"Hahahahahahahhaa, ya ampun fitnah apalagi ini, hahahahha, aduh, kakak ini bikin perutku jadi sakit." Aliyah sengaja tertawa mengejek kakaknya."Kok kamu malah tertawa? Sekarang mana uang yang mas Raka kasih tadi, kembalikan, itu bukan hak kamu.""Kak Rita, kak Rita, makanya punya otak dipake biar gak malu maluin, mana ada aku malak kak Raka, lagian untuk apa aku malak dia, aku tidak merasa kekurangan uang hingga harus memeras orang, asal kakak tahu, aku mergokin kak Raka lagi jalan sama selingkuhannya. Bahkan, mereka berniat menikah, tadinya aku kasihan sama kakak tapi setelah melihat kakak begini aku jadi miris, miris sama otak kakak yang gak pernah di pake untuk berfikir jernih," ucap Aliyah sinis."Lagian kalau memang aku berniat memeras suamimu dan jika suamimu benar tidak selingkuh untuk apa dia harus bersusah payah mengeluarkan sejumlah uang tutup mulut, berarti perbuatannya itu kan membenarkan jika dia berselingkuh di belakangmu, buka mata dan otakmu agar tidak seenaknya bicar
ini Aliyah sudah duduk, dia menatap ke arah Amar, kemudian tangannya memegang kepala Amar."Ini semua, berkat kerja keras dan doa kita, dan ingat jika kita sudah sukses nanti jangan pernah lupakan asal usul kita. Jangan pernah kita dongakkan kepala kita ke atas sehingga kita lupa dengan yang di bawah, dan yang paling penting sebanyak atau sedikit apapun rezeki yang kita terima selalu tanamkan rasa syukur di hati kita," ucap Aliyah menatap kedua mata suaminya.Cup. Sekilas Aliyah pun mengecup bibir Amar, lalu setelahnya Aliyah pun berpaling, menyembunyikan muka bersemu merahnya dari suaminya."Kok cuma sebentar, lagi dong, yang lama sedikit," ucap Amar berusaha menggoda istrinya itu. Ucapan Amar sukses menambah warna merah di pipi Aliyah hingga kentara sekali, karena memang kulit Aliyah berwarna putih."Ih, mas apaan sih, malu tau kalau di dengar anak anak," ucap Aliyah yang kini sudah menutup muka dengan telapak tangannya."Kan anak anak ada di atas, sedangkan pintu ruko udah di tut
"Tau, kan ibu yang ngasih tau mereka kemarin, tapi hari ini ibu belum ada ke tempat mereka, ibu pikir nanti mereka akan datang kesini sendiri.""Ya Sudah bu, mungkin nanti pas acara dimulai mereka datang," ucap Aliyah menghibur hatinya yang kecewa, karena biar bagaimanapun mereka tetap keluarga Aliyah, baik dan buruknya mereka Aliyah tetap berharap hubungan mereka akan kembali membaik.Hingga siang hari pak Darto dan kedua saudara Aliyah pun belum menampakkan batang hidungnya, padahal niat Aliyah juga ingin memperlihatkan video tentang kakak iparnya yang berhasil dia rekam kemarin.*****Waktu menunjukkan pukul setengah empat sore, acara syukuran pun segera dimulai, tapi hingga saat itu Rita, Mika maupun pak Darto sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya.Aliyah, Amar dan bu Sri terpaksa tetap melanjutkan acara tanpa kehadiran merekaAliyah nampak sangat cantik hari itu, dia mengenakan satu set gamis syar'i, dengan sedikit polesan make up hingga menambah cantik wajahnya yang me
"Pokoknya Ibu tetep gak adil, untunglah sekarang Bapak berada di pihak kami, jadi kami masih ada yang membela. Awas aja, kami adukan ini sama bapak, biar ibu di hajar sama bapak nanti kalau pulang!" hardik Rita."Ayo kak, kita pulang, kita adukan ini sama bapak, aku gak terima kita dipermalukan seperti ini!" Mika pun menarik tangan Rita dan berlalu, sedang Aliyah dan Amar hanya menatap pilu kepergian kedua saudarinya.Dan tanpa Rita dan Mika sadar jika sedari tadi sebenarnya Aliyah sudah merekam aksi dan perkataan mereka di ponsel Aliyah, rencananya memang Aliyah akan memberikan Video itu pada pak Darto agar bapaknya itu sadar jika perbuatannya selama ini sudah salah karena sudah terhasut oleh kedua saudarinya.******Hari ini sidang kasus yang menimpa Aldo digelar.Aliyah dan Rani yang di temani Amar sudah datang, sedangkan anak bungsunya Yuli mereka titipkan pada bu Sri, juga sudah ada beberapa warga yang datang dan menjadi saksi.Sedangkan Mika tentu saja di antar oleh Rita dan pak
