Ryder berjalan menyusuri asrama, sesekali dia merutuki dirinya yang masih saja memiliki perasaan terhadap perempuan itu. Ryder sama sekali tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun, karena dia ingin mencapai tujuannya dan menjadi seorang terkuat. Ryder juga tidak ingin menyakiti orang terdekatnya, saat dia memiliki musuh ataupun lawan yang lebih kuat.
Pak Zack dan Damian yang menuju ruang kepala akademi, Ibu Alice telah ada di ruang itu lebih dulu. Rapat dewan akademi diadakan begitu cepat, sebuah inspeksi lapangan akan diadakan selama 6 bulan di desa kenanga bagian selatan wilayah utara. Desa yang menjadi pusat batu sihir naga yang dijaga oleh para monster di perbatasan wilayah selatanZack dan Damian ditugaskan untuk mengawal para murid, namun mereka berdua terus menolak hingga pada akhirnya mereka setuju dengan Ibu Alice yang ikut sebagai ketua dari inspeksi lapangan."Aku sangat frustasi jika harus membawa mereka semua di desa yang sangat berbahaya," kSebuah bayangan raksasa yang begitu besar berjalan di balik kabut asap. Pak Zack dengan cepat membuat pelindung sihir, menggunakan sisa kekuatannya. Ternyata bayangan itu semakin menjauh, membuat para murid bisa bernafas lega begitupun Pak Zack yang telah pingsan dibopong oleh Daren dan Ryder.Pak Damian segera masuk ke gerbang desa, meminta para penjaga untuk izin bertemu dengan sang kepala desa. Freya duduk di tanah karena kelelahan, sejak tadi dia terus memikirkan liontinnya yang telah hilang. Laila juga tidak melihat keberadaan liontin itu sejak dalam perjalanan. Freya hanya bisa pasrah, karena tidak mungkin dia harus meminta izin pergi ke gunung demi liontinnya.Setelah beberapa menit, seorang pria dengan tubuh kecil berjalan ke arah rombongan murid akademi, terlihat beberapa orang penjaga yang mengikutinya. Dengan langkah cepat Pak damian dan Ibu Alice memberi hormat.Jalal adalah seorang mantan panglima perang, sekarang dia menjadi kepala desa kenan
Ryder yang merupakan ketua tim harus bisa bertindak bijak, agar anggota timnya tetap kompak dan saling menjaga. Meskipun Ryder bukanlah seorang ahli sihir, tapi dia sangat pandai dalam menetralkan energi sihir dan racun yang mengenai tubuhnya. Teknik berpedang menggunakan pedang ganda juga telah Ryder kuasai, meskipun belum sangat sempurna.Suasana hutan yang begitu sepi, udaranya begitu lembab. Edwin sesekali merengek karena merasa jijik dengan tanah yang berlumpur. Sang kakak Edward segera membantunya untuk tenang, agar tidak menimbulkan masalah bagi tim. Setelah berjalan begitu jauh, Natalia membuka peta yang diberikan oleh Pak Zack."Sekarang kita sudah berjalan satu jam, tapi kita belum melihat satupun bukit atau gua di sekitar sini," ucap Natalia bingung."Coba berikan padaku," sahut Ryder.Melihat gambar peta yang diberikan, Ryder menatap sekelilingnya bingung."Kita tersesat, aku sudah menandai tempat ini dengan goresan di pohon itu, lalu lihat gores
Ryder mengalihkan pandangannya ke arah Edwin. Monster raksasa itu tampak marah, dan memandangi mayat Futun yang tergeletak di tanah. Monster batu itu membuka mulutnya, lalu asap yang berwarna ungu keluar dan mengepung mereka.Mata Edward membulat, dia dengan cepat mengeluarkan sapu tangan untuk menutup mulut dan hidungnya. Edwin mulai merasakan sesak, terduduk di dekat Edward, nafasnya memburu membuatnya merasa kesakitan saat menghirup udara.Ryder yang kelabakan, mulai membantu Natalia menjauh dari asap itu. Edward juga tak bisa menahan racun yang terus dikeluarkan oleh monster itu melalui asap, sehingga Edwin dan Edward pingsan. "Apa yang kau lakukan bajingan," teriak Ryder.Ryder berlari ke arah lekukan tubuh monster itu dan menyerangnya. Serangannya masih saja kurang, membuat Ryder Frustasi. "Apa yang harus aku lakukan, bagaimana ini," resah Ryder.Seketika Ryder teringat ucapan Pak Demian, bahwa aura bisa digunakan untuk membelah be
