Beranda / Thriller / Salah Kamar / 3. Taka Ardiansyah

Share

3. Taka Ardiansyah

last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-22 21:52:34

Aku sudah tak sanggup lagi untuk berdiri. Tulang-belulangku serasa akan lepas dari tempatnya karena merasakan kesedihan yang luar biasa. Papa bahkan harus menggendongku masuk ke dalam rumah lain yang berada tak jauh dari rumah utama keluargaku. Terpaksa papa membawaku pulang ke sani, agar semua keluarga tidak terkejut dengan kondisiku yang sangat menyedihkan. Jangankan untuk berjalan, air saja tidak bisa diterima oleh mulutku. 

Semua hancur dan itu karena kesalahanku. Sampai saat ini aku pun bingung dengan yang terjadi. Kenapa bisa aku seperti orrang bilang akal saat memasuki kamar yang ternyata salah. Kamar pengantinku dengan Julian, ternyata berada persis di sebelah kamar yang akau masuki. Karena sakit kepala begitu hebat dan pandangan yang samar, aku tak mampu berpikir lain soal kamar itu.

Ditambah aku tak paham dengan rasa gelisah yang menyandera seluruh tubuhku ini. Hingga tak sadarkan diri dengan siapa aku melabuhkan mahkotaku. 

“Papa harus segera pulang. Besok pagi, Mama atau Bunda yang akan kemari. Kita bicarakan besok baiknya bagaimana. Kamu yang kuat ya?” lagi-lagi lelaki itu mengusap airmata yang turun membasahi pipinya.

Tanpa menjawab, aku menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku. Sebelum papa meningglakna kamarku, beliau mencium kepala dan juga mengusap rambutku tanda menenangkan. Sudah tak sanggup aku membuka mata, semua diluar logikaku. Semua yang terjadi aku anggap hanya mimpi semata. Semoga esok hari, aku terbangun dalam pelukan lelaki yang aku cintai, Julian. 

POV Taka

Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang tega melakukan ini padaku? Belum lama aku bekerja di sana, sudah harus dipecat dengan tidak terhormat. Padahal aku butuh uang untuk pengobatan Teh Arum. Darimana lagi aku harus mendapatkan uang untuk mengobati sakitnya? Apa sebenarnya yang sudah aku lakukan dengan anak pemilik hotel? Bukan hanya kehilangan pekerjaan, sepertinya aku harus mendekam di penjara karena kesalahan yang aku buat di luar kesadaranku. 

“Ada apa, Ka?” tanya Teh Nurul dengan suara lemah. Ia bangun saat melihatku pulang dengan keadaan kacau dan babak belur. 

“Siapa yang memukuli kamu?” tanyanya lagi dengan wajah begitu khawatir. Aku berjalan mendekat, lalu duduk di ujung kakinya. “Taka baik-baik aja, Kak. Tadi ada begal, jadi Taka lawan. Untung mereka kalah, hingga tak bisa mengambil harta kita satu-satunya,” jawabku terpaksa berbohong pada Teh Arum. 

“Jadi, motor kamu gak jadi dibegal?” tanyanya lagi. 

“Alhamdulillah nggak, Teh. Teteh tidur lagi saja, saya mau mandi dan membersihkan luka ini,” kataku sambil beranjang dari ranjang Teh Arum. 

“Yakin kamu gak perlu ke dokter?” tanya wanita itu lagi padaku. 

“Nggak, Teh, cukup bersihkan pakai air hangat dan dikasih beta**n saja,” jawabku dengan memberikan senyuman tipis padanya. Wanita itu mengangguk paham dan itu membuatku sedikit lega. Paling tidak, kejadian buruk yang menimpaku hari ini tidak membuatnya semakin khawatir. 

Masuk ke dalam kamar mandi dan melepas satu per satu pakaianku. Sungguh sangat miris, saat tanda merah begitu banyak hampir di seluruh tubuhku. Aku melakukan hal laknat pada istri orang. Istri dari anak pemilik hotel tempat aku bekerja. Selain aku masuk penjara nanti, aku harus benar-benar bertaubat dari semua ini. Beban hidupku tidaklah mudah sejak Teh Arum jatuh sakit.

