain, Bagas sudah memasuki ruangannya, setelah menyimpan tas kerjanya, Bagas menelpon Adam untuk datang keruangannya.

Tak lama kemudian, Adam sudah berada diruangan Bagas, sekalian membawa berkas laporan selama seminggu untuk di periksa dan ditanda tangani oleh Bagas, Adam berdiri didepan Bagas menunggu beberapa berkas laporan yang memang harus ditanda tangani segera, setelah Bagas selesai menandatangani, Adam meminta ijin untuk kembali keruangannya, tapi Bagas menahannya, karena ada hal yang harus dibicarakan.

"Om, sebentar, tolong duduk dulu, ada hal yang ingin saya diskusikan."

Mendengar Bagas memintanya untuk duduk, maka Adam duduk dan menyimpan berkas laporan diatas meja, Bagas berdiri dari meja kerjanya dan duduk berhadapan dengan Adam di sofa ruangan kerjanya.

"Om, saya mau berbicara soal surat dari nenek, dan meminta masukan kepada Om Adam."

"Iya, Tuan," jawab Adam.

Bagas mengeluarkan surat dari dalam dompetnya, dan menyerahkan kepada Adam, Adam yang tidak mengerti maksudnya apa, seraya berkata. "Ini apa, Tuan."

"Ini surat dari nenek, tolong om baca dulu, karena isi surat ini, yang nanti akan saya bicarakan dengan om."

"Tapi, ini tidak apa - apa, Tuan, saya membaca surat dari nenek, saya tidak berani, Tuan, takut lancang."

"Om, ini kan saya yang meminta om untuk baca, jadi tidak apa - apa, saya percaya dengan om Adam, karena om saat ini adalah orang terdekat saya."

"Baiklah, Tuan," kemudian Adam, membuka amplop tersebut dan mulai membacanya.

Saat Adam sedang membaca, Bagas menghampiri meja kerjanya, dan menelpon OB, untuk membawakan dua kopi hangat keruangannya.

Ttookk...ttookk...tookk.

"Masuk," ucap Bagas.

Seorang OB, masuk kedalam ruangan Bagas dengan membawakan dua cangkir kopi hangat.

"Permisi pak," seorang OB menyimpan kopi dimeja depan Bagas dan Adam.

"Terimakasih pak, tukas Bagas."

"Iya, pak," seraya menunduk, dan permisi keluar ruangan.

Adam telah selesai membaca surat tersebut dan menyerahkan kembali kepada Bagas.

Bagas yang merasa bahwa Adam telah memahami isi surat tersebut, seraya berkata. " Om sudah baca surat dari nenek, jadi saya ingin meminta pendapat dan masukan dari om, bagaimana baiknya, karena jujur, saya bingung harus bagaimana, karena permintaan nenek yang terasa tidak masuk akal, tapi disisi lain saya juga tidak mungkin mengabaikannya."

"Maaf sebelum Tuan, ini hanya masukan dari saya, tapi bila tidak berkenan bagi Tuan, tolong abaikan saja."

"Iya om."

"Kalau menurut saya, setelah membaca surat dari nenek, nenek menulis ini karena teramat sayang kepada Tuan, maksud dan tujuan nenek sangat baik cuman memang caranya diluar logika, karena Tuan adalah satu - satunya pewaris dan yang akan mengurus semua usaha keluarga, mungkin akan banyak hal yang dikesampingkan dahulu karena Tuan harus menjalankan semuanya,tapi ini adalah amanah terakhir dari yang sudah tiada dan itu wajib untuk dilaksanakan, itupun kalau Tuan tidak keberatan, karena mungkin apa yang disampaikan nenek untuk kebaikan Tuan kedepannya, nenek ingin Tuan bahagia bersama orang yang tepat, semua kembali kepada Tuan, karena hanya Tuan yang bisa memutuskannya.

Bagas mendengarkan ucapan Adam dengan serius, sesekali berfikir akan setiap kata yang di utarakan Adam, saat Bagas mencoba mencerna setiap kata demi kata dan menyatukan dengan logika serta kesanggupannya, akhirnya Bagas menarik napas mencoba untuk menenangkan dirinya.

