LOGINHotel Hilton, New York. 9 Am
Tante Zola membawa Sehan ke hotel miliknya. Hotel pemberian sang suami yang sering ia gunakan tidur dengan para pria anggota agency-nya. Sesampainya di dalam kamar, tante zola meminta Sehan melakukan apa yang dia perintahkan yakni membuat wanita bergairah.
"Sehan, apa hanya ini yang kau bisa?"
"Cih! Dasar lelaki lemah!" omel tante Zola.
Sehan berdiri mematung, ia tidak tahu bagaimana cara membuat wanita puas sebelum bertempur. Dalam hati ia kembali mengutuk keputusan yang sudah ia buat. Sehan agak kesal dengan david yang tidak memberi tahu tes apa yang akan ia jalani sebelum menjadi anggota Moon Light Agency.
"Ck! Kau lambat sekali, Sehan!" geram tante Zola kesal pada Sehan. Menurut tante Zola Ia pun mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Sedangkan Sehan menunduk menatap dirinya yang hina. Sungguh sebuah keadaan yang bertolak belakang dengan dirinya dulu sebelum sang ayah bangkrut.
Masih jelas di ingatan Sehan, bagaimana dirinya dilayani dan dirajakan oleh para wanita penghibur. Dia lah yang memegang kendali, sedangkan saat ini semua serba terbalik. Dirinya kini harus melayani wanita pemburu kepuasan.
Tidak berapa lama kemudian, bel pintu berbunyi. Tante Zola menyuruh Sehan untuk membuka pintu. Dengan patuhnya Sehan menjalankan perintah dari tante Zola. Seraut wajah tampan yang Sehan kenal berdiri di depan pintu.
"David, kau ada di sini?" tanya Sehan sedikit terkejut. "Tante Zola memanggilku," jawab David melengos, wajahnya sedikit kesal.
David berlalu begitu saja melewati Sehan yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya. Sehan mengekor kemana langkah David.
"David, kemari lah." Tante Zola melambaikan tangannya pada David. Seketika wajah David berubah menjadi manis di depan tante Zola.
"Kau ajari temanmu itu bagaimana caranya membangkitkan gairah pelanggan kita!" titah tante Zola. David melirik tajam ke arah Sehan. Terlihat sekali di mata Sehan kalau David kesal dan marah kepadanya.
Kembali wajah David terlihat manis. "Baik, Tante." Gegas david melucuti pakaian yang ia kenakan. "Dan kau, Sehan. Perhatikan dengan baik apa yang dilakukan oleh David!" titah tante Zola diikuti tatapan tajam.
Sehan mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Kini Sehan dipaksa melihat adegan demi adegan bagaimana cara membuat wanita terbakar gairahnya. Desahan demi desahan lolos begitu saja dari bibir wanita pemilk Moon Light Agency.
"Sehan, kini giliranmu. Lakukan sama persis dengan yang dilakukan David padaku. Sekarang kau harus membuatku bergairah!" tegas tante Zola. Lagi-lagi Sehan menjawab dengan anggukan kepala. Persis seperti pelayan yang harus mematuhi perintah majikannya.
Dalam hati Sehan mengumpat dan mengutuk tante Zola. Ia berjanji suatu saat ia akan membalas semua penghinaan ini."Oke, Sehan. Kamu bisa membuat wanita itu tidak berdaya!" Sehan menghirup dalam-dalam oksigen. Sedangkan David tersenyum merendahkan. Memang David adalah anak buah kesayangan tante Zola. David menjadi primadona para wanita pemburu kepuasan.
Sehan maju ke arah ranjang di mana tante Zola menunggunya. Setelah sampai di samping Zola, Sehan menguatkan hatinya agar bisa lolos dari tes ini. Bibir Sehan mengecup setiap inchi tubuh tante Zola. Sehan melakukannya dengan menahan mual. Meski tubuh tante Zola wangi, Sehan sama sekali tidak tertarik.
"Ouugh ... Nah, terus Sehan. Iya, seperti itu!" racau tante Zola. Sehan semakin bersemangat, dalam pikirannya ia harus totalitas meski harus menjatuhkan harga dirinya.
Gerakan Sehan lebih ganas dari yang dilakukan oleh David. Tante Zola dibuat terbang melayang.
"Sehan kau luar biasa. Bikin tante merem melek, sekarang cepat masukan!" Tante Zola sudah memberi perintah untuk dimasuki Sehan. Tanpa menunggu lama, Sehan segera melakukan perintah tante Zola. Gerakan Sehan benar-benar membuat tante Zola kewalahan.
Sehan tersenyum lebar melihat wanita yang semula meragukan dirinya kini terkapar tidak berdaya. "Kau baru tahu kan bagaimana seorang Sehan bisa membuatmu tak berdaya, Mami! Ingat kau yang memulai maka aku tidak akan berhenti." Sehan beranjak dari tempat tidurnya. Ia menghampiri David yang masih duduk di sofa sambil bermain game di ponselnya.
"Sudah selesai?" tanya David tanpa menoleh ke arah Sehan.
"Sudah.""Baiklah, aku pergi dahulu. Kalian membuatku sange!" David berdiri, ia bergegas merapikan penampilannya.
"Kau mau ke mana?" tanya Sehan penasaran ke mana David akan pergi.
David tersenyum sinis, dia masih ada jadwal berkunjung ke pelanggannya. "Aku ada jadwal. Dan wanita satu ini begitu royal. Semua yang aku punya saat ini adalah pemberiannya." David menunjukkan semua yang ia miliki pads Sehan.
Sehan melongo melihat semua foto harta yang dimiliki David di ponsel David.
"Apa bisa kamu kenalkan wanita itu padaku?" Sehan mulai tertarik dengan apa yang David dapat, baginya saat ini ia harus bisa mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Tidak peduli jalan yang ia lalui sangat lah sulit.
David menatap sinis. "Tidak, Sehan. Aku tidak akan melepaskan Tante Angel padamu. Dia adalah ATM berjalanku. Lebih baik kamu patuh pada perintah Tante Zola!" jawab David tidak mau membagi mesin uangnya pada orang lain.
Sehan tersenyum datar, dalem hati ia akan mencari tahu siapa Tante Angel itu.
"Sehan, ingat aku sudah menolong mu. Jaga batasan mu, kau jangan sampai menjadi lintah yang menghisap tanpa tau terima kasih!" sarkas David sedikit takut jika sampai pelanggannya lebih memilih Sehan.
"Sehaaan ...!" Suara Tante Zola memenuhi kamar president suite.
"Iya, Tante!" Sehan cepat menjawab karena tidak ingin kena marah tante Zola lagi.
"Sekarang bersiap lah, kita akan merubah penampilanmu, nanti malam akan ada pesta di club milik nyonya Zura," jawab tante Zola.
"Baik, Tante." Sehan secepatnya berpakaian dan bersiap mengikuti kemanapun tante Zola pergi. Sedangkan David hanya bisa melongo melihat dua orang itu pergi meninggalkannya.
Mobil tante Zola melaju dengan kencang menuju ke sebuah butik dan juga salon perawatan tubuh. Tujuan pertama mereka adalah butik D&G. Butik terkenal karena kualitas bahan dan juga modelnya selalu mengikuti trend.
"Ayo cepat masuk, Sehan! Kita tidak punya banyak waktu."Tante Zola memaksa Sehan masuk ke butik untuk mempersingkat waktu. Malam nanti, Tante Zola harus membawa Sehan dan tiga orang timnya untuk mengisi party para istri manager.
Bruk!
"Maaf, Nona." Tanpa sengaja Sehan menabrak seorang gadis. Gadis itu menatap tajam menusuk relung hati Sehan. Seketika Sehan merasa dirinya sangat hina di depan Chelia. Memang saat ini pekerjaan Sehan adalah pekerjaan hina menurut orang.
"Maaf, Nona. Aku tidak bermaksud untuk membuat anda terkejut," ulang Sehan.
"Tidak apa-apa, Tuan." Wanita cantik itu menatap Sehan dengan tatapan sinis merendahkan. Ia hafal setiap lelaki yang dibawa tante Zola datang ke butiknya itu adalah lelaki anak buahnya.
"Kenapa anda menatap saya dengan tatapan jijik? Seakan saya adalah manusia hina."Wajah sehan terlihat cerah, ia merasa yakin jika tante Zura adalah jalan baginya untuk meraih kesuksesan. "Nanti akan aku beritahu di hotel." Zura kembali memasang wajah datar. Sedangkan Sehan kembali menunduk patuh. "Baik, Zura."***Hotel Hanabi, New York. Mobil sedan mewah berhenti di depan hotel termahal di kota New York. Sehan menatap kagum pada keindahan dan kemegahan hotel itu. Setiap ruang terlihat klasik namun elegan. Sehan terlihat sangat senang, pasalnya hotel inilah satu-satunya hotel yang belum pernah ia singgahi. Sayang akan uang yang harus dikeluarkan, karena harga sewa hotel ini satu malam mencapai lima puluh juta. "Kenz, kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu saja? Masuklah, kamu tenang sja ini adalah hotel milikku. Pemberian dari suamiku sebagai kado ulang tahunku!" ucap tante Zura menarik tangan Sehan yang berdiri bengong di depan pintu masuk hotel. "Ah, iya tante. Maafkan Kenz yang belum pernah masuk ke hotel ini. Semua begitu indah dan m
Sehan berdiri dengan gagahnya bersama tiga teman lainnya. Baik Sehan maupun ketiga temannya hanya memakai penutup bawahan berlogo Moon Light Agency. Sehan agak merasa risih karena dirinya menjadi pusat wanita yang jauh lebih tua darinya. "Ow My God! Kenapa aku seperti rusa di kandang singa? Gila, benar-benar gila mereka semua. Tapi aku harus kuat demi tujuanku!' Sehan bergumam dengan sesekali menarik napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa malu dan rasa canggungnya. Tante zola maju ke depan memunggungi keempat anak buahnya. "Selamat malam para perindu kehangatan, seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya di group bahwa akan ada yang baru dan fresh!" Tante Zola berkata sambil berjalan mendekat ke arah Sehan. "Perkenalkan dia adalah Kenzi Rich, anggota terbaru kami. Dan kabar bahagianya ia memiliki senjata tempur yang pastinya tidak dipunyai oleh suami kalian semua.Berurat dan tentunya mentok sampai dalam, yeiii ...! Seperti biasa, untuk harga sewa, siapapun yang me
Gadis cantik itu kembali tersenyum merendahkan, tidak ada sedikitpun menunjukkan wajah yang bersahabat. "Tidak ada, Tuan. Tidak ada yang menatap seperti yang anda katakan, meski saya tahu jika anda adalah pria panggilan, anak buah tante Zola." Kata-kata gadis itu menampar keras Sehan. Tangan Sehan terkepal kuat, harga dirinya baru saja dibantai habis oleh wanita yang ada di depannya itu. "Sehan, apa kau sudah memilih baju yang bagus?" Suaera tante Zola membuat kedua orang itu menoleh ke arahnya. "Nona Chellia? anda di sini? Tumben sekali ada di butik. Kebetulan sekali mumpung anda ada di sini kami bisa minta diskon yang banyak. Bagaimana, Nona?" ucap tante Zola. Cheliia tersenyum, tidak menajwab ucapan tante Zola melainkan menunjukkan gerakan tangan setuju. "Terima kasih, Nona. Anda memang dermawan. Saya sangat suka belanja di butik ini karena banyak discon dan bahannya berkualitas semua." Tante Zola tersenyum senang. Sedangkan Chelia hanya membalas ucapan Tante Zola d
Hotel Hilton, New York. 9 Am Tante Zola membawa Sehan ke hotel miliknya. Hotel pemberian sang suami yang sering ia gunakan tidur dengan para pria anggota agency-nya. Sesampainya di dalam kamar, tante zola meminta Sehan melakukan apa yang dia perintahkan yakni membuat wanita bergairah. "Sehan, apa hanya ini yang kau bisa?" "Cih! Dasar lelaki lemah!" omel tante Zola. Sehan berdiri mematung, ia tidak tahu bagaimana cara membuat wanita puas sebelum bertempur. Dalam hati ia kembali mengutuk keputusan yang sudah ia buat. Sehan agak kesal dengan david yang tidak memberi tahu tes apa yang akan ia jalani sebelum menjadi anggota Moon Light Agency. "Ck! Kau lambat sekali, Sehan!" geram tante Zola kesal pada Sehan. Menurut tante Zola Ia pun mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Sedangkan Sehan menunduk menatap dirinya yang hina. Sungguh sebuah keadaan yang bertolak belakang dengan dirinya dulu sebelum sang ayah bangkrut. Masih jelas di ingatan Sehan, baga
Kantor Moon Light Agency, New York. David membawa Sehan menemui Tante Zola. Sosok wanita dewasa pemilik dari Moon Light Agency. "Wow, dadamu bidang dan wajahmu tampan juga." Sehan berdiri tegak di depan seorang wanita yang tengah meraba semua aset yang dimiliki Sehan. "Hm, temanmu ini boleh juga, David! Wajahnya tampan, dan bersih! Semua yang ada di tubuhnya aku suka. Baiklah, aku terima dia! Tapi, aku harus mencobanya terlebih dahulu sebelum menawarkannya pada pelanggan!" Tante Zola memeriksa setiap inchi tubuh Sehan di depan David-- teman kuliah Sehan. "Sehan, kamu kuat berapa ronde, Sayang?" Tante Zola bertanya lagi pada Sehan yang berdiri mematung, malu untuk menjawab pertanyaan Tante Zola. "Tante tidak perlu khawatir, pilihanku tentunya berkualitas dan aku bisa jamin kalau temanku itu bakal bikin Tante mendesah tidak karuan!" sahut David mewakili Sehan yang masih malu untuk menjawab. "Diam kamu, David. Aku bertanya pada Sehan!" hardik Tante Z
Braak!! "Anda siapa? Kenapa datang-datang anda bikin masalah? Dan siapa paman Arthur itu, di sini tidak ada yang namanya Arthur!" lelaki tambun dengan perut buncit itu menatap tajam ke arah Sehan. Sehan terkejut, bagaimana bisa paman Arthur tidak ada. Sedangkan baru kemarin saat pemakaman sang ibu semua masih di posisi masing-masing. Mereka datang masih lengkap dengan kemeja khas Argantara Group. "Paman Arthur adalah pemilik jabatan ini. Bagaimana anda bisa duduk di kursi paman Arthur!" balas Sehan dengan nada tidak kalah tingginya. Keduanya saling menatap tajam. Menit berikutnya lelaki itu menekan ponselnya dan memanggil security. "Cepat kalian datang kemari!" Usai memanggil sang security, lelaki itu berjalan mengelilingi Sehan. "Asal kamu tahu, semua pegawai lama sudah tidak ada. Yang ada di sini sekarang ini adalah pegawai baru semua! Argantara Group sudah berganti nama dan pemilik!" Glek. Sehan menelan kasar ludahnya, ia baru tahu sekarang ini







