Share

Bab 5

Bagas menatap Adam dengan seksama, mencoba menerka, sebenarnya apa yang ingin disampaikan Adam, sehingga membuatnya harus ragu dan menunggu waktu yang tepat, Semakin memikirkan apa dan kenapa, Bagas tak menemukan jawabannya, sehingga Bagas menanyakan langsung karena rasa penasarannya, dan karena menyangkut dirinya juga.

"Sebenarnya ada apa,om? mengapa harus menunggu waktu yang tepat, kalau boleh tahu memang soal apa?"

Adam mengeluarkan sebuah surat dari dalam saku jasnya, selama ini selalu Adam bawa kemanapun, karena Adam tidak pernah tau kapan waktu yang tepat untuk menyerahkannya kepada Bagas, seperti saat ini, kebetulan yang memang tidak direncana, tiba - tiba Bagas mengajaknya keluar dan melihat Bagas juga sudah lebih baik dari hari - hari sebelumnya.

Adam menyerahkan surat tersebut kepada Bagas.

"Ini surat apa om," tanya Bagas.

"Tuan muda, Sebelum Nenek Sasmita meninggal, saya sempat mengobrol dengan beliau, beliau meminta saya untuk menjaga tuan muda dan selalu mendampingi tuan muda, lalu beliau meminta saya mengambil surat ini dari laci meja riasnya, dan menyerahkannya kepada tuan, Maaf sebelumnya tuan, karena saya baru sekarang menceritakannya dan menyerahkannya kepada tuan, karena saya baru ada kesempatan sekarang, memang awalnya saya akan menyerahkan langsung, tapi melihat kondisi tuan muda kemarin membuat saya mengurungkan niat saya, semoga tuan muda tidak marah."

"Kenapa saya harus marah, om Adam tidak salah, saya mengerti kondisi sebagai om Adam yang memang serba salah karena kondisi saya kemarin."

"Terimakasih, Tuan, untuk kemurahan hati tuan."

Bagas membalas dengan tersenyum dan memasukan surat tersebut kedalam saku celananya, rencananya akan dia baca nanti dirumah, karena Bagas ingin membacanya sendiri tanpa ada siapapun, karena pasti Bagas tidak akan mampu membendung airmatanya, tidak mungkin dia menangis didepan bnyak orang.

Bagas kembali mengobrol dengan Adam, untuk urusan pekerjaan yang memang selama seminggu ini Bagas tidak tahu bagaimana perkembangannya, terutama hotel arimbi yang belum lama diresmikannya.

Tak terasa waktu sudah hampir tengah malam, akhirnya Bagas mengajak Adam untuk kembali pulang, Bagas merasa lebih fresh dibanding hari - hari sebelumnya, ditambah Bagas merasa senang menerima surat dari neneknya, ternyata dalam kondisi seperti apapun neneknya selalu mengingatnya.

Waktu menunjukan pukul satu malam, Bagas dan Adam sudah berada didalam rumah.

"Om jangan lupa besok bicarakan lagi dengan keluarga om, soal tawaran saya, sekarang saya mau istirahat dulu."

"Baik, Tuan."

Bagas menuju kamarnya begitupun dengan Adam, mereka melepaskan rasa ngantuk dalam peraduannya masing - masing.

Keesokan harinya, Adam sudah terbangun pagi - pagi, rencananya akan pulang kerumah dulu sebentar untuk menyampaikan tawaran Bagas kepada isteri dan anak - anaknya, setelah itu baru pergi kekantor.

Usaha ivander bukan hanya perhotelan saja, banyak bidang lainnya, sebagai pemilik sekaligus investor dibeberapa mall ternama dan tempat wisata, belum lagi usaha kecil lainya yang tersebar dari beberapa kota.

Adam dipercayakan untuk mengelola sebagai perwakilan pemilik sahnya, Adam hanya fokus bekerja dikantor pusatnya saja, yang mana kantor tersebut sebagai induk utama dari semua bisnis keluarga ivander, sesekali saja berkunjung untuk audit kebeberapa anak perusahaan ivander, termasuk hotel arimbi hanyalah anak perusahaan ivander yang baru didirikan oleh Bagas, bisa terbayang berapa besar kekayaan ivander, dan Bagas ivander pewaris semua itu.