Sejenak keheningan dalam ruangan, karena Bagas dan Adam sama - sama diam, Adam yang merasa sudah memberikan pendapatnya membiarkan Bagas untuk berfikir dan memutuskan sendiri apa harus di laksanakan atau diabaikan, sementara Bagas masih sibuk dengan jalan fikirannya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Irwan Layung
baca sdh bab 15, kok malah balik ke 6, gmn ini lucu.... otomatis diulang bayar lg wah parah
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
penasaran sma isi suratnya pasti mengenai calon pndamping hdp.Bagas
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
kisahnya menarik...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 159

    “Adelia, kamu marah sama aku?” tanya Bagas menatap Adelia yang sedang sibuk dengan ponselnya.“Enggak,” ucap Adelia singkat, tanpa menatap Bagas.“Kita baru saja baikan, masa harus berjarak lagi, sini duduknya, dekat aku.”“Iya nanti,” tetap menunduk fokus dengan ponselnya.Cindy hanya menggelengkan kepala, melihat Adelia yang sebenarnya jelas ketara kalau sedang cemburu gara – gara tamu wanita yang sebenarnya tidak perlu di besar – besarkan masalahnya, karena Bagas sudah dengan tegas menolak kehadiran mereka.Sinta berjalan dengan perlahan menuju ruang tamu, di ikuti tamu yang bukannya di suruh pergi namun di bawa masuk oleh Sinta. Bagas menatap kearah tamu, bibirnya mengulas senyum, baru saja akan membuka mulutnya untuk menyapa mereka, salah satu dari tamu memberi isyarat menempelkan jari telunjuknya ke bibir, sebagai tanda untuk jangan bersuara, begitu juga Cindy untuk jangan bersuara dan tetap tenang seperti sebelumnya. Salah satu tamu wanita menyapa Bagas dengan sedikit manja.“

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 158

    Adam sudah berada di kamar Bagas, memapah Bagas duduk di kursi ruang tamu kamar. Adam duduk di depan Bagas mendengarkan dengan wajah serius.“Om, saya belum memberitahu Adelia tentang si pengemudi tersebut, saya hanya takut perkataan saya akan membuat Adelia merasa tidak nyaman, bahwa orang itu adalah Angga, mantan tunangannya, saya baru berbaikan sama Adelia, tidak ingin merusak suasana hatinya, Om belum memberitahu Adelia, kan?”“Selamat Tuan Muda, saya sangat senang mendengar Tuan muda dan Adelia sudah berbaikan. Saya belum bertemu dengan Adelia, setelah mengurus Angga dengan pihak yang berwajib, saya langsung menemui Tuan Muda.”“Syukurlah kalau Adelia belum tahu, saya takut Adelia salah paham harus tahu dari Om dan bukan dari saya, yang jelas – jelas tadi kita berbicara di telepon, Adelia juga pasti menyadari kejanggalan tatapan saya tadi, hanya saja mencoba percaya dengan apa yang saya katakan, seperti tidak ingin merusak suasana hati saya. Saya yang akan memberitahukan langsung

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 157

    Setibanya di kamar hotel. Syamsul menurunkan Bagas dengan hati – hati untuk berbaring di kasur. Adelia dengan sigap segera mengambil air hangat dan lap kering, membasuh luka – luka Bagas dengan perlahan. Tidak berapa lama Dokter Anwar sudah tiba di kamar Bagas dan segera memeriksa luka – luka Bagas, serta memberikan obat Pereda sakit. setelah selesai mengobati luka – luka Bagas, Dokter Anwar pamit untuk pulang, diantar Syamsul sampai ambang pintu.“Lebih baik kamu istirahat dan minum obatnya, biar nggak demam, aku balik ke ruanganku lagi, ya?” tukas Syamsul.“Terima kasih, Syam.”“Iya, lekas sembuh. nanti aku ke sini lagi sama Heni dan Winda, sekalian nginep nemenin kamu.”"Iya."Syamsul pamit kepada Adelia, Sinta dan Cindy, segera meninggalkan kamar Bagas menuju ruangan kerjanya.“Del, ayo balik kamar, Bagas butuh istirahat,” ucap Sinta.“Kalian balik saja duluan, aku masih ingin disini,” tukas Adelia.Sinta dan Cindy saling tatap, mendengar ucapan Adelia. Cindy memberi kode dalam is

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 156

    Bagas menghelas napas Panjang dan menghembuskannya perlahan, diletakannya kembali es milo disebelahnya. Membuka kedua tangannya, merasakan tetesan air hujan yang turun perlahan di kedua telapak tangannya, pandangan matanya lurus kedepan, bibirnya tersenyum dalam kesedihan.Sementara di kafe tempat Adelia bersama kedua temannya tidak ada lagi perbincangan, ketiganya saling membisu, seakan larut dalam alunan musik yang mengiringi rintik hujan, gemericiknya seakan menyatu dalam suasana saat itu. Mata cindy tidak sengaja beberapa kali memergoki Adelia yang menengok terus ke arloji.“Adelia, temui saja Bagas,” ucap Cindy.“Maksudnya?”“Del, aku sudah mengenal kamu sangat lama, aku tahu saat ini kamu sedang gelisah. Sudahlah, Del jangan ikuti ego kamu, jangan sampai semuanya terlambat kamu mengerti dan pada akhirnya kamu yang akan menyesal.”“Aku masih belum menemukan jawaban dari keinginanku sendiri, pastinya Bagas juga sudah pergi. Di luar hujan, nggak mungkin dia terus menunggu kedatanga

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 155

    Mentari pagi bersinar sangat terang, menyinari bumi yang basah akibat hujan semalam. Adelia bersama kedua sahabatnya sudah duduk santai di warung seberang hotel, menikmati sarapan ditemani secangkir es milo racikan si pemilik warung yang nikmatnya tiada duanya, bagi mereka.Mereka membahas prihal ACSMart yang akan membuka cabang lagi di Surabaya, setidaknya ada Reni dan Susi yang bisa di singgahi dan diajak kumpul – kumpul di kala kunjungannya nanti. Rencananya minggu depan mereka akan terbang ke Surabaya, mencari lokasi yang cocok dengan usaha mereka. Mereka bertiga memang berencana dari jaman dulu, membuka usaha bersama. Mendirikan usaha di berbagai kota, agar mereka bisa sekalian traveling juga.“Cin, untuk lokasinya, kita minta bantuan Susi atau Reni saja, mereka lebih hapal daerah sana. Tempat yang ramai tapi belum terlalu banyak pesaing dalam usaha kita,” ucap Adelia.“Boleh, tuh. By the way. Susi dan Reni pada kemana, ya? Aku kirim pesan belum di balas.”“masih tidur, kayaknya!

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 154

    Adelia sudah berada di dalam kamar hotel, menyimpan sebuket bunga di meja sebelah televisi, diraihnya secarik kertas yang menyelip di tengah – tengah hiasan bunga.Adelia berjalan menuju kursi, duduk dengan menyilangkan kakinya, perlahan tanganya membuka secarik kertas tersebut.***Tahukah kamu…hari – hari yang kulalui, ‘Kesedihan dan kehampaan’.Tahukah kamu…berapa berat waktu yang kulalui, ‘Rindu dalam diam’.Tahukah kamu…Kesedihan, Kehampaan, dan Rindu, mengikat hatiku dalam namamu, ‘Adelia Maheswari’.Betapa bodohnya aku, mengatakan semua ini setelah menyakitimu sangat dalam.Aku datang bukan untuk memintamu memahamiku, tentang betapa rapuhnya aku tanpamu,Tapi, untuk cinta dan masa depan kita,Karena aku datang bukan untuk pergi, ingin menetap selamanya, sebagai rumah yang nyaman.Dan aku tahu, cinta tidak bisa dipaksa, begitu juga hatimu.Aku Tunggu di tempat pertama kali kita bertemu, di waktu yang sama.Entah menjadi saksi bisu yang sama atau saksi bisu tentang luka untukku.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status