Share

21. SAAT SANG MAHAPATIH MURKA

Hari itu aku tak melihat Brata sekalipun, biasanya ia selalu menemuiku untuk melaporkan rencana pengawasannya. Kebetulan pekerjaanku juga sudah mulai menipis yang artinya aku bisa menyediakan waktuku untuk menengok Putri Aruna. Biasanya di jam seperti ini Putri Aruna sedang menyulam di pekarangan belakang kediamannya. Aku tau remaja itu senang sekali menyulam benang membentuk suatu kain yang memuaskan hasrat seninya.

Namun aku tak menemukan sang Putri ke kediamannya, begitu pun pengawalnya.

“Di mana Putri Aruna?” aku mencoba bertanya pada pelayan pribadinya.

“Mohon ampun, saya tidak tahu, Gusti. Tuan Putri sejak tadi, bahkan tidak mau ditemani para pengawalnya.” kata si pelayan sambil menunduk takut.

“Maksudmu tanpa ditemani pengawal bagaimana?”

“Ampun, Gusti. Tadi saya mendengar Tuan Putri pergi dan bilang kepada pengawalnya untuk tak usah mengikutinya.”

Aku mulai khawatir. “Sekarang di mana para pengawalnya?”

“Ada di belakang, Gusti.”

Dengan wajah marah dan tanpa permisi aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status