Daren pergi ke dekat gua, sambil menekan gelangnya dan menyebut nama Ryder. Namun, tidak ada jawaban dari Ryder sama sekali. Hari yang semakin gelap, membuat tim penyihir harus berjalan menyusuri hutan sekali lagi, Laila menatap sekelilingnya, Lalu melihat sebuah monster batu yang terikat di sebuah pohon besar. Dari jauh Evan melihat Edwin dan Edward yang pingsan, dengan cepat dia menarik laila lalu menyembuhkan mereka semua.Natalia yang lebih dulu sadar hanya bisa menatap takjub pada Ryder, yang telah mengalahkan monster batu. Daren menendang lengan Ryder, membuat pria itu terbangun dari tidurnya."Kalian semua ada disini, maaf aku ketiduran," ucap Ryder."Ryder, kau mengalahkan monster itu sendiri?" tanya Natalia."Yah, begitulah," jawab Ryder.Ryder berdiri dan membersihkan celananya yang kotor, lalu menatap Freya yang sejak tadi menatapnya tajam. Edwin dan Edward juga telah sadar, tim petarung dan tim penyihir telah berkumpul. Ryder menekan gelang
"Dimana Freya? Jawab aku sialan!!" pekik Ryder."Ryder tenanglah," bisik Daren."Aku akan mencabik-cabik kalian, jika sehelai saja rambut Freya kalian sentuh," tekan Ryder."Pria yang malang, kekasihmu telah dibawa oleh pasukanku, untuk dijadikan persembahan untuk sang naga Hahaha," ucap Fatan.Seketika emosi Ryder meluap, seluruh aura kegelapan dalam tubuhnya keluar. Daren yang ada di samping sampai merasa sesak, lalu berlari menjauh dari Ryder."Ryder, tenanglah," teriak Evan.Kekuatan aura yang melewati batas bisa membuat kekacauan pada wilayah, termasuk tumbuhan di sekitarnya akan mati. Daren menatap Ryder tak percaya, kekuatan yang begitu besar keluar dari dalam tubuh Ryder yang hanya pengguna pedang.Ryder menatap ke arah teman-temannya, lalu melepaskan ikatan perban yang melilit tubuhnya. Sebuah tato api berwarna hitam, terukir di tubuh Ryder. "Menjauhlah," teriak Ryder.Natalia dan yang lain segera menjauh, mereka begitu takjub denga
Ryder dengan tergesa-gesa berlari ke arah Freya, yang sejak tadi sudah menahan air matanya. Fatan yang terlihat menikmati suasana yang dipenuhi oleh emosi kemarahan Ryder yang semakin besar, Fatan menjentikkan jarinya, lalu muncul 100 orang pasukan naga yang bersenjata lengkap.Ryder terus berlari, hingga pada akhirnya Freya berhasil berada dalam pelukannya. Freya pun pingsan setelah merasa aman, Ryder segera membawa Freya ke tepi ruangan. Pria itu telah mencapai puncak dari aura kegelapan, sekarang dia tidak peduli dengan efek yang akan diterima setelah mencapai batas penggunaan aura.Para pasukan naga mulai menyerang Ryder, entah sejak kapan setiap goresan pedang dan panah yang mendarat di tubuhnya tidak memberi rasa sakit lagi bagi Ryder. Melihat ada 10 anak panah yang menancap di punggungnya, Ryder hanya santai berjalan dan terus menyerang musuh yang berdatangan. Mata Ryder yang mengeluarkan darah segar, mampu memprediksi arah gerakan dan titik kelemahan dari p
Fatan melingkarkan jarinya, lalu menatap Ryder sambil tersenyum. Matanya yang merah itu seakan memancarkan cahaya, membuat Ryder memalingkan wajahnya dan berdecak kesal."Aku bingung kenapa kalian sangat terobsesi dengan gua itu," ucap Fatan malas."Itu bukan urusanmu," sahut Ryder.Daren mengusap wajahnya yang penuh dengan keringat, lalu berjalan ke arah Ryder. Mereka memperkirakan bagaimana cara untuk membelah atau menghancurkan batu besar itu. "Kita harus mencari gua naga sekaligus putri tuan Jalal, jadi ayo kita pikirkan sama-sama bagaimana cara membuka gua ini," ucap Ryder."Ryder, gunakan aura dan segera belah batu itu," teriak Edwin."Jangan, itu terlalu beresiko karena dia baru saja menggunakan aura kegelapan," potong Evan."Jalal? Kalian bilang putri tuan Jalal?" seru Fatan."Iya, apa kau tahu sesuatu?" tanya Natalia.Fatan seketika terdiam, keringatnya mengucur dengan cepat mendengar nama Jalal. Ingatan seseorang yang tengah bermai
Melihat reaksi Fatan, Freya melangkah maju dan ikut terdiam seakan kedua perempuan itu tengah melihat sesuatu yang sangat mengejutkan. Mereka semua pun berjalan ke arah Fatan dan Freya. Sebuah pria yang sudah tua, di kremasi dalam sebuah kaca yang penuh dengan lilin. Wajahnya mulai tertutupi setenga oleh lilin, membuat mata yang melihatnya begitu sakit karena lilin yang telah menyatu dengan badan pria itu.Secercah cahaya dari luar gua, memantulkan panas hingga dinding gua melepuh. Ryder menyentuh setiap dinding yang ada disana, tapi tidak ada petunjuk tentang kejadian yang terjadi pada pria tua itu. Fatan berjalan ke arah Ryder, lalu berbisik pelan."Aku tau siapa dia, tapi bisakah kau membawanya keluar dari gua ini?" tanya Fatan."Aku tidak bisa memindahkan sesuatu yang belum diketahui asalnya dari mana," jawab Ryder."Kalian lihat, di balik bunga itu ada kalung berbentuk bunga" seru Laila.Mendengar kalung berbentuk bunga, dengan cepat Ryder maju dan