Agasa hanya terbelalak keheranan melihat tingkah sahabatnya yang mungkin sedang kerasukan arwah roh halus.
"Sa, di mana dia?" tanya Papa Galih. Yang ditanya pun hanya diam membisu, bukan karena tak mempunyai jawaban tetapi karena dia tidak tahu siapa yang dicari oleh sahabatnya itu.
"Lih, kamu nyari siapa sih?" sentak Agasa.
"Penerima kuasa ini, dia di mana? Aku mau ketemu dia," pinta Papa Galih seraya menunjuk nama orang yang dia maksud dengan nada yang masih melengking.
"Dia itu asistenku," jelas Agasa.
Papa Galih nampak frustasi karena jawaban yang diberikan Agasa tidak selaras dengan pertanyaannya barusan.
Agasa sadar kalau jawaban itu bukanlah yang diinginkan oleh sahabatnya.
"Dia sedang tertimpa masalah, jadi aku izinkan dia cuti," Papa Galih terperangah tak percaya akan penuturan Agasa.
Papa Galih tahu, hal ini pasti berat untuk dia lalui tapi, di satu lagi dia juga bersyukur karena anaknya kuat tak serapuh yang dia bayangkan.
Tapi tiba-tiba, Papa Galih terhenyak apakah ini restu dari semesta untuk mempersatukan mereka? Semoga mereka berdua memanglah berjodoh, bukan hanya ekspektasi semata.
"Kamu cepat catat alamat dia," titah Papa Galih.
Untuk permintaan Papa Galih kali ini, Agasa dengan tegas menolak. Setiap orang memiliki privasi dan kita berkewajiban menghargai hal tersebut.
"Dia punya privasi dan aku cuma atasannya, aku tidak mempunyai hak untuk mencampuri itu," tolak Agasa.
"Kamu itu, Galih Surya Atmadja. Presdir Angkasa Group dalam satu kedip pun kamu pasti bisa nemuin dia," tambah Agasa. Kali ini nada bicaranya seperti menantang sahabatnya.
Tanpa salam perpisahan, Papa Galih meninggalkan Firma Hukum Agasa dan Rekan. Tujuannya kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah Angkasa Group.
Agasa hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah Galih yang masih saja ambisius.
Papa Galih memerintahkan Ferdy untuk melajukan kereta besi yang mereka tumpangi dengan kecepatan tinggi agar dia bisa secepatnya dan bertemu dengan Bayu.
Setibanya di Angkasa Group, sang presdir itu melangkah dengan tergesa-gesa. Bahkan dia mengutuk kebodohannya ketika salah memasuki lift. Seharusnya ia masuk melalui lift khusus presdir bukan lift karyawan. Untungnya lift itu dalam keadaan kosong.
"Seharusnya, Bayu sudah menemukan anak itu," ujar Papa Galih seraya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Papa Galih tiba di lantai tertinggi Angkasa Group tetapi tidak ada siapapun, kecuali Bianca Anindya, sang sekretaris.
"Selamat ...."
"Bayu ke mana?" potong Papa Galih.
"Saya belum melihatnya, Pak," jawab Bianca.
Papa Galih tak berkata-kata lagi, dia segera memasuki ruangannya dalam keadaan hati yang cemas.
Hatinya belumlah genap jika belum memenuhi keinginan putri semata wayangnya, Suci Indah Ayu.
KREK~~~
Pintu ruangan Papa Galih terbuka menampilkan sosok berbalut jas hitam. Pria yang senyumnya sangat mahal atau memang dia tahu caranya tersenyum.
"Kamu sudah menemukan dia?" tanya Papa Galih tanpa basa-basi terlebih dahulu.
Bayu Rianto mengangguk mantap dan memberikan map coklat berisikan laporan pencarian tentang mantan tunangan Bella Qanesyah yang bernasib nahas seperti putrinya.
Yudi dan Bella memang telah memberikan luka perih pada dua orang yang tulus mencintai mereka. Luka yang hanya bisa disembuhkan seiring perjalanan waktu.
Hati itu ibarat sebuah papan dan paku adalah luka. Jika paku telah menancap pada papan meskipun dicabut, bekasnya takkan hilang.
"Valid, kan?" tak seharusnya Papa Galih meragukan kinerja Bayu, tapi berhubung ini adalah permintaan Ayu, jadi dia harus memastikan data ini beneran valid.
"Valid, Pak," jawab Bayu tanpa ragu.
Papa Galih sangat bersyukur mempunyai Bayu sebagai tangan kanannya, dia sangat bisa diandalkan dalam segala hal. Sempat terbersit dalam pikiran pria paru baya itu tentang adakah hal yang tak bisa Bayu kerjakan?
Tapi sudahlah, terlepas dari itu Papa Galih bisa kembali orang tersebut di tengah-tengah Ayu dan Akbar.
~~~
Sementara di tempat lain,Ayu nampak memutar keras otaknya. Rencana apa yang kali ini akan diberikan semesta padanya, kenapa ada harus ada orang lain yang dikecewakan dalam masalah ini? Mengapa pria berhati hello kitty itu harus ikut merasakan sakit yang dia rasakan.
Tiba-tiba, Ayu tersadar lamunannya ketika mendapatkan hentakkan yang tak terlalu kuat di bahunya.
"Lo itu, gue gaji untuk kerja bukan untuk ngelamun," decak sebal seorang Thareq Akbar Satria.
"Seharusnya lo kan masih di rumah, masih nangis meraung-raung," tambah orang nomor dua di Darma Corp.
"Makan tuh pakai uang, bukan pakai air mata," kelakar Ayu, lalu kembali duduk di kursi kebesarannya.
Terlalu pagi untuk menyimpulkan Ayu bukanlah anak yang berbakti. Pewaris tunggal Angkasa Group tapi memilih bekerja di Darma Corp, perusahaan yang bergerak di bidang property.
"Lo itu putri mahkota Angkasa Group kenapa coba minta kerjaan ke aku?" tanya Akbar setelah menghempaskan bokongnya di sofa dalam ruang kerja Ayu.
"Lo tahu, Bar."
"Gue ibarat bayi, Bar. Sebelum gue bisa berjalan, harus diajarin dulu caranya duduk, merangkak, berguling, dan berdiri, gue harus punya pengalaman sebelum mengambil alih estafet kepemimpinan, Papa," tambah Ayu.
Akbar tak menanggapi lagi ucapan Ayu, tapi Akbar seakan menangkap aura lain dalam raut wajah sahabatnya.
"Lo, kenapa?" tanya Akbar.
Tapi yang ditanya justru menutup rapat mulutnya, membuat Akbar semakin yakin bahwa ada yang Ayu sembunyikan darinya.
Sudah tiga kali Akbar mengulang pertanyaan yang sama, tapi Ayu tetap membisu.
"Kalau gitu gue kembali ke ruangan gue aja, Manda udah mau tiba soalnya," ucap Akbar, bangkit dari duduknya sambil merapikan jas yang membungkus dada bidangnya.
Ayu dan Akbar kompak berdiri, niat untuk meninggalkan ruangan sahabatnya, Akbar urungkan.
Wanita berparas ayu seayu namanya itu berjalan ke arah jendela menatap gedung-gedung pencakar langit lainnya.
Sebelah tangan Ayu tampak mengelus perutnya yang datar, air mata menggenang di pelupuk matanya. Semua gerak gerik ibu dari Zaskia Azzahara Khuimarah tak luput dari indra penglihatan Akbar.
Apakah Ayu dijatuhkan talak ketika sedang mengandung?
"Ayu tidak mungkin hamil," batin Akbar. Kedua manik matanya masih saja terfokus pada wanita yang telah menjadi sahabatnya selama 11 tahun.
Keduanya masih setia dalam keheningan.
"Ayu, lo kenapa? Cerita ke gue, jangan lo pendam sendiri," titah Akbar.
"Yudi ngak ceraiin lo dalam keadaan hamil ,kan? Nggak ada adik Zaskia dalam perut lo, kan?" Akbar semakin mendesak Ayu untuk berbicara.
Lelaki yang merupakan orang nomor dua di Darma Corp ini mendekati Ayu, memegang erat pangkal bahu sahabat, "jawab pertanyaan gue, Yu!"
Tetesan air bening yang berasal dari sudut mata Ayu telah menganak sungai di pipi mulusnya.
"Yu, talak dalam keadaan hamil memang dibolehkan bahkan ada haditsnya, tapi gue ngak akan rela kalau Yudi ninggalin lo dalam keadaan hamil," jelas Akbar dengan lantang.
"Bar, gue ...."
Bersambung....
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi."Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya."Sakit