Setelah sampai di rumah sakit, para petugas kesehatan dengan cepat menangani pak Darto, Aliyah dan Amar pun tetap setia mendampingi bapaknya itu."Mas, cepat beritahu ibu!" perintah Aliyah pada suaminya.Amar pun dengan cepat menghubungi bu Sri.Tut, tut, tut, terdengar nada sambung dari seberang sana, tidak lama kemudian terdengar suara bu Sri."Hallo, assalamualaikum," ucap bu Sri."Hallo bu, waalaikumsalam, bu, ibu sekarang ke rumah sakit Sehati ya bu, Bapak masuk rumah sakit," terang Amar pada bu Sri."Astagfirullahaladzim, emang bapak kenapa Mar?" tanya bu Sri dengan nada panik."Bapak tadi pingsan di pengadilan bu, terus aku sama Aliyah langsung membawa Bapak kesini, sebaiknya ibu kesini dulu, nanti sampai sini Amar jelaskan lagi detailnya.""Iya iya, ibu akan segera kesana, ibu bawa Yuli sekalian ya.""Iya bu." Amar pun mematikan ponselnya.Setelah Amar selesai menelpon bu Sri, Amar pun menghampiri Aliyah yang masih setia menunggu Bapak mertuanya siuman."Dek, apa tadi kata dok
"Tapi kak, kalau ketahuan gimana?" "Alah, asal gak ngomong ya gak akan ada yang tau, daripada mobilmu disita ya mending lakuin itu aja." "Terus kapan kita mau ambil barangnya?" "Ya sekarang aja mumpung lagi gak ada orang di rumah." "Yaudah ayo kak, nanti keburu mereka pulang." Setelahnya Mika dan Rita pun bergegas menuju rumah pak Darto, rencananya mereka akan mengambil beberapa perhiasan milik bu Sri, karena mereka tau ibunya memiliki koleksi perhiasan yang jika dinominalkan jumlahnya terbilang lumayan. Setibanya mereka di rumah pak Darto mereka langsung membuka pintu dengan kunci yang mereka bawa, Rita memang mempunyai kunci cadangan rumah pak Darto, karena mereka berdua memang yang saat ini dipercaya oleh pak Darto. Tapi sayang kepercayaan itu justru mereka salah gunakan. Rumah terlihat sepi dan sedikit berdebu, karena memang sudah dua hari rumah ditinggal pemiliknya. "Ayo kak temani aku ke kamar itu," ajak Mika pada Rita. "Kalau kakak ikut kamu ke dalam siapa yang mengawas
"Uang sama perhiasan ibu hilang Aliyah, hu hu hu," ucap bu Sri di sela isak tangisnya."Kok bisa bu? Apa ada maling yang masuk? Lalu apa saja yang hilang?""Cuma perhiasan sama uang ibu sebanyak tiga juta saja yang hilang Al, tapi hanya itu uang cash yang ibu punya. Selebihnya di atm bapakmu, dan ibu tak tau nomor pinnya, sedangkan ibu harus mengganti uangmu, bagaimana ini Al, hsk hsk hsk.""Ibu gak usah pikirkan itu, Aliyah gak akan menagih pada ibu," ucap Aliyah berusaha menenangkan bu Sri."Tapi kamu kan lagi butuh untuk modal jualanmu nak," tatap bu Sri pada Aliyah."Insyaallah Aliyah masih ada simpanan kok bu, ibu tenang aja, Aliyah memang selalu menyimpan dana cadangan siapa tau suatu saat dibutuhkan, tapi ngomong ngomong soal uang dan perhiasan ibu gimana ceritanya bisa hilang?""Ibu gak tau nak, pas ibu mau ambil uang di dalam lemari ini uangnya udah berkurang banyak, pas ibu cek kotak perhiasan, juga sudah berkurang dan hanya sisa beberapa saja.""Apa mungkin ada maling yang
Kakak juga lah, kok cuma aku aja, kita kan nikmatinnya berdua," Mika tak terima dengan limpahan semua kesalahan ditujukan padanya."Ya kamulah, kan kamu yang ambil, kakak kan cuma minta imbalan aja.""Enak aja, kakak kan yang punya kuncinya, kakak juga yang membukakan pintu rumah ini, jadi kakak juga ikut andil, kok aku sendirian yang mesti ganti," sungut Mika."Sudah sudah, sekarang ibu tanya, berapa perhiasan dan uang ibu yang kalian pakai?""Perhiasan ibu yang aku jual ada sepuluh gram tambah uang dua juta, sedangkan yang ku berikan pada kak Rita ada delapan gram dan uang satu juta," ucap Mika."Jadi Mika ganti yang kamu ambil, begitu juga Rita, ganti yang kamu ambil juga.""Ya gak bisa gitu dong bu, yang ambil kan si Mika, aku kan cuma minta imbalan karena udah bantuin dia," sanggah Rita yang tidak terima dengan keputusan bu Sri."Mau tidak mau itu harus kalian lakukan, jika dalam tempo satu bulan uang itu tidak kalian berikan pada ibu, bersiaplah ibu akan melaporkan kalian ke pe