Share

BAB 3 - DIMULAI DENGAN KONTRAK

"Tu-tuan muda! Ini tidak seperti yang anda lihat." Ibu—Eva segera mengatupkan kedua tangannya setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ghatan. "Ayah, cepat minta maaf kepada tuan muda!" seru Eva panik kepada suaminya, ia memaksa sang suami untuk ikut mengatupkan kedua tangannya.

"Maafkan kami tuan muda, kami tidak bermaksud seperti ini. Karena dia kami harus kehilangan rumah. Tolong kami tuan muda." Eva terus memohon kepada Ghatan yang hanya diam saja.

Melihat kedua orang tuanya memohon seperti itu kepada Ghatan, hati Anjeli hancur. Gejolak panas muncul di dadanya kala Eva dan Yuan mulai menunduk di hadapan Ghatan.

"Ibu! Ayah! Jangan melakukan itu!" Anjeli berusaha untuk menarik mereka agar berdiri. "Ibu dan Ayah boleh memukuliku, asal kalian berdua bangun! Huhuhu, aku mohon...."

Eva menepis tangan Anjeli kasar, bahkan dengan tega ia mendorong anaknya. Sebelum hal buruk kembali terjadi pada Anjeli, Ghatan memerintah pengawalnya untuk menahan Eva yang hendak mendekati Anjeli.

"Lepaskan!" Eva berontak, melakukan segala cara untuk lepas dari kungkungan para pengawal. "Aku harus memberinya pelajaran agar tahu diri!" Kemudian Eva menoleh ke arah Yuan yang hanya diam sambil menundukkan kepala. "Ayah! Bangun! Jangan beri dia ampun sampai bersujud di hadapan pak Presdir untuk meminta kembali tempat tinggal ini!"

"Ibu jangan seperti ini! Aku ini anak Ibu!"

Melihat Anjeli menangis membuat Ghatan meringis, melihat wanita malang itu tersiksa membuat Ghatan ingin cepat-cepat menyelesaikan urusannya di sini.

"Bawa barang-barang wanita itu secukupnya, kemudian taruh di bagasi mobil." perintah Ghatan dan langsung dilaksanakan oleh para pengawal. "Setelah semua urusan selesai, bawa wanita ini ke tempatku."

Mendengar hal itu sontak Anjeli membulatkan mata. Tanpa mengatakan sepatah kata pada Ghatan, Anjeli berlari menyusul para pengawal yang masuk ke rumahnya. Anjeli tidak boleh membiarkan mereka menyentuh barang miliknya, dan tidak akan membiarkan dirinya dibawa layaknya segenggam uang.

"Tidak! Jangan sentuh barang-barang ku!"

Kini tersisa Ghatan dengan kedua orang tua Anjeli. Pria angkuh itu menatap dingin pada Yuan dan Eva, membiarkan mereka berdua tetap terduduk di tanah kotor. Menyumpah serapah anaknya sendiri dan menangis berharap hal buruk tidak akan terjadi.

"Tandatangani ini, maka utang kalian kepada ayahku akan lunas," ucap Ghatan seraya memerintah manajernya supaya menyerahkan selembar kertas untuk mereka tandatangani.

Dengan brutal mereka langsung menarik kertas itu, menandatangani dengan emosi. Tanpa membaca isi dari kontrak tersebut, tanpa peduli apa yang akan terjadi jika mereka menandatangani kontrak tersebut. Yang mereka inginkan hanya satu, utang mereka lunas.

Ghatan tertawa.

"Dengan kalian menandatangani kontrak tersebut, maka kalian menyetujui pernikahan yang akan dilaksanakan Minggu depan antara tuan muda Ghatan dengan putri kalian, Anjeli." Manajer menjelaskan isi dari kontrak tersebut, lantas menarik kertas itu dan dimasukkan ke dalam tas.

Yuan dan Eva saling pandang. "Kami siap atas syarat yang ada dalam kontrak tersebut, tolong lunasi utang kami tuan muda."

Sekali lagi Ghatan merasa kasihan pada Anjeli karena memiliki orang tua seperti Yuan dan Eva, andai saja Anjeli tahu dirinya akan menikah dengannya atas perjanjian dengan orang tuanya pasti wanita itu akan marah besar seperti di kafe beberapa waktu lalu.

Ghatan menyeringai, mengingat bagaimana wanita itu mengacungkan jari tengahnya. "Dasar tidak punya rasa takut," gumamnya.

"Tuan! Wanita di dalam sana mengamuk, dia tidak ingin dibawa pergi dari sini." ujar seorang pria dengan terengah-engah.

Ghatan berdecak, baru saja akan pulang dan menikmati segelas teh ada saja hal yang membuatnya repot. "Cih, mengurus satu wanita saja tak becus." Dengan langkah lebar Ghatan akan menemui Anjeli di dalam sana.

***

"AKU TAK AKAN PERGI DARI SINI!"

Suara teriakan Anjeli sudah terdengar begitu kakinya melangkah ke dalam rumah.

"ARGH! SIALAN! JANGAN BERANI-BERANI MENYENTUH BARANGKU!" Teriakan kedua yang Ghatan dengar, kali ini ia melihat wanita itu sedang merebut kembali barangnya yang hendak dikemas ke dalam koper. "KALIAN TIDAK DENGAR, HAH!?"

Di depan pintu Ghatan berhenti, memerhatikan tingkah Anjeli yang seperti orang kesetanan. Wanita itu mengamuk, terus mengambil barangnya yang sudah dibawa oleh para pengawal. Bahkan, Anjeli mengeluarkan baju-bajunya dan sengaja menghamburkan di mana saja agar mereka kelelahan.

Para pengawal itu tampak kewalahan.

Melihat Ghatan datang bersama kedua orang tuanya, Anjeli langsung berlari ke arah Ibunya dan meminta bantuan.

"Ibu tolong aku!" seru Anjeli penuh permohonan, memegangi lengan sang Ibu berharap mendapat pertolongan. "Mereka ingin membawaku pergi dari sini."

Eva justru melepaskan cekalan tangan Anjeli, menatap sang anak tanpa ekspresi membuat Anjeli kalut. "I-ibu ... Ibu tolong aku, kenapa Ibu seperti ini? A-ayah." Anjeli bingung, dia melirik sang Ayah berharap mendapat pertolongan darinya.

Namun justru Yuan malah mengemasi barang Anjeli, tak terlihat khawatir sama sekali disaat putrinya akan dibawa oleh mereka.

"Sudah kubilang apa, ayo menikah denganku," ujar Ghatan mengambil alih atensi Anjeli. "Apa kau tidak memikirkan bagaimana nasib keluargamu jika mereka diusir dari sini?" Ghatan bersedekap dada, menatap Anjeli miris. "Huh, seandainya kau menikah denganku maka keluargamu akan baik-baik saja."

"Aku tidak sudi!" Anjeli terus menolak dengan tegas.

Sifat Anjeli yang keras kepala membuat Ghatan menggeram, ia kesal dan tak bisa berlaku lembut lagi terhadap wanita ini. "Kau pikir aku melakukan ini bukan tanpa alasan? Situasimu akan semakin buruk jika kau terus menolak." Matanya melirik Yuan dan Eva bergantian. "Bahkan bukan situasimu saja, tapi situasi keluargamu juga. Akan tinggal di mana mereka setelah pergi dari sini? Pikirkanlah dengan benar, kau sudah diberi kehidupan oleh keluargamu tapi kau membalasnya seperti ini?"

Setelah bicara panjang lebar berharap Anjeli akan sadar dengan situasinya, yang didapat oleh Ghatan adalah sebuah tatapan lempeng tanda tak peduli dengan nasib yang akan terjadi pada hidupnya.

Rahangnya mengetat, raut wajahnya menunjukkan bahwa kesabarannya telah habis. "Ah, sial! Kenapa aku harus bicara sebanyak ini?" Ghatan sudah dongkol, ia pergi tanpa mendengar penyangkalan Anjeli. "Bawa dia bagaimanapun caranya, jika bisa dibius saja sekalian."

"HEI! KAU PIKIR AKU INI MAINAN MU!?"

"An..." Suara Ibu lirih, menahan Anjeli yang akan berlari mengejar Ghatan. "Ibu mohon menikahlah dengan tuan muda, memangnya itu merugikan mu?"

"Tapi Bu, masih banyak yang harus kulakukan. Jika aku menikah sekarang, bagaimana dengan kalian?" tanya Anjeli. "Aku tidak ingin menikah sebelum membahagiakan kalian berdua," tuturnya sungguh-sungguh.

Yuan selesai mengemasi barang-barang Anjeli yang sekiranya diperlukan. Dia berjalan menghampiri anak dan istrinya, menarik tangan Anjeli memberikan koper tersebut. "Sudahlah, An. Pergilah, ini yang terbaik untuk mu."

"A-apa kalian ingin membuang ku?" Anjeli menunduk, menahan air mata yang sudah di pelupuk mata. "Ibu ... Ayah ... aku sudah berjanji akan membuatkan rumah untuk keluarga kita. Bagaimana dengan kakak? Dia ingin—"

"AN!" Eva menjerit, ia mulai menangis sejadi-jadinya. "Ini yang terbaik untukmu, tolong bantu kami sekali ini saja, An. Kami sudah menghidupimu, dan sekarang giliran kau yang membiarkan kami hidup." Melihat sang anak terkejut, Eva menarik tangan Anjeli dan menggenggamnya. "Ibu sayang padamu, tapi Ibu pun ingin hidup tenang."

"Sebenarnya ada apa?" tanya Anjeli parau.

"Huh ... ini waktunya kau mengetahui semuanya." Yuan menarik napas, mengumpulkan tekad yang selama ini telah ia tahan. "Kau bukan anak kandung kami, An."

"A-apa maksudnya?"

Waktu seolah berhenti setelah Yuan mengatakan kalimat yang tak dapat dipercaya, Anjeli terpaku sesaat sebelum para pengawal itu akhirnya menarik Anjeli dengan paksa.

"ARGH! LEPASKAN AKU SIALAN!" Sekuat tenaga Anjeli memberontak. "AKU INGIN MENDENGARKAN PENJELASAN ORANG TUAKU DULU!"

"Tuan muda sudah menunggu anda di luar, nona."

"Ibu! Tolong katakan bahwa yang Ayah katakan tidak benar!" jerit Anjeli histeris, ia terus berteriak kepada orang tuanya tetapi mereka hanya diam saja. "Huhuhu, kenapa kalian tega sekali? Aku tidak peduli aku anak siapa, tapi tolong jangan buang aku seperti ini!"

Saat merasa pegangan para pengawal itu mengendur, Anjeli menyikut mereka."Argh! Aku bisa jalan sendiri, brengsek." Anjeli berhenti, menatap sedih ke arah orang tuanya yang hanya menundukkan kepala. Disaat para pengawal itu lengah, Anjeli mengambil kesempatan untuk berlari ke dalam rumahnya untuk mendengarkan penjelasan lebih jelas. Namun para pengawal itu lebih cepat menahan Anjeli.

"AH! LEPASKAN! AKU INGIN BICARA DENGAN MEREKA SEBENTAR SAJA!"

Anjeli terus meronta-ronta sampai di dalam mobil, bahkan dia memukul-mukul Ghatan tetapi Ghatan tidak mengindahkannya.

"Apa yang kau inginkan? Apa aku pernah melakukan kesalahan sampai kau tega melakukan ini kepadaku?" tanya Anjeli penuh penuntutan, rasa harap yang besar mendapat jawaban yang jelas. "Jika iya maafkan aku, jangan seperti ini ... aku harus mendengarkan penjelasan mereka, aku tidak bisa seperti ini." Anjeli sudah lelah, dia hanya bisa menutup wajah sambil menangis pasrah. "Huhuhu! Sialan, kau sama saja seperti ayahmu, tidak punya hati!"

Ghatan sama sekali tak menghiraukannya, bahkan pria itu tak melirik Anjeli barang sedetik.

Mendadak Ghatan teringat pada ucapan ayahnya tentang perjodohan dengan putri konglomerat, pemilik perusahaan ternama.

"Apa pun yang terjadi, kau harus menikah dengan Karina." Di meja kebesarannya Gama menatap Ghatan, ucapannya seakan tidak dapat menerima penolakan. "Jika kau menikah dengannya akan baik untuk perusahaan."

"Saya sudah bilang tidak ada keinginan untuk menikah."

"Anak kurang ajar!" bentak Gama bersamaan dengan tangan yang terkepal mengebrak meja. "Kakekmu diprediksi hanya bisa bertahan selama 4 bulan..."

Mengingat itu kepala Ghatan rasanya akan pecah. Dia mengurut keningnya, membuang napas kasar dan menoleh ke arah Anjeli tepat ketika wanita itu melontarkan pertanyaan.

"Kenapa kau memilih wanita sepertiku?"

Selang beberapa detik, Ghatan menjawab, "Kau ingin tahu kenapa aku memilihmu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status