Sekarang ditambah kesalahan yang sangat menjijikkan sudah aku lakukan. Desah dan racauan beberapa waktu lalu yang sempat memabukkanku di alam bawah sadar, ternyata sudah benar-benar menghancurkan hidupku. Pada siapa nanti aku menitipkan Teh Arum jika aku dipenjara? 

Sambil berwudu, air mataku tak hentinya mengalir. Kutuntaskan dengan cepat acra mandi hadas besarku. Tak lupa menggosok seluruh tubuhku agar tanda merah ini hilang, tetapi tidak bisa. Semoga saja Teh Arum  tak menyadari apa yang terjadi pada tubuhku. 

Pagi pun menyapa. Setelah tak bisa tidur sepanjang malam, aku menutuskan untuk melakukan salat malam dan juga salat sunnah taubat. 

Semoga Tuhan menerima taubatku dan mengampuni semua dosa dan kesalahanku. Selesai salat Subuh di musolla terdekat, aku pun melanjutkan membantu Teh Arum untuk melaksanakan salat Subuh dari atas ranjang. Sakit stroke yang ia derita selama dua tahun ini sudah membuat suaminya pergi meninggalkannya dan hanya aku adiknya yang bisa menolongnya dan mengurusnya. 

Setelah itu, aku pun menyapu halaman, kemudian menyiapkan sarapan untuk kami pagi ini. Wanita di ranjang pesakitan itu memandangku dengan aneh, karena sudah pukul tujuh pagi, aku belum juga berganti pakaian dengan seragam kerja. 

“Kamu gak kerja, Ka?” tanyanya sambil menatapku dengan jeli. 

“Masuk siang, Teh,” jawabku asal. 

Tok! 

Tok! 

“Permisi, betul ini rumah saudara Taka Ardiansyah?” 

“I-iya, Pak. Saya Taka Ardiansyah,” jawabku dengan sangat gugup. 

“Kami membawa surat penangkapan saudara atas tuduhan pemerkosaan.” 

“Apa?!” 

Bersambung 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kia Tjeng
jgn menyalahkan org lain yg gak bersalah...sapa tau dijebak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Salah Kamar   54. Bulan Madu yang Panas

    -Dewasa_ Tak perlu ada adegan melucuti pakaian pengantin wanita kali ini, seperti yang biasa ada di dalam novel-novel yang pernah dibaca oleh Anes, karena wanita itu keluar dari dari kamar mandi sudah dengan handuk kimononya. Wajahnya segar sehabis mandi. Yah, setelah puas buang hajat, Anes merasa perlu mandi agar tubuhnya segar dan siap tempur sebentar lagi. Disajikan tampilan istri yang begitu segar dan menggoda, tentu saja jakun Taka naik turun. Tentu saja naik dan turun, kalau naik saja tidak turun-turun itu tandanya Taka sudah tak bernyawa. He he he … Anes berjalan meliak-liuk begitu menggoda di depan suaminya. Sambil menarik ujung rambutnya yang basah dan memainkannya d

  • Salah Kamar   53. Ekstra part 2

    Ekstrapart 2 Salah kamar Penerbangan ke Thailand lumayan lama dan membosankan bagi Taka. Maklum saja, seumur hidupnya belum pernah naik pesawat secara benar-benar terbang di udara. Pernah merasakan naik pesawat saat SMA, saat kunjungan ke Anjungan Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah. Tentu pengalaman kali ini sungguh berbeda dan lebih seru baginya, karena ada sang istri tercinta yang sedari tadi menggandeng mesra tangannya, bahkan sesekali menggoda tangannya untuk berbuat mesum. Semoga pembaca memakluminya ya, namanya juga pengantin baru. Ketika pesawat sangat besar itu akhirnya mendarat, Taka berjalan seperti robot dengan kepala sedikit berkunang-kunang bersama dengan Anes ke dalam bandara untuk melewati bagian imigrasi

