Share

Bab 2. Surga semalam

Author: Nanitamam
last update Last Updated: 2025-09-20 20:17:28

Syafana membelalakkan mata, tak menyangka situasi berubah begitu cepat. Dengan memberontak sekuat tenaga, ia mencoba melepaskan diri dari kungkungan Ivander yang semakin erat.

“Apa-apaan sih, Om! Jangan macam-macam!” serunya, napasnya tercekat. Sensasi aneh menjalari tubuhnya, campuran antara takut dan sesuatu yang belum pernah ia rasakan.

Ivander tertawa rendah, napasnya menerpa leher Syafana. Ia beralih menciumi telinga gadis itu, membuat Syafana meremang.

“Aku sudah tidak tahan lagi …,” bisik Ivander, “bantu aku meredakannya.”

“Meredakan apa?! Aku nggak ngerti sama omongan Om tahu!”

Syafana berteriak, berusaha mengabaikan sensasi aneh yang mulai menjalar di kulitnya. Namun, Ivander seolah tuli. Ia terus mendekat, napasnya yang hangat menerpa leher Syafana, membuat bulu kuduknya meremang.

Perlahan bibir Ivander menyentuh kulitnya, awalnya hanya kecupan ringan, lalu semakin dalam dan menuntut. Syafana bisa merasakan lidahnya yang panas menjilat lehernya. Lalu, gigi Ivander menggigit kecil.

“Ah! Jangan digigit!” desis Syafana. Tubuhnya mulai merespon gerakan Ivander yang sungguh tak biasa.

Namun, di telinga Ivander, seruan itu justru terdengar seperti desahan yang memancing. Efek-nya yang sudah merasuki tubuhnya semakin menjadi-jadi, mengikis habis akal sehatnya.

“Maafkan aku,” bisiknya serak, napasnya memburu. “Tapi tolong bantu aku. Aku akan memberikan imbalan kepadamu.”

Mata Syafana memanas, air mata mulai menggenang. Otaknya terasa beku oleh ketakutan dan penghinaan. “Imbalan apa? Kau pikir aku wanita pelacur?! Cepat lepaskan atau aku teriak!”

Ivander hanya menyeringai tipis, “Teriak saja.”

Syafana menggigit bibirnya. Ia tahu, hotel ini kedap suara, tak ada yang akan mendengarnya.

Akan tetapi, Syafana merasa cengkeraman Ivander di pergelangan tangannya sedikit mengendur. Ini kesempatannya! Dengan sekuat tenaga, Syafana berusaha mendorong Ivander. Pria itu terhuyung sesaat, memberikan celah.

“Argh!”

“Mampus kamu!” pekik Syafana. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan dan bergegas melarikan diri dari ranjang.

Namun, saat ia bangkit, handuk yang melilit tubuhnya melorot begitu saja, jatuh ke lantai dan menampilkan seluruh tubuhnya yang telanjang bulat. Syafana terkesiap, membeku di tempat.

Ivander yang semula terhuyung, kini menatap pemandangan di depannya. Matanya membelalak, hasratnya justru kian membakar lebih dahsyat, lebih buas dari sebelumnya.

“Kamu yang memulai duluan,” ujar Ivander.

Dengan gerakan cepat, ia meraih tubuh Syafana yang telanjang dan menariknya kembali ke ranjang. Syafana meronta, tapi tenaganya tak sebanding dengan Ivander yang kini dikuasai nafsu. Ia kembali terbaring di ranjang.

“Jangan sentuh aku! Dasar brengsek!” teriak Syafana histeris. Buru-buru ia menutupi area intinya dengan tangan. Ia tak bisa menggapai handuknya yang jatuh dibawah sana.

Tanpa melepaskan pandangannya dari Syafana, Ivander mulai melepaskan kemejanya dengan gerakan kasar. Kancing-kancing itu terlepas satu per satu, memperlihatkan dadanya yang bidang dan berotot. Syafana memalingkan wajah, tak sanggup menatapnya.

Ivander menindih Syafana, mengukung tubuhnya dengan kedua kaki. Tangan kirinya mencengkram pergelangan tangan Syafana begitu kuat, seolah mangsanya tak akan bisa kabur lagi.

“Ssh … bantu, aku,” pinta Ivander dengan tatapan yang begitu memerah.

