Share

Satu Bukti

Aku lajukan kendaraan roda empat dengan kecepatan sedang. Kepalaku berdenyut memikirkan laporan penjualan dari ibu Kartika. Harga barang turun dari ketetapan dulu. Kenapa bisa seperti ini? Kenapa Mas Alvan tak memberitahuku. Ah, dia mana bisa dipercaya.

"Mia." Sekertarisku menoleh. Wajahnya sedikit gugup saat mata kami saling bertemu.

Mia tak lagi sama seperti dulu. Keceriaannya hilang, dia selalu gugup saat beradu pandang denganku. Bukan Mia yang selalu bercerita panjang lebar. Bahkan kita sudah seperti sahabat bukan lagi atasan dan bawahan. Namun sekarang dia menjaga jarak denganku. Seperti ada tembok pembatas diantara kami.

"I-iya Bu."

"Tak usah terlalu formal, bukankah dulu kamu selalu memanggilku Mbak saat tak ada orang lain. Kita masih bersahabat bukan?" Mia justru memainkan ujung kemejanya. Terlihat jelas jika ia tengah gugup.

"I-iya Bu."

"Kalau tak ada orang panggil saja Mbak, tak usah Bu. Terlalu formal."

"I-iya Bu, eh... Mbak."

Lagi dan lagi Mia membuang pandangan saat ma
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status