  • Salah Kamar   53. Ekstrapart 1

    Taka memeluk istrinya dengan erat, lalu kembali menciumi pipi berisi itu sampai berkali-kali. Keduanya kembali berciuman seakan tiada waktu esok untuk mengulanginya. Hubungan yang sudah halal di mata Tuhan dan negara. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari semua ini selain bersama seseorang yang sangat mencintaimu.Tubuh Anes masih bergetar oleh sisa-sisa kenikmatan yang baru sepuluh menit ia lalui bersama Taka. Bukan hanya satu kali, dia menjerit bahkan sampai tiga kali. Hingga tenggorokannya terasa begitu kering saat ini. Taka pun merasakan hal yang sama. Mendayung menuju puncak memang tidak mudah, hingga suara dan tenaganya sampai terkuras habis. Dengan tubuh polosnya Taka turun dari ranjang, lalu menuangkan air ke dalam dua gelas yang memang sudah disediakan di kamarnya. Air putih itu terasa dingin menyentuh tenggorokan.Taka memberikan satu gelas penuh pada Anes dan memperhatikan sang istri minum dengan sangat rakus. Mata pemuda itu kembali berbinar cepat d

  • Salah Kamar   52. Pesta Pernikahan Anes dan Taka

    Khusus Dewasa dan setengah tua ya.+++++Hari ini di tangannya, Anes menerima akta cerai yang ia nantikan selama dua bulan. Beberapa lembar surat itu sangat berarti bagi masa depan yang akan ia bangun bersama Taka. Sudah tak sabar rasanya menjadi pengantin dan istri sesungguhnya dari pria yang mencintainya dengan sepenuh hati.Anes memotret beberapa lembar kertas itu, lalu mengirimkannya pada Taka. Ia tahu, pasti calon suaminya itu pasti akan sangat lega dengan hal ini. Ada banyak hal yang perlu disiapkan dengan cepat agar niatan mereka segera terlaksana dengan lancar.TokTok"Nes, boleh Bunda masuk," seru Laili dari balik pintu. Anes menoleh, lalu menjawab,"boleh, Bun, masuk saja." Anes merapikan kembali berkas itu untuk dimasukkan ke dalam amplop coklat besar."Surat dari siapa tadi?" tanya Laili yang kini sudah duduk di sampingnya."Ini, Bun, akta cerai dari pengadilan. Hhuuft ... Anes benar-benar lega," ujar Anes s

  • Salah Kamar   51. Salma

    "Mbak Salma, ini Heri;tehnisi yang kemarin Mbak tanyain," seru Fajar salah seorang staf yang bertugas di lantai yang sama dengannya. Salma yang sedang membawakan kopi hitam panas untuk Anes berhenti sejenak, lalu tersenyum untuk menyapa."Mari, Mas, ikuti saya." Salma berjalan terlebih dahulu. Ia lupa memberitahu Anes, bahwa akan ada tehnisi yang memperbaiki komputer dan juga CCTV di ruangan Anes. Di atas nampan ia membawakan dua cangkir teh, karena ia tahu Anes sedang bersama suaminya. Si tehnisi berdiri tidak jauh dari Salma, menunggu arahan kapan bisa memulai pekerjaannya.TokTok"Permisi, Bu." Karena pintu tidak tertutup rapat, Salma mendorong sedikit daun pintu dan matanya mendelik kaget melihat Anes tengah ditindih paksa oleh suaminya di atas karpet, tepat di depan meja kerja."Bajingan!" hardik Anes sambil meronta-ronta, membuat Salma terkesiap. Posisi Julian sedang memunggungi pintu masuk sehingga lelaki itu tidak tahu, jika ada seseorang ya

  • Salah Kamar   50. Pernikahan Doni dan Arum

    Ririn beserta suaminya, serta Arya dan juga Laili sudah berada di rumah Taka untuk menyaksikan pernikahan siri dari Doni dan Arum. Ada Bude dan beberapa perangkat lingkungan serta tetangga yang juga hadir di sana. Doni sudah siap melakukan ijab kabul dengan meminjam baju koko muslim milik Taka. Sedangkan Arum sudah dirias sederhana oleh ibu-ibu tetangga. Arum mengenakan kebaya yang dipinjam dari tetangga. Walau sedikit kebesaran, tetapi Arum tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin juga di menikah dengan baju daster batik'kan?"Bisa kita mulai?" tanya Pak Ustadz pada semua yang hadir di sana."Dicepatin aja, Pak. Saya sudah siap," balas Doni dengan penuh semangat. Tamu yang hadir di sana pun akhirnya tertawa. Semua wajah memandang Arum dengan penuh suka cita. Akhirnya, masa jandanya berakhir dengan mendapatkan jodoh dokter muda, perjaka pula.Banyak tetangga juga yang iri pada keberuntungan Arum. Termasuk Taka dan Anes yang duduk berdampingan sambil menahan

