공유

Bab 7

작가: Dwi Athafariz
last update 최신 업데이트: 2025-11-24 15:33:14

Lea membuka mata karna sinar matahari yang memasuki sela sela kamar lewat jendela, membuat silau mata Lea.

"Emmmpphhh..." Lenguh Lea sambil menggeliat.

"Sudah bangun!" Suara besar nan serak membuat Lea terjingkat sejenak sampai mengusap dadanya.

"Bisa pelan aja panggilnya" Protes Lea.

Ardian tak menggubris, dia berlalu ke lemari, mengambil satu setel pakaian untuknya bekerja.

Dengan wajah bantal Lea merapikan rambutnya asal dengan penjepit, memperhatikan Ardian yang bersiap bekerja.

"Mau kemana?" Kepo Lea.

"Kerja" Singkat Ardian menjawab sambil merapikan dasinya.

"Eeemm..." Lea mengangguk, benar saja hari ini adalah cuti menikah terakhirnya. "Aku boleh keluar?" Pamit Lea.

"Terserah"

"Oke.. Aku anggap jawabannya boleh" Lea bangkit dengan semangat empat lima yang tidak gentar oleh penjajah.

Ardian tak mempermasalahkan sama sekali jika Lea hendak pergi bermain ataupun kemana. Asalkan masih dalam hal yang wajar.

Mereka sama sama sudah bersiap dengan aktivitas masing masing.

"Mainkan peranmu" Ujar Ardian memberi aba aba pada Lea saat hendak turun tangga.

"Siap. Aman" Lea menggunakan jarinya membentuk oke. Ia bahkan langsung merengkuh lengan Ardian, membawanya dalam pelukan dan langsung menyunggingkan senyuman yang lebar.

Tak tak tak.. suara langkah kaki mereka turun, siapa yang mengira jika mereka hanya menikah di atas kontrak namun terlihat begitu mesra.

"Kalian mau kemana?" Tegur pak Gama ramah.

"Kerja, Lea mau main sama temennya" Jawab Ardian.

"Kalian baru menikah kemarin, kenapa nggak libur dulu? Honeymoon misalnya? Papa bisa pesankan tiket kalian"

"Tak perlu pah, bagi kami asalkan bisa berdua udah kayak honeymoon. Bener kan sayang?" Sungguh centil dan pintar sekali Lea memainkan perannya. Bahkan Ardian saja tidak menyangka Lea begitu luwes memanggilnya sayang.

"Heemm" Ardian mengangguk.

"Kamu itu Ardian. Berikan waktumu untuk istrimu, jangan sampai dia kesepian" Tutur pak Gama. Tahu sekali jika anaknya gila kerja.

"Gakpapa pah. Kalo Ardian sibuk, biar aku yang jemput ke kantornya" Imbuh Lea.

"Baiklah," Senyum pak Gama melihat menantunya begitu ceria.

Sedangkan di meja makan ada Tamara yang sudah mencengkram kuat rok yang sedang ia pakai. Menyimpan amarah dan cemburu bersamaan sungguh tidak nyaman.

Mereka pergi meninggalkan kediaman besar Gama.

"Sayang, lihat anak dan menantu kita. Mereka serasi kan?" Lembut pak Gama pada Tamara.

Meski pak Gama sudah memasuki usia enam puluhan, namun beliau masih cukup bugar. Tidak bau minyak gosok atau minyak angin layaknya engkong author. Pak Gama masih bau uang wangi juga parfum mahal dan barang mahal.

"Aku.. Aku agak pusing sayang. Aku ke kamar dulu ya" Pamit Tamara.

"Perlu aku panggil dokter?"

"Nggak usah, kayaknya istirahat saja sudah cukup" Tamara berlalu masuk ke kamar.

'Ciihh dasar tua bangka! Kapan sih gue bisa lepas dari lo. Dan kamu Ardian, tunggu saja, aku pasti membuat kamu bertekuk lutut kembali padaku' gumam Tamara.

Di dalam mobil Lea dan Ardian.

"Permainan yang bagus, selanjutnya jangan sampai mengalah" Ujar Ardian.

"Mengalah? Laah emang aku bersaing sama siapa?" Bingung Lea.

"Ingat! Kamu istri sahku di mata hukum. Jadi jangan mempermalukan aku" Ujar Ardian.

"iya iya.. aku inget" Lea memutar bola matanya malas.

~~**~~

Lea yang kini sedang bersama Gisel menghabiskan waktu cutinya yang hanya tinggal sehari saja. Bahkan Gisel sampai rela mengambil jatah libur yang ia percepat demi bisa menemani sahabatnya ini.

"Huufftt.. Buset panas banget" Gisel mengibas ngibas rambutnya karna cuaca yang memang bisa tiba tiba panas, namun bisa juga tiba tiba hujan.

"Niih biar gak gerah" Lea menyalakan kipas mini portable dan di arahkan ke Gisel.

"Gini dong lega" Senang Gisel. "Gue fikir lo bakal galau, apalagi lihat si Arman nikah sama Sari kedelai itu" Kesal Gisel mengingat dua insan yang menyakiti sahabatnya bersama.

"Ngapain gue galau? Mereka nikah karna udah gol duluan"

"Serius lo Le? Wooaaa.. Amazing, ganas juga tuh pisang Arman"

"Pisang segede jempol gue niih niih segini" Adu Lea menunjukkan jempolnya yang mini.

"Haa haa... Apa nggak cuma buat geli gelian doang itu" Gisel tertawa dengan begitu lantang.

"Lo nggak tahu aja si Sari gimana brutalnya"

"Harusnya lo video, mayan buat bahan ghibah setahun ke depan" Gisel menaikkan alisnya. Namun tatapan Gisel teralih pada cincin yang melingkar di jari manis Lea. "Lo katanya gagal kawin, ngapain lo pake cincin nikah?" Imbuh Gisel.

Lea meringis, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sungguh bingung hendak bagaimana menjelaskan pada Gisel.

"Ini emang cincin kawin"

"Pfffttt.... " Gisel bahkan sampai hampir tersedak. "Lo kawin sama siapa? Juragan empang yang mana kawan" Gisel seperti tidak percaya.

"Lo inget gue punya hutang satu juta dollar gara gara beli burung yang aaahhh sssttt" Lea tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Jangan bilang.. Lo jual diri ke rentenir buat bayar hutang!" Tebak Gisel.

"Amit amit.. " Lea mengetuk dahinya sendiri. "Dia mau bawa gue ke meja hijau kalo gue nggak bayar, dan solusi kedua... Gue harus nikah kontrak sama dia sampai hutang gue lunas"

"WHAT!" syok Gisel. Sungguh di luar nalarnya.

"Dia cukup bertanggung jawab ya meski agak ketus" Bisik Lea.

"Lea.. Jangan karna lo di sakitin sampe gini? Lo nggak takut tiba tiba dia jual ginjal lo? Jual jantung lo?"

"Gue malah di kasih nafkah, di ajak pulang ke rumahnya"

"Kasih gue waktu buat mencerna" Gisel memegang kepalanya yang berdenyut.

"Dia emang suka omong ketus, tapi selebihnya dia baik sama gue. Kita cuma nikah kontrak, harus pura pura di depan orang tuanya" Jelas Lea.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Satu Juta Semalam   Bab 7

    Lea membuka mata karna sinar matahari yang memasuki sela sela kamar lewat jendela, membuat silau mata Lea. "Emmmpphhh..." Lenguh Lea sambil menggeliat. "Sudah bangun!" Suara besar nan serak membuat Lea terjingkat sejenak sampai mengusap dadanya. "Bisa pelan aja panggilnya" Protes Lea. Ardian tak menggubris, dia berlalu ke lemari, mengambil satu setel pakaian untuknya bekerja. Dengan wajah bantal Lea merapikan rambutnya asal dengan penjepit, memperhatikan Ardian yang bersiap bekerja. "Mau kemana?" Kepo Lea. "Kerja" Singkat Ardian menjawab sambil merapikan dasinya. "Eeemm..." Lea mengangguk, benar saja hari ini adalah cuti menikah terakhirnya. "Aku boleh keluar?" Pamit Lea. "Terserah" "Oke.. Aku anggap jawabannya boleh" Lea bangkit dengan semangat empat lima yang tidak gentar oleh penjajah. Ardian tak mempermasalahkan sama sekali jika Lea hendak pergi bermain ataupun kemana. Asalkan masih dalam hal yang wajar. Mereka sama sama sudah bersiap dengan aktivi

  • Satu Juta Semalam   Bab 6

    Pov Ardian. Di sela sela kesibukannya dia selalu memprioritaskan sang kekasih yang amat dia cintai, siapa lagi jika bukan Tamara. Ardian menaikkan tangannya sebagai tanda jeda sementara saat rapat, kenapa lagi jika bukan karna Tamara mengubunginya. "Kemana aja? Kok nggak angkat telpon?" Sela Tamara manja di ujung panggilan. "Aku masih ada rapat," Jelas Ardian berharap kekasihnya mengerti. "Aku lagi di mall, mau bayar tas tapi kamu malah nggak angkat. Aku malu ini" "Ya sudah, aku transfer sekarang' "Beneran ya, aku tungguin" Senang Tamara yang saat ini sedang di kasir salah satu store tas brand. "Iya" Ardian mematikan sambungan telpon, segera mengirim uang pada sang kekasih. Baginya uang bukan suatu masalah asalkan Tamara bisa mencintainya. Namun sayangnya Tamara yang rakus dan merasa kurang dengan Ardian selalu membandingkan dengan pria lain. "Lihat tuh, sugar daddy. Kartunya aja black card, kalo lo sama dia pasti terjamin" Bisik sang teman menunjuk seorang p

  • Satu Juta Semalam   Bab 5

    Malam hari, kediaman sebesar dan semegah ini namun bisa bisanya begitu sunyi. Bahkan lampu yang menyala saja sudah remang remang. Lea berjalan mencari dimana Ardian, sejak kepulangannya mereka tadi bahkan dia tak melihat Ardian sama sekali. Sampai dia menemukan kepulan asap dari arah balkon kamarnya. Benar saja rupanya Ardian sedang bersandar di pagar balkon sembari menyesap sebatang rokok. Lea mendekat sembari mengibas asap rokok itu dengan tangannya. Ardian mengetahui kedatangan Lea, hanya saja dia tidak berkutik sedikitpun. "Ngapain disini? Nggak dingin?" Lea membuka percakapan."Ada apa katakan!" Jawab Ardian ketus. Lea merasa jika Ardian memiliki kepribadian yang unik, terkadang bisa cukup baik. Namun tak jarang sangat dingin seperti saat ini. "Aku boleh kerja kan besok?" "Itu urusanmu" Santai Ardian menyesap kembali rokok di tangannya. Meniupkan asap ke atas sembari mendongak. Gleeekk... Lea menelan ludahnya melihat jakun Ardian yang sangat menggoda, naik turu

  • Satu Juta Semalam   Bab 4

    "Jadi... pria seperti itu yang dulu mau kamu nikahi" sindir Ardian pada Lea. Belum tahu saja jika dia sedang mengusik wanita yang sedang patah hati. "Tutup mulutmu jika hanya ingin membahas pria brengsek itu" Lea mencengkram botol minum di tangannya sampai ringsek. "Ardian meringis, rupanya dia menikahi wanita yang bukan menye menye, cukup menarik batinnya. "Ayo aku antar pulang, segera kemasi barangmu""Piulang?" Lea baru sadar jika dia akan berpindah tempat tinggal. Sesampainya di depan kontrakan Lea. "Kembali Ardian mengedarkan pandangan, barulah dia sadari secara detail kamar yang berisi lemari plastik juga hanya ada sebuah selimut yang di gunakan tidur, juga beberapa peralatan dapur meski hanya beberapa bijirmu tidur hanya memakai ini?" tanya Ardian memicingkan mata seakan tak percaya di dunia ini ada orang yang tidur tanpa alas kasur yang empuk. "Baru semalam, kasur dan bantalku aku bakar!" jawab Lea berapi api. "Bakar?"Lea menghentikan sejenak kegiatannya mengemas ba

  • Satu Juta Semalam   Bab 3

    Sesampainya di kontrakan yang hanya beberapa meter itu dia sudah membayangkannya hendak merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Namun sepertinya Lea melupakan jika dia sudah membakar habis kasur miliknya. "Sial... gue jadi nggak ada kasur. Kenapa gue bakar kasur gue? Haiissshh.. harusnya gue bakar mereka hidup hidup di atas kasur" Lea mencengkram tangannya, mengepalkan kesal. Harusnya hari ini dia sudah bersiap untuk pernikahannya esok hari. Tangannya bermain dengan lincah di layar pipih itu, mengirim pesan satu persatu mulai dari decoration, catering, MUA, bahkan semua vendor dia batalkan. Tak peduli dengan segala DP yang sudah dia berikan, atau berapa banyak dana yang dia keluarkan. "Tabungan gue udah habis-habisan buat bantu kerjaan si musang! Sekarang habis juga buat beli burung premium.. Aaahhhh Lea, dosa apa yang udah gue perbuat""Ya Tuhan, maafkan hambamu ini. Sudah berbuat nikmat nan dosa" Gumam Lea mendongak dengan tangan menengadah ke atas meski dia sendiri bukan insan

  • Satu Juta Semalam   Bab 2

    Di sebuah bar salah satu kota Jogjakarta, dentuman musik yang mengusik telinga, saling bersinambung dengan lampu lampu yang gemerlap. Bau alkohol di segala sisi, bunyi gelas yang bersentuhan sudah menjadi hal wajar disana. Wanita dan pria menari nari mengikuti alunan musik, melenggak lenggokkan tubuh seakan melepas beban.Demikian juga dengan Lea yang ikut menari nari di bawah lampu gemerlap, hanya mengikuti alunan musik tak ada gerakan khusus. "Mau?" Tawar seorang pria menyodorkan minuman beralkohol dalam gelas."Gue nggak minum" Tolak Lea menggelengkan kepala. "Coba dikit aja" Pria itu masih mencoba untuk memaksa Lea. "Sorry" Lea akhirnya memilih undur diri, duduk di sebuah meja bar. "Bagi minuman yang non Alkohol" Ujarnya pada bartender. "Kenapa nggak ke cafe mbak? lagi galau ya?" tebak bartender melihat wajah muram Lea. "Ya gitu" Lea mengangguk. "Have fun aja mbak, pria itu harus di imbangi" Bartender itu memberikan minuman pada Lea yang tidak memiliki kadar alkohol. "Ben

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status