Dengan tangan kanannya yang bebas, Ivander mengulurkan tangannya ke arah gesper celananya. Suara gesper yang terbuka terasa begitu keras di telinga Syafana, membuatnya semakin ketakutan.

“Nggak! Lepaskan aku, aku mau pergi dari sini.” Air mata Syafana langsung meluncur deras. Ia tak menyangka ada dalam situasi seperti ini.

“Aku tahu kamu takut,” bisik Ivander serak, suaranya nyaris tak terdengar. “Tapi kamu tenang saja, aku akan bertanggung jawab dan membayarmu.”

“Aku nggak mau!”

Namun, Ivander malah menyentuh melonnya . Sentuhan itu awalnya kasar, tapi kemudian melembut, berubah menjadi elusan yang membangkitkan sensasi aneh di seluruh tubuh Syafana. Sontak puncaknya begitu menegang. Ia menggigit bibir, berusaha menahan desahan yang ingin keluar.

“Ahh …,” Syafana tak sanggup menahannya. Suara itu lolos begitu saja, lirih namun penuh hasrat. Ia membenci dirinya sendiri karena mengkhianati rasa takutnya.

Ivander tersenyum tipis mendengar desahan itu. Tangan itu terus bergerak, turun ke perutnya yang bergetar, lalu ke paha dalamnya yang terasa panas dan basah.

“Mmmhh ... jangan,” bisiknya, lebih seperti desahan daripada penolakan. Ia tidak tahu apa yang ia inginkan, apa yang harus ia lakukan. Tubuhnya menginginkan lebih, tapi hatinya menjerit ketakutan.

“Lepaskan saja,” bisik Ivander di telinganya, suaranya terdengar sera. “Kau menginginkanku sama seperti aku menginginkanmu.”

Jemari Ivander akhirnya mencapai intinya, menelusuri bibir lubang labirinnya yang berdenyut. Syafana tersentak, tubuhnya melengkung tanpa kendali.

“Ahh!” erangnya, pasrah pada sensasi yang memabukkan. Ia tidak bisa lagi berpikir, tidak bisa lagi melawan. Ia telah menyerah pada dirinya sendiri.

Melihat gadis itu begitu larut, membuat Ivander melepaskan cengkeramannya pada tangan Syafana. Ia meraih gesper celananya dan membukanya dengan gerakan cepat.

Lalu, mengangkat tubuhnya sedikit, memperlihatkan kejantanannya yang keras dan berdenyut. Sontak Syafana membelalakkan, ia takut hal itu terjadi.

“Jangan! Kumohon, jangan lakukan ini! Aku mohon padamu! Aku tidak mengenalmu! Apa salahku?!” Syafana memohon, suaranya pecah dan bergetar. Semakin dia menolak, semakin tubuhnya bereaksi lain.

Ivander tidak menjawab. Ia hanya menatapnya, matanya dipenuhi nafsu yang bercampur dengan penyesalan dan keputusasaan.

Dengan kasar, ia membuka lebar-lebar kedua kaki Syafana dan mengarahkan senjatanya ke sana. Syafana memekik, merasakan ujungnya menyentuh kulitnya.

“Argh!” pekik Syafana. “Keluarkan itu dari sana.”

“Tahanlah! Aku tidak bisa mengeluarkan,” bisik Ivander lagi, suaranya terdengar seperti bisikan angin yang putus asa.

Syafana menjerit dalam hati, tubuhnya menegang saat senjata Ivander menerobos masuk. Bersamaan dengan itu, cairan merah mengalir begitu saja. Namun, di tengah nyeri, muncul sensasi asing, penuh. Desahan lolos, mengkhianati ketakutannya. Ia benci dirinya.

Ivander lantas bergerak. Awalnya begitu pelan, namun lama-kelamaan temponya semakin dalam sehingga Syafana meremas seprai begitu kuat hingga kukunya memutih. “Mmmhh…” lirihnya.

“Lepaskan saja, aku akan membawamu ke surga dunia,” bisik Ivander.

Napas Syafana semakin memburu, tubuhnya bergetar hebat. Ia merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, sensasi yang membuatnya melupakan rasa sakit dan ketakutannya. Ia memejamkan mata, membiarkan dirinya hanyut dalam gelombang kenikmatan yang menyesakkan.

“Ahh …,” desahnya lirih, rasanya begitu aneh.