  • Salah Kamar   49. OTW Menjanda

    Jika ada kontes pria paling menyebalkan se-Indonesia, maka Julian sudah pasti sebagai pemenangnya. Bagaimana bisa lelaki itu dengan mudahnya berakting koma untuk sekian lama hanya agar tidak diceraikan oleh istrinya? Apakah kecelakaan ini juga termasuk dalam skenarionya?Anes tidak mau memikirkan apapun. Kakinya melangkah lebar dan cepat untuk segera meninggalkan rumah sakit. Tidak perlu menunggu sampai besok, sore ini juga dia akan ke Pengadilan Agama untuk mengajukan gugatan perceraian pada Julian.Teriakan dari ibu mertuanya sudah tidak lagi ia hiraukan. Air bening menggenang di matanya dan siap terjun bebas membasahi kedua pipinya. Ada perasaan lega, sekaligus kecewa dan juga kesal. Lega karena sebentar lagi niatannya menjadi janda semakin cepat terealisasi, tetapi sekaligus kecewa dan juga kesal dengan Julian dan dirinya sendiri.Bisa-bisanya ia tertipu kembali dengan kelakuan Julian yang sungguh tega dengan dirinya. Jika kemarin ia masih memili

  • Salah Kamar   48. Restu untuk Doni, tidak untuk Anes

    “Lalu … bagaimana dengan Doni, Pa? Apakah hubungan Doni dengan Arum harus ditunda juga sampai urusan dengan Julian selesai?” tanya Doni dengan takut-takut. Keringat sudah membanjiri kening dan juga baju kaus kemeja yang ia pakai. Sungguh bagaikan tengah ditanya oleh malaikat maut jika seperti ini. Detak jantungnya semakin tidak karuan, saat melirik Arum yang juga sama basahnya seperti dirinya.“Memangnya yang mau bercerai dari Julian itu kamu?” balas Arya sambil menahan gelak tawanya. Laili dan Anes pun hampir pecah tawanya mendengar jawaban sang suami. Wajah garang Arya sudah mencair. Lelaki paruh baya itu memang tidak ada masalah dengan hubungan Doni dan juga Arum. Walau wanita yang dicintai putranya itu memiliki keterbatasan, ia sama sekali tidak keberatan.“Ish, Papa! Memangnya Doni alemong?” semua kembali tertawa dan suasana kembali bersahaja. Arum juga akhirnya bisa bernapas lega dengan respon yang diberikan keluarga Don

  • Salah Kamar   47. Bercerai dari Julian

    Semua penghuni rumah Anes keluar begitu mendengar suara gaduh di depan rumah. Arya mematung dengan mulut setengah terbuka melihat ada pertunjukan topeng monyet di pekarangan rumahnya. Baliho berukuran sedang yang berisi kalimat pengungkapan isi hati seorang yang tengah dilanda mabuk asmara, membuat Arya yang tengah berdiri di teras ikut tergelak.Sama halnya dengan Arya, Anes dan Laili pun tertawa terpingkal-pingkal dengan atraksi topeng monyet yang sangat menghibur. Jika biasanya mereka hanya tampil lima menit untuk satu pertunjukan, kali ini, hampir setengah jam topeng monyet itu beratraksi. Dua adik kembar Anes yang sedang duduk di bangku SMP pun ikut tergelak menonton topeng monyet.Atraksi selesai. Taka mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya, lalu diberikan pada dua orang dalang topeng monyet. Baliho yang membentang sudah dilipat kembali oleh Taka. Sungguh pemandangan yang sangat konyol bagi keluarga Arya. Doni pun ternyata ada di sana membantu Taka membe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status