Share

Rencana Perjodohan

Tujuh Tahun Kemudian...

 Suatu hari aku pulang kerja, sampai di rumah sudah mangrib. Aku membuka pintu rumah dan berjalan menuju ruang tamu. Kamarku ada di lantai dua dan harus melewati ruang tamu tersebut. Samar-samar aku mendengar ada orang lagi mengobrol. Ternyata di ruang tamu itu sudah berkumpul Ayah tiriku, Ibu, saudaralaki-laki tiriku dan istrinya.

“Aku pulang…” sapaku sambil berjalan menuju tangga ke lantai dua. Aku ingin cepat-cepat sampai di kamar tidurku. Karena aku tidak mau mendengar ocehan apa lagi yang akan aku dengarkan kali ini.

“Ya ampun… adik ipar ternyata baru pulang?” tanya Renata.

Dia kakak iparku, istri dari saudara laki-laki tiriku, Dino. Salah satu orang yang paling tidak ingin aku dengar suaranya adalah kakak iparku itu. Semenjak dia tahu aku bukan anak kandung dari ayah tiriku, dia selalu mencoba mencari kekuranganku dan berusaha menjatuhkan dan mejelek-jelekkan diriku di dalam keluarga itu.

 “Iya kakak ipar” kataku sambil menganggukkan kepala dan pura-pura tersenyum.

 Hidupku di rumah ini penuh kepalsuan. Aku berusaha tidak menunjukkan ketidak sukaanku kepada mereka. Semenjak kedatanganku ke dalam keluarga ini sudah dicap sebagai anak pembawa sial. Mereka berusaha membuat aku bisa memenuhi standard menjadi bagian dari keluarga itu yang membuat beban dan tekanan di dalam hidupku bertambah.

 “Adik ipar, kebetulan sekali kamu sudah pulang. Ada yang mau aku bicarakan denganmu” kata Renata sambil berjalan mendekatiku.

 “Rekan kantor suamiku punya atasan. Posisi jabatan yang dia pengang sekarang lumayan tinggi. Saat ini dia mau mencari calon istri dan dia masih muda juga. Dia benar-benar calon istri yang baik, jika dilewatkan kan sayang? Kamu juga kan sudah waktunya untuk mencari pasangan yang cocok untukmu."

 Aku melihat Renata sangat bersemangat mengatakannya. “Perjodohan”. Ini artinya dia meminta aku ingin menerima perjodohan itu. Entah apa tujuannya kali aku tidak tahu.

 “Per… perjodohan? Fira kan masih 25 tahun, apakah ini tidak terlalu cepat?"

 Aku mendengar suara ibuku khawatir. Dia juga mungkin tahu aku tidak menyukai hal seperti ini. Dan ibuku tahu bahwa semua kehidupan yang aku jalani saat ini adalah atas permintaan dari ayah tiriku. Dia tidak mungkin mau menampungku di rumah ini dengan sukarela.

Aku pun sadar diri akan hal itu. Mereka mau menyekolahkan aku sampai keperguruan tinggi dan menghabiskan banyak uang karena suatu saat mereka butuh bantuan memperlancar bisnis perusahaan mereka, yaa ini salah satu. “Melakukan perjodohan."

 “Apa yang ibu mertua katakan? Aku dengan Safira kan hanya beda satu tahun saja dan aku bisa menemukan pasangan dan hidup dengan baik juga. Benarkan sayang?” tanya Renata sama suaminya. Ayah tiriku yang mendengar percakapan kami juga ikut mendukung rencana kakak iparku.

“Benar, diumur segitu adalah waktu yang tepat untuk menikah. Lagipula kalau perjodohan itu berjalan dengan lancar bukankah itu baik untukmu Dino? Orang itu kan rekan bisnismu dan akan baik kedepannya juga buat perusahaan kita bisa mempererat hubungan kerjasama dengan mereka. Dan juga tidak baik jika dengan sembarangan menolaknya” ayah tiriku mencoba menjeslakan. Dari caranya berbicara saya yakin dia sangat menyetujui rencana kakak iparku itu.

Aku tidak tahu rencananya kali ini. Beberapa pulan yang lalu juga dia sudah pernah melakukan hal yang sama tapi dengan cara yang berbeda.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status