Tubuh Syafana menegang, lalu lemas seketika. Ia merasa seperti melayang, semua rasa sakit dan ketakutannya menghilang begitu saja. Ia telah mencapai puncaknya.

Namun, efek obat itu masih bekerja pada Ivander. Ia merasakan tubuhnya berdenyut, menginginkan lebih. Pria itu semakin mempercepat gerakannya, setiap tusukan terasa semakin dalam dan membakar. Ia bisa merasakan Syafana semakin menggenggamnya erat, tubuhnya melengkung mengikuti irama yang ia ciptakan.

“Ssh! Ini nikmat sekali,” desis Ivander itu. Ia merasakan tubuhnya semakin panas, setiap selnya bergejolak. Setelah mencapai puncak Ivander ambruk.

Ke esokan paginya. Syafana membuka mata lalu terkejut saat melihat ada pria asing di sampingnya. Syafana mengangkat selimut dan merutuki kebodohannya. Ia kembali menatap wajah pria tersebut yang tampan dan maskulin.

"Aku harus pergi sebelum dia bangun."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 50. Jadi rebutan

    "Jangan bicara sembarangan, Pak!"Napas Syafana tercekat. Kata-kata itu menghantamnya bagai gelombang pasang. Kilasan memori saat Ivander dengan dingin melarang adanya perasaan di antara mereka berdua, memaksa Syafana menertawakan ironi ini. Tawa hambar yang lebih mirip ringisan.Tangannya gemetar menyentuh dahi Ivander, merasakan panas yang membakar kulit pria itu. “Kamu pasti mengigau,” desisnya, berusaha meredam gejolak dalam diri.“Tidak! Ini kejujuranku,” balas Ivander, suaranya serak namun penuh penekanan.Syafana menghela napas panjang, sorot matanya menajam, menelisik setiap sudut wajah Ivander. “Aku ingin percaya,” bisiknya lirih, “Tapi, selama ini sikap kamu selama ini membingungkan seperti orang yang penuh akan keraguan. Sampai aku sendiri bingung harus bersikap kayak gimana.”“Aku—”Syafana membungkamnya dengan paksa. Sendok berisi bubur ia sumpalkan ke mulut Ivander, membungkam semua kata yang hendak keluar. Mata Ivander membulat marah, mulutnya penuh dengan bubur panas.

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 49. Aku akan bertanggung jawab!

    "Segarnya." Syafana baru saja selesai mandi setelah sesi bercinta yang penuh gairah dengan Ivander. Tubuhnya masih terasa hangat dan sedikit lelah, namun pikirannya dipenuhi dengan perasaan puas dan kemenangan. Dengan santai, ia membuka laci nakas dan mengeluarkan sebutir pil berwarna putih kecil. Itu adalah pil kontrasepsi, senjata andalannya untuk memastikan bahwa dirinya tidak akan terikat pada Ivander dengan cara yang tidak diinginkannya. Ivander, yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit pinggangnya, mengerutkan kening melihat apa yang dilakukan Syafana. “Apa yang kamu minum?” tanyanya dengan nada penasaran. Syafana menelan pil itu dengan segelas air putih, lalu menatap Ivander dengan senyum menggoda. “Obat pengaman,” jawabnya santai. “Aku takut hamil jadi sengaja minum obat.” Ivander tampak tidak senang dengan jawaban itu. Ia hendak melontarkan protes, mengatakan bahwa ia ingin memiliki anak darinya, namun tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Erlang

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 48. Celina diusir

    "Ini rumahku! Mas Ivander memberikannya padaku! Berani sekali kalian mengusirku!" geram Celina dengan tangan terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih, Celina menatap ketiga pria di hadapannya dengan mata membara. “Kalian ini siapa?” Carina menimpali. “Berani sekali mengusir Nyonya Celina dari rumahnya!”Salah seorang pria menghela napas berat, lalu maju selangkah. Dengan gerakan lambat, ia menyodorkan kartu nama kepada dua wanita yang berdiri di hadapannya."Hexa," Celina membaca nama yang tertera di kartu itu, diikuti jabatan sebagai seorang pengacara. Celina dan Carina bertukar pandang, kebingungan terpancar jelas di wajah mereka.“Saya Hexa, pengacara pribadi Tuan Ivander,” ucapnya dengan nada dingin. Ia menyerahkan selembar surat tanah. Celina menerima surat itu dengan tangan gemetar. “Surat tanah ini atas nama Tuan Ivander, bukan Celina. Jadi, dia berhak penuh atas properti ini dan berhak membuat keputusan apa pun. Termasuk, mengusir kalian dari sini!”Jantung Celina mence

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 47. Aku milikku, hanya milikku!

