Share

Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah
Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah
Penulis: Wisdan

Bab 1

Penulis: Wisdan
Seluruh Divisi Khusus Kepolisