Kayla mendengarkan kata demi kata yang diucapkan Kenan, lalu ia memeluk lelaki itu.
Kenan balas memeluknya erat serta menciumi pucuk kepala Kayla. Kenan terdengar lega telah membagi kegalauannya pada Kayla. Sosok yang dikenal Kayla sebelumnya, kini telah kembali.
"Bukankah seharusnya kau senang? Kau tidak jadi menikahinya. Kenapa malah seperti ini?"
"Setibanya di luar restoran, Lorina mengejarku. Lorina tetap ngotot kami memang melakukannya malam itu. Dan itu membuatku tak bisa berpikir jernih. Bagaimana kalau anak itu adalah darah dagingku? Membayangkan dia hadir ke dunia ditunggui lelaki lain membuatku hampir gila." Gusar Kenan menarik rambutnya.
"Setelah apa yang dilak
Lorina mencintai Abiyaksa. Lelaki paruh baya itu berjuang keras dari nol merintis perusahaan. Perjuangannya yang tak kenal kata lelah membuat Lorina kerap merasa kasihan."Papa tahu rasanya hidup susah dan papa tak ingin anak cucu papa merasakan hal yang sama." Selalu kata itu yang diucapkan Abiyaksa bila Lorina bertanya.Dilubuk hati terdalam, lorina pun setuju. Kekayaan harus diperjuangkan bukan ditunggu datangnya.Ambisi Abiyaksa untuk berada di lingkaran orang-orang besar, dipupuk sejak Lorina belum hadir ke dunia ini.Lorina dibesarkan akrab dengan mengetahui sepak terjang Abiyaksa. Itu sebabnya ia mengiakan ketika sang papa memberi ide untuk memasukkan obat perangsang pada minu
Nirwana menatap Kenan dan memberikan kedipan, ia tahu apa yang ingin diucapkan lelaki itu."Baik, Dok," ucap Nirwana memotong ucapan Kenan. Dokter menjelaskan kondisi Kayla telah melewati masa kritis, beruntung airbag mengembang menahan tubuhnya sehingga kepalanya terhindar dari benturan. Saat ini Kayla hanya perlu isirahat total. Kenan mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan dokter dan tetap berpura-pura sebagai suaminya.Ketika dokter itu berlalu, Kenan memberondong Nirwana dengan rentetan pertanyaan."Apa Bryan nggak datang sampai dokter nggak tahu siapa suaminya?""Belum datang," tukas Nirwana tersenyum masam. Ia sadar sudah membuat kekacauan hari ini, kekacauan yang menyenangkannya."Sekarang di mana lelaki itu?"
Ternyata benar prasangkanya, Bryan berangkat bersama wanita lain ke Lombok, wanita muda dan cantik yang gambarnya dikirimkan Mayleen. Di bandara saat sedang menunggu keberangkatan tanpa sengaja Mayleen menangkap sosok Bryan, ia kemudian memutuskan mengikuti Bryan bahkan menginap di hotel yang sama dan berhasil mendapatkan beberapa bukti kebersamaan Bryan dengan gadis muda itu. Sayangnya, ia tak bisa mengambil gambar dari jarak dekat karena Bryan mengenalnya.Sengaja Mayleen tak menerima panggilan telepon atau mengirim pesan pada Kayla kecuali sebuah gambar di bandara, karena ingin mengumpulkan lebih banyak bukti sebelum Kayla tahu kebenarannya.Sekembalinya Bryan dua hari kemudian, membuat Kayla bertanya-tanya atas sikap lelaki itu yang sedikit aneh, ia seperti menjaga jarak dengannya namun Kayla tak tahu bagaimana mulai bertanya tanpa dasar yang jelas. Hanya
Di sisi lain hatinya, Kayla bertanya-tanya, Dewi yang diingatnya hanya seorang wanita dengan penampilan biasa cenderung tomboy, tapi kenapa wanita yang dilihatnya di video maupun di gambar yang tersimpan di ponsel Bryan, terlihat sangat berbeda?Kayla tergelak ketika Bryan menceritakan kebersamaannya dengan Dewi di sebuah bar malam itu, saat Kayla dan anak-anak pulang lebih dulu. Kebersamaan Bryan dan Dewi yang berakhir dengan sebuah janji Bryan akan kembali."Kau merasa dijebak lalu berakhir di kamar hotel? Lucu sekali!""Kay, mas serius. Mas sudah berusaha menghindar tapi dia seperti sengaja menyerahkan diri. Mas ….""Hentikan! Kay tidak perlu mendengarnya lagi. Mas merasa dijebak, tapi pertemuan berlanjut. Malang! Lombok! Kayla khawatir mas tiada kabar, ternyata mas menghabiskan
Sedikitpun Kayla tak menyangka, prahara dalam rumah tangganya berawal dari kunjungannya ke kota Malang, kota asal wanita muda bernama Dewi. Wanita yang dikiranya lugu ternyata menyimpan sejuta cerita dibalik sikap polosnya.Semua bermula ketika Dewi menerima tugas yang dibebankan padanya agar mendampingi keluarga motivator ternama, Bryan Santana Putra.Perintah atasan yang diterimanya, menyibak rangkaian luka yang tak pernah di duganya. Luka yang didapatnya setelah dengan riang ria menyampaikan tentang tugas yang diembannya kepada Tiara—sang kakak—."Kak, minggu depan Dewi dapat tugas mendampingi keluarga motivator terkenal yang akan datang sama keluarganya," celoteh Dewi dengan wajah riang saat itu. Walau T
Hati kecil Bryan sedikit terusik karenanya, mengajaknya mengingat kembali komitmen yang pernah diucapkan di hadapan sang istri."Mas hanya mencintai kau saja, Kayla. Tidak akan pernah ada wanita lain yang sanggup menggantikan posisimu di hati mas."Ingatan itu menggelitiknya. Bila hanya Kayla wanitanya, lalu apa artinya momen makan malam berdua dengan wanita lain saat ini? Di tempat yang tidak terlalu ramai yang sengaja dipilihnya agar terhindar dari kemungkinan bertemu orang yang mengenalnya. Apakah benar tidak ada artinya? Bukankah dari pemilihan tempat saja, tanda ia mulai bermain hati?"Ini hanya iseng, bukankah semua lelaki pernah iseng?" batinnya membenarkan perbuatannya.
Kilatan aneh terpancar di mata cantik Tiara yang tertutup oleh helaian rambut tak rapi. Tidak mudah bagi Dewi merapikan rambut kakaknya, harus menunggu waktu yang sangat tepat dan itu melelahkan.Dewi mengambil ponsel dan memperlihatkan sebuah gambar."Ini, Kak. Orangnya. Nama istrinya Kayla Diannova. Cantik banget orangnya."Mata Tiara mengerjap berkali-kali melihat gambar di ponsel Dewi. Ia tak mendengarkan penjelasan Dewi, ia hanya terpaku pada wajah itu. Wajah yang pernah dilihatnya, dulu, entah kapan. Atau mungkin lebih dari melihat, mungkin ia mengenalnya, dulu? Pikirannya merangkai benang yang semakin kusut. Sekian lama waktu berlalu, wajah itu seperti ada dan tiada, dalam sebuah sarang yang terbentuk di dadanya
"Namanya Bryan Santana Putra, motivator yang bayarannya super mahal. Dengar-dengar, puluhan juta. Gila ya. Perlu berapa tahun Dewi bisa mengumpulkan rupiah sebanyak itu? Tapi kata bos Dewi, emang pak Bryan itu hebat. Dia …." Dewi menghentikan ucapannya saat tangan Tiara mencengkeram pergelangan tangannya yang memegang ponsel. Diikutinya pandangan mata Tiara yang terpaku pada layar ponsel.Melihat Tiara tak kunjung bicara, Dewi kembali melanjutkan ucapannya. Ia harus mengambil resiko, setelah sekian lama, ia melihat ada peluang menyingkap misteri sakitnya Tiara."Mungkin nanti Dewi nggak pulang makan siang." Dewi berkata serak. Ia tau artinya kaki Tiara harus dipasang rantai agar tak keluar rumah dan mengganggu tetangga atau malah pergi jauh.