    "Aku ingin melahapmu!"Ivander menyeringai mendengar desahan Syafana yang bagai melodi memanggil birahi. Tanpa ampun, ia melumat bibir Syafana, lidahnya menari liar di dalam mulut, bertukar saliva dengan kasar hingga Syafana kehilangan kendali dan hanya bisa meremas rambut Ivander.Syafana tersentak, napasnya tercekat oleh ciuman Ivander yang membabi buta. Ia memukul dada Ivander, mencoba menghentikan kegilaan ini, namun hatinya berdebar tak karuan.“Hmph! Pak I-Ivander! Cukup!” jeritnya tertahan.Merasa Syafana kehabisan napas, Ivander akhirnya melepaskan ciumannya, membiarkan Syafana menghirup udara dengan rakus. Nampak rambutnya berantakan, bibirnya basah dan bengkak.“Bisa tidak kamu sedikit lebih lembut?! Bibirku bisa bengkak lagi, tau!” desis Syafana, berusaha menormalkan napasnya yang tersengal.Ivander menggelengkan kepalanya. “Bibirmu candu, Syafana! Bahkan mengalahkan nikotinku! Aku tidak bisa berhenti mencicipinya.”Syafana mencibir, namun Ivander sudah menerjang lehernya.

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 46. Amarah Ivander

    “Mas Ivander ...!”Senyum Celina merekah sempurna, bagai bunga yang merekah di pagi hari. Ia melonjak dari kursi, niat menghambur ke arah Ivander yang berjalan mendekat dengan aura gelap yang kontras dengan senyumnya.Namun, sebelum Celina sempat bergerak, Ivander berhenti di hadapannya. Rahangnya mengeras ketika mata mereka saling bersisih tatapan.“Kamu pasti kangen sama aku, kan?” Celina mencoba mencairkan suasana dengan tawa kecil yang terdengar dibuat-buat. “Duduk dulu, yuk. Kita makan bareng. Jarang banget kamu datang ke rumah.”“Saya tidak punya waktu untuk basa-basi dengan manusia munafik seperti Anda!” desis Ivander tajam.Kening Celina berkerut dalam. Bibirnya yang tadi tersenyum kini mencibir sinis. Dengan gerakan lembut, ia meraih tangan Ivander. “Kamu ngomong apa, sih? Aku nggak ngerti. Kenapa kamu tiba-tiba begini?” tanyanya, nada suaranya dibuat semanja mungkin.“Jangan pura-pura bodoh, Celina!” bentak Ivander seraya menepis tangan Celina dengan kasar.Celina terkesiap,

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 45. Aku tidak tahan lagi

    "Ikut aku!"Ivander meraih pergelangan tangan Syafana, menariknya dengan paksa menuju mobil. Syafana sontak meronta, mencoba mengimbangi langkah Ivander dengan bibir yang penuh protes. “Pak! Lepaskan!” serunya, namun Ivander tak menggubrisnya.Sesampainya di depan mobil, Ivander membukakan pintu dengan kasar, lalu tanpa menunggu, mendorong Syafana masuk. Gadis itu terhuyung, hampir kehilangan keseimbangan sebelum akhirnya terduduk di kursi dengan kasar.“Pak! Ghaisa!” seru Syafana, napasnya tersengal. “Kita meninggalkannya sendirian di sana! Dia datang bersamaku, masa harus pulang sendiri?! Aku merasa tidak enak, Pak!”Ivander membanting pintu mobil, lalu menghadap Syafana. Dengan gerakan cepat, ia meraih tangan Syafana, mengangkatnya tinggi-tinggi.“Lihat ini! Tanganmu terluka, Syafana! Pikirkan dirimu dulu, sebelum memikirkan orang lain!” ujarnya dengan datar namun menusuk.Syafana hanya diam. Ia menatap nanar luka di tangannya, lalu kembali menatap Ivander. “Ya ampun, Pak. Sudah b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status