Kembali kepada Bagas yang baru saja terbangun, karena lelahnya semalam, sampai lupa belum membuka surat dari neneknya, Bagas bangkit dari tempat tidurnya, berjalan kearah dia menggantungkan celana jeans yang berada didepan kamar mandinya, merogohkan tangannya kedalam saku celana jeansnya untuk mengambil surat tersebut, Bagas kemudian duduk dibalkon kamarnya dan perlahan membuka amplop tersebut, ada secarik kertas putih dengan tulisan neneknya, dibukanya lipatan kertas tersebut, Bagas mulai membacanya, airmatanya tak bisa tertahan, jatuh begitu saja membasahi kedua pipinya, saat terus membacanya, Bagas sedikit mengernyitkan alisnya, memaknai kata demi kata, setelah selesai membacanya, Bagas kembali melipat kertas tersebut dan memasukannya kembali kedalam amplop putih.

Bagas berdiri dan menghampiri meja kerjanya, mengambil dompet miliknya dan memasukannya kedalam dompet, Bagas masih tertegun memikirkan isi surat tersebut, fikirannya terus berputar merenungi isi surat dari neneknya.

Bagas berbicara sendiri, kenapa nenek ingin aku melakukan itu, apa sebenarnya tujuan nenek menulis hal tersebut, padahal aku tidak sendirian sekarang, akan ada om Adam dan keluarganya menemaniku mulai sekarang, ada si mbok juga dan pak asep, apa yang harus aku lakukan, lebih baik aku nanya om Adam saja, bagaimana baiknya.

Bagas bergegas mandi, didalam kamar mandipun Bagas terus saja memikirkan isi surat dari neneknya, setelah selesai mandi dan mengenakan jas, Bagas berencana akan kekantor pusat untuk menemui Adam, Bagas keluar dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan terlebih dahulu.

Saripah sudah menyiapkan sarapan kesukaan tuannya, nasi goreng bawang telor mata sapi dan es susu milo, Bagas sangat memyukai minuman dingin ditambah es batu mau jam berapapun itu.

Setelah menyantap sarapannya, Bagas melihat arlojinya, menunjukan waktu pukul sembilan pagi, merasa sudah kenyang, Bagas bergegas menuju halaman rumah, dimana pak Asep sudah standby di depan mobil membukakan pintu mobil untuk Bagas.

"Maaf Tuan, Tuan mau diantar kemana," tanya Asep.

Bagas sampai lupa belum menyampaikan tujuannya ke Asep, karena fikirannya masih tertuju soal surat dari neneknya.

"Antarkan saya ke kantor pusat," jawab Bagas

"Baik Tuan muda," balas Asep.

mobil melaju kekantor pusat, saat lampu merah, Bagas melihat dua orang anak laki - laki, yang satu berusia sekitar 8 tahun dan satunya lagi berusia 7 tahun, sedang menawarkan jualannya kesetiap mobil yang berhenti, Bagas membuka kaca mobilnya, dan memanggil dua anak tersebut.

"Dek, sini."

Mereka berdua menghampiri Bagas, seraya berkata. "Om mau beli apa," tanya salah seorang anak kepada Bagas.

"Adek, jual makanan apa saja?" tanya Bagas.

Anak yang berusia 8 tahun menjawab. "Saya jualan nasi kuning dan ada gorengannya juga." disambung anak yang berusia 7 tahun. "Saya jualan makanan basah, ada gemblong, uli goreng, ketan pake kelapa, kue lapis, dan klepon, om mau beli yang mana?"

"Saya beli semua, tolong bungkus semuanya."

Dua anak laki - laki tersebut merasa senang karena jualannya diborong, karena mereka membungkus banyak kedalam satu plastik besar, tiba - tiba  lampu lalu linyas sudah hijau, mau tidak mau mobil harus melaju.

"Dek saya tunggu di ujing jalan ya," teriak Bagas.

Awalnya kedua anak laki - laki tersebut merasa panik, karena lampu lalu lintas sudah hijau sementara belum selesai membungkus, ditakutkan kalau pembelinya tidak jadi membeli, tapi mendengar teriakan Bagas untuk menyusulnya di ujung jalan, ekpresi wajah kedua anak tersebut senang.

Asep memberhentikan mobilnya dipinggir jalan atas perintah Bagas, kemudian Bagas turun dari mobil menunggu kedua anak tersebut datang, tak berapa lama Kedua anak tersebut menghampiri dengan napas terengah - engah.

"Jangan lari,dek, cape."

Kedua anak tersebut menyerahkan jualannya yang sudan dibungkus plastik kepada Bagas.

"Semuanya jadi berapa, dek?

"Om, total semuanya punya saya dan punya dia jadi dua ratus dua puluh lima ribu."

"Adek bejualan memang tidak sekolah,"tanya Bagas.

"Sekolah om, masuk siang, jadi kami pagi berjualan dulu."

Bagas tersenyum dan mengusap rambut kedua anak tersebut seraya berkata. "Anak baik."

Bagas menyerahkan uang lima ratus ribu kemasing - masing anak.

Kedua anak tersebut bersamaan menjawab. "Om uangnya lebih."

"Tidak apa, lebihnya buat kalian."

"Beneran om," tanya anak laki - laki yang berusia 8 tahun.

"Benar, dek."

"Alhamdulillah, terimakasih banyak, om." jawab Mereka berdua.

Bagas masuk kedalam mobil dengan dua bungkus plastik ditangan kanan dan kirinya. disimpannya di sebelah tempat duduknya.

"Pak Asep, sudah sarapan," tanya Bagas.

"Sudah Tuan." jawab Asep.

Karena Asep sudah sarapan dan Bagas berfikir pasti nanti Asep menunggunya dimobil, saat Bagas dikantor, mungkin Asep bisa menunggu sambil makan, makanan basah, tangan Bagas menyerahkan bungkusan plastik makanan Basah. "Ini ada makanan basah, pak Asep pilih saja mau yang mana."

Asep mengambil makanan apa yang disukainya seraya berkata. "Terimakasih, Tuan muda."

Bagas hanya mengangguk, mobilpun kembali melaju menuju kantor pusat, sebenarnya Bagas juga perutnya sudah kenyang, tetapi Bagas merasa iba melihat kedua anak yang masih kecil sudah mencari nafkah, merelakan masa kecilnya yang harusnya bermain bersama teman - temannya tapi waktunya dipergunakan untuk mencari uang, Bagas merasa beruntung karena hidupnya tidak kekurangan sehingga masa kecilnya bahagia, tak pernah terbayangkan bila itu diposisinya.

Bagas sudah tiba di kantor pusat, Asep bergegas turun dan membukakan pintu mobil, dengan sikap hormatnya menunggu Bagas turun dari mobil, Bagas berjalan menuju pintu masuk kantor, saat kakinya akan melangkah masuk kedalam, Bagas berhenti sejenak, merogoh saku celananya, mengambil HP dan menelpon Asep.

"Pak Asep, saya lupa bungkusan makanan tadi tolong bawa kesini, saya masih didepan pintu masuk." ucap Bagas.

"Baik, Tuan."

Asep mengambil dua bungkus plastik, dan bergegas menghampiri Bagas, menyerahkan bungkusan tersebut kepada Bagas.

"Terimakasih, pak Asep."

Bagas berjalan memasuki kantor, semua karyawan yang berpapasan dengan Bagas, membungkuk dengan hormat, Bagas tidak langsung kedalam ruangannya, tapi berjalan menuju pantri menghampiri karyawan cleaning service.

Saat Bagas membuka pintu pantri, semua karyawan cleaning service yang sedang sibuk dengan perkerjaannya, dengan masing - masing tugas yang dijalani, ada yang sedang membuat minuman untuk diantar ke staff kantor, ada yang sedang merapihkan peralatan bekas bersih - bersihnya, ada juga yang sedang mencuci semua alat dapur yang kotor, sontak kaget melihat bos besarnya tiba - tiba masuk kedalam ruangan yang sebenarnya untuk level setara Bagas itu tidak mungkin datang, semua kompak membungkuk dan memberi salam.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Bagas keren
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
ceritanya amazing
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status