Share

Bab 508.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 14:28:56

"Bedebah..! Siapa kau sebenarnya..?!" seru sang Resi.

Saat akhirnya matanya mulai bisa menyesuaikan diri, dengan pancaran cahaya menyilaukan sosok Elang.

"AKU ELANG PRAYOGA, DARI TLATAH KALPATARU..!" bergema keras suara Elang, yang dilambari powernya itu.

Suaranya terdengar bukan hanya di area pertarungan saja, bahkan hingga menelusup bergaung ke dalam istana.

"SIAPAPUN YANG HENDAK MENYERANG KE TLATAH KALPATARU..! MAKA PASTI AKAN BERHADAPAN DENGAN AKU..!!" seruan Elang menggema bergetar.

Getar suara yang merasuk, meresap, dan menggedor 'nyali' semua orang, yang berada di sekitar istana kerajaan Palapa.

Bergidik juga nyali sang Resi, begitu mendengar pancaran power suara Elang. Suara yang terasa menggetarkan dadanya itu.

Brugh..! Brugh..! ... Brughk..!!

Nampak puluhan prajurit yang tak kuat menahan getaran suara Elang, mereka bertumbangan dan pingsan di tempat.

"Ja-jadi kau yang telah membunuh keempat muridku..?!" seru sang Resi agak gugup, bercampur luapan kemarahannya.

'Pan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
lanjut 5 bab lagi mass elang
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
cie cieeeee kirani jatuh hati awas saja km kecewa kiraniii kasihannnn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 522.

    "Bedebah..! Siapa kau cari mati ikut campur urusanku..?!" sentak si Baju Kuning, yang kini beranjak berdiri dari kursinya. Matanya melotot merah, karena pengaruh tuak yang telah diminumnya. Dia merasa tak takut dengan siapapun saat itu. Karena dimejanya ada seorang pendekar ternama, yang pasti akan membelanya. Begitu pikirnya. Si gadis itu pun dibiarkannya berlari masuk ke arah dapur bersama ayahnya. Emosinya telah terpancing menggelegak, dengan kehadiran pemuda yang mengganggunya itu. "Aku cuma perantau, yang tak suka melihat kelakuan bejatmu," ujar si pemuda tenang, seraya membalikkan badannya. Dia bermaksud kembali menuju ke mejanya, setelah melihat si Gadis telah aman. Dan telah masuk kembali ke dapur, bersama ayahnya. Dia pun tak ingin berpanjang urusan lagi, dengan si Baju Kuning dan dua teman semejanya itu. Namun ... Sraankh..!! Si Baju Kuning cepat menarik goloknya di atas meja, dan langsung melepas sarungnya. "Ahh..! Awaass..!!" teriak para pengunjung rumah makan kag

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 521.

    "Pokoknya jika Tuan Pendekar Jaduka mau bergabung dengan serikat kami. Maka semua kesenangan dunia, akan kami berikan untuk Tuan Pendekar. Hahahaa..!" ucap seorang yang berbaju kuning. Ya, dua orang berbaju kuning itu adalah anggota Serikat Mata Dewa. Mereka sengaja disebar oleh Surapati, untuk menghimpun para pendekar Tlatah Kalpataru. Mereka diperintahkan membujuk dan mengajak para pendekar, untuk bergabung dan berpihak pada pasukkan Serikat Mata Dewa. "Hahahaa..! Bagaimana bisa aku menolak tawaran kalian ini. Semuanya sungguh menggoda..! Hahahaa..!" tawa bergelak terdengar dari orang yang dipanggil Jaduka itu. Dia adalah seorang pendekar yang cukup ternama di wilayah Marapat, julukkannya adalah si 'Tinju Petir'. Jaduka memang masuk dalam daftar 17 pendekar di daun lontar, pada sebaran pertama dulu. "Pelayan tambah tiga tabung tuaknya..!" seru orang berbaju kuning di meja itu. Rupanya dia benar-benar ingin menjamu habis-habisan si Jaduka itu. Tak lama kemudian. Ternyata Putr

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 520.

