Share

Bab 7

Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya Bagas memutuskan mana yang akan di pilihnya.

"Om, apa yang om utarakan itu memang benar, bagaimanapun saya ingin nenek tenang di alam sana, jadi saya akan mengikuti sesuai keinginan nenek, untuk semua urusan kantor dan bisnis sepenuhnya saya percayakan kepada om, dan tolong rekomendasikan saya ke hotel yang di Subang, karena disana tidak ada yang mengenal saya jadi saya tidak harus sembunyi - sembunyi menjalankan amanah dari nenek, disana biar saya bekerja sebagai karyawan biasa, saya minta om jangan pernah membuka identitas saya," ungkap Bagas.

"Baik, Tuan, terimaksih atas kepercayaan Tuan kepada saya, untuk permintaan tuan bekerja di hotel, saya akan bicarakan dengan pak Raymond selaku manager disana, kira - kira bagian apa yang Tuan inginkan?" tanya Adam.

Bagas sejenak berfikir, kira - kira bagaian apa yang cocok untuk menjalankan amanah nenek, dimana dia akan memulai semuanya dari bawah, sebagai orang biasa.

"Bagaimana kalau sebagai room service," ucap Bagas.

"Kenapa harus sebagai room service Tuan, kenapa tidak bagian staff nya saja, setidaknya Tuan tidak akan kerepotan nanti disana, saya tidak bisa melihat Tuan disuruh - suruh orang dan mengerjakan pekerjaan yang berat."

"Tidak apa - apa, Om, saya akan berusaha menyesuaikan diri, dan saya akan mengontrak rumah dekat dengan hotel, dan tolong om jangan panggil saya Tuan kalau disana, panggil saja nama saya."

"Tapi, Tuan, saya tidak berani, itu terlalu tidak sopan buat saya."

"Ini perintah, jadi jangan dibantah, om bilang saja kepada Raymond kalau tetangga rumah om ingin bekerja, jadi om rekomendasikan saya.

"Baik, kalau Tuan memaksa, saya minta maaf dari sekarang kalau saya harus bersikap tidak sopan memanggil nama kepada Tuan nanti."

"Tidak apa - apa, Om, biasakan saja, dan ingat baik - baik walau sesulit apapun saya nanti, serepot apapun dan sebagainya, om tetap jangan bongkar identitas saya dan jangan membantu saya, biarkan saya berusaha sendiri."

"Baik Tuan, kira - kira mulai kapan pelaksanaannya?"

"Nanti saya kabari, sekarang tolong undang semua direksi, kita adakan pertemuan rapat penting setelah makan siang, saya akan membicarakan kepada semuanya...Bahwa, saya akan memberikan hak sepenuhnya tanggungjawab kantor dan bisnis ivander untuk diurus oleh om Adam selama saya tidak ada, termasuk laporan dari semua cabang hotel, mall, tempat wisata, perusahaan sparepart mobil dan anak cabang lainya yang merupakan bisnis ivander, apabila ada keadaan yang benar - benar mendesak dan butuh keputusan dari saya, om Adam jangan temui saya, cukup kirim pesan saja, nanti biar saya yang akan menemui om Adam, menjaga saja agar tidak ada yang curiga.

"Baik, Tuan, saya akan menjalankan semuanya dengan baik dan penuh tanggungjawab."

"Ok, terima kasih, Om."

Adam pamit keluar ruangan untuk mengabari semua direksi bahwa Bagas ingin menagadakan pertemuan rapat setelah makan siang, sementara Bagas masih termenung didalam ruangannya, memikirkan semua yang akan dialaminya nanti, dalam hatinya berbicara sendiri. Nek, Bagas kangen nenek, doakan Bagas agar bagas bisa menjalankan semua amanah dari nenek dengan baik dan bisa memenuhi harapan yang nenek inginkan untuk Bagas bisa bahagia dan selalu bersyukur dalam keadaan bagaimanapun, Bagas paham maksud nenek baik, demi Bagas juga kedepannya, demi menjaga keturunan ivander.

Bagas berdiri dari duduknya melihat arlojinya sudah menunjukan pukul dua belas, Bagas melangkah keluar ruangan, tangannya merogoh ponsel yang disimpan di dalam saku jasnya, menelpon Adam untuk menemaninya makan siang, tak berapa lama Adam sudah berada di depan Bagas seraya membungkukan kepala memberi hormat.

"Om kita makan diluar kantor, saya ingin mencari udara segar," ucap Bagas.

"Baik, Tuan, mari," mempersilakan Bagas melangkah lebih dulu.

Merekapun memasuki mobil dan melajukan mobilnya kejalan utama.

"Pak asep, kearah rumah makan sunda ya, saya sedang ingin makan sayur asem dan pepes peda serta sambal lalab," ucap Bagas.

"Baik Tuan," jawab Asep.

Tak berapa lama mereka sudah tiba dirumah makan sunda, Bagas masuk terlebih dahulu dan memilih tempat duduk lesehan diikuti oleh Adam yang duduk dihadapan Bagas.

"Om kita makan disini saja, ya."

"Baik Tuan, maaf Tuan, mau pesan apa saja biar saya pesankan."

Setelah Bagas menyebutkan apa saja yang akan dipesan, Adam menuliskannya semua yang diinginkan Tuannya dan memberikan list nya kepada pelayan disana, tak berapa lama makananpun sudah datang, mereka berdua segera menyantapnya, Bagas begitu menikmati makan siangnya, karena memang sudah sangat lama sekali Bagas tudak memakan masakan sunda, membuatnya terasa sangat nikmat sekali.

Setelah selesai makan, Bagas dan Adam segera kembali kekantor untuk  melaksanakan Rapat direksi, dimana Bagas menjelaskan semua hal yang sudah di bahas dengan Adam sewaktu diruangannya, rapatpun telah selesai, Bagas keluar ruangan lebih dulu didampingi Adam.

"Om, saya pernah bilang sewaktu di stone cafe, bahwa keluarga om tinggal saja dirumah saya, kalau bisa malam sekarang sudah tinggal dirumah, walau nanti saya tidak ada om dan keluarga tinggal saja dirumah saya, setidaknya rumah ada orang banyak tidak akan sepi,biar si mbok juga ada temannya."

"Baik Tuan, saya sudah bicarakan dengan istri saya, nanti saya akan kabari istri dan anak - anak saya untuk siap - siap merapihkan semua keperluannya."

"Kalau begitu, saya tunggu nanti malam dirumah."

Adam membungkuk memberi hormat, dan Bagas telah masuk kedalam ruangannya, mengambil tasnya dan pergi keluar ruangan, menuju mobilnya, pak Asep sudah stand by menunggu di samping mobil, seraya membungkuk dan membukakan pintu mobil untuk Bagas.

Didalam mobil Bagas tetap diam, fikirannya berkecamuk kemana - mana, entah apa yang menjadi beban fikirannya.

Melihat Bagas yang sedari tadi diam, membuat Asep bingung, apakah tujuannya langsung pulang atau mampir kemana dulu, karena memang masih belum terlalu sore, Asep memberanikan diri untuk bertanya. "Tuan, maaf kita langsung pulang atau tuan ingin saya antar dulu kemana?"

"Kita kemakam nenek, dan orangtuaku, tapi mampir dulu ketoko bunga, saya ingin membeli bunga kesukaan nenek dan Bunda,"  jawab Bagas.

"Baik, Tuan."

Tak berapa lama, Bagas sudah berada ditoko bunga membeli tujuh macam bunga untuk ditabur di makam nenek dan orantuanya, serta membeli sebuket mawar putih kesukaan neneknya dan sebuket mawar merah kesukaan Bundanya, setelah membayar Bagas kembali memasuki mobilnya untuk menuju makam keluarganya.

Setibanya dimakam, Bagas tidak segera turun, dia hanya terdiam didalam mobil, sementara Asep sudah membukakan pintu mobilnya.

"Tuan...Tuan, maaf kita sudah sampai dimakam," ucap Asep.

Bagas yang sedang melamum sedikit kaget karena seruannya Asep, dia melihat kesekitarnya, dan segera turun dengan membawa bunga yang telah dibelinya, karena makam keluarganya saling bersebelahan, dengan cepat Bagas sudah menaburkan semua bunga di makam nenek dan orangtuanya, Bagas jongkok didepan makam ibunya, airmata yang tak kuasa dia tahan membasahi pipinya, Bagas berbicara sendiri dimakam ibunya

"Bunda, apa kabar, Bagas kangen sekali sama Bunda, Bunda disana sedang apa? kangen tidak sama Bagas? Bun, nenek meminta Bagas untuk menjalankan keinginan terakhir nenek, doain Bagas kuat dan mampu jalani semuanya, Bagas minta restu dari Bunda."

Bagas bangkit dan kembali jongkok di depan makam ayahnya, airmatanya terus menetes dipipinya, dan meminta restu kepada ayahnya.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Maria Helena Anu
kasihan tinggal sebatang kara
goodnovel comment avatar
Mohd Zainee Zainee
sgt mahal utk membaca novel
goodnovel comment avatar
achmad.firmansah
iya betul terlalu mahal,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status