    "Baiklah Pangeran Danuthama, Elang sepertinya harus segera kembali ke Tlatah Kalpataru saat ini," pamit Elang, setelah berbincang agak lama dengan ayahanda Prasti itu. Mereka saat itu berada di pendopo istana Belupang."Baiklah Elang. Terimakasih atas semua kebaikkanmu. Aku hanya bisa memberikan doa restuku untukmu," ucap Pangeran Danuthama. "Prasti, aku pergi dulu," ucap Elang. "Hati-hati Mas Yoga," ucap Prasti lirih. Entah kenapa selalu saja ada rasa kehilangan dalam hatinya, setiap kali dia harus berpisah dengan pemuda itu. Slaph..! Elang langsung melenting tinggi ke udara. "Ki Naga Merah..!" seru Elang. Blashp..! "Kyarrgks..! Duduklah Tuan," Ki Naga Merah seketika muncul, dan melesat di bawah sosok Elang. Taph! "Kita langsung menuju ke bukit Karang Waja, Ki Naga Merah," ucap Elang. Weerrshk..! Ki Naga Merah langsung melesat bagai lintasan cahaya merah, yang memanjang menembusi awan. "Kyargks..!" pekikkannya masih terdengar di atas langit Belupang. Walau sosoknya telah

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 519.

    Utusan dari tlatah Saradwipa itu bernama Panglima Bagus Tuah. Dia merupakan seorang Panglima kepercayaan dari Radja Selangit Rantak, di Tlatah Saradwipa. Sang Radja telah memerintahkan Panglimanya itu. Untuk meluaskan pengaruh dari Tlatah Saradwipa, ke tlatah-tlatah yang berada di seberang lautan. Hingga akhirnya sampailah kapal jelajah, yang dipimpin oleh Panglima Bagus Tuah itu di Tlatah Palapa. Kedatangannya ke kerajaan Palapa menemui Maharaja Kumbadewa, diantarkan langsung oleh Raja Pradipa Dewa, sebagai raja wilayah Pasir Raja. Sementara dari pihak utusan Saradwipa, Panglima Bagus Tuah hanya ditemani 3 orang kepercayaannya. Dan hal yang mencengangkan terjadi, saat sang Maharaja Kumbadewa bertemu dengan Panglima Bagus Tuah. Nampak kedua kaki sang Panglima yang melayang tak menapak tanah..! Tak heran sang Panglima Bagus Tuah berani datang, dengan hanya ditemani 3 orang kepercayaannya. Rupanya dia memiliki kemampuan yang tinggi. Sengaja dia perlihatkan kemampuannya itu. Hal

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 518.

    "Baik Mas Yoga. Prasti akan pulang dulu ke Belupang, dan meminta ijin pada Ayahanda untuk kembali ke Tlatah Kalpataru. Karena walaupun Prasti keturunan darah Belupang. Namun jiwa dan raga Prasti sepenuhnya sudah menyatu dengan Tlatah Kalpataru, sejak aku kecil Mas Yoga," ucap Prasti, mengatakan tekadnya pada Elang. "Ahh, Prasti. Sepertinya hal itu akan membuat Ayahmu kembali bersedih," ucap Elang agak terkejut, dan merasa tak enak dengan niat Prasti. "Tidak Mas Yoga. Prasti mengerti jiwa Ayahanda, dia pasti akan mengijinkan Prasti kembali ke Tlatah Kalpataru. Bahkan Prasti yakin, Ayahanda tak akan mau ikut menyerang ke Tlatah Kalpataru, tanpa alasan dan tujuan yang jelas dari Maharaja Palapa," sahut Prasti yakin. "Baiklah Prasti. Namun kuharap kamu membicarakan hal ini dengan pelan dan hati-hati pada Ayahmu. Senangkan dulu hatinya selama beberapa waktu tinggal di istana Belupang, sebelum kau berangkat ke Tlatah Kalpataru. Masih banyak waktu tersisa untukmu, sebelum perang di Tl

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 517.

    "Aihh..! Mas Yoga..! Tsk, tsk..!" Prasti tersentak haru, seraya makin erat memeluk Elang. Tanpa bisa ditahannya airmata mengalir, dan isaknya pun terdengar lagi. "Dan untuk menguasai aji Sabdo Jagad itu. Eyang Paminggir mengatakan hal itu tergantung takdir, Prasti. Bisa dibutuhkan waktu sepuluh, seratus, seribu, atau bahkan aku tak akan bisa menguasainya. Hingga akhir hidupku," ujar Elang lagi pelan."Ahh.." hanya desah lirih prihatin, yang bisa keluar dari mulut Prasti. Ya, kini Prasti merasa sangat memahami, apa sebenarnya yang menjadi beban berat di hati dan pikiran, dari lelaki yang dikasihinya itu. Hati Prasti tunduk setunduk-tunduknya, mengetahui dasar pemikiran yang sangat jauh dan bijak dari Elang. 'Kau memang satu di antara pemuda sejagad ini Mas Yoga. Sungguh beruntung istrimu di sana memiliki hatimu', bathin Prasti, mengagumi Elang. *** Sementara itu di kerajaan Kalpataru. Setelah memerintahkan pencabutan semua gambar Elang dan Prasti, dan membebaskannya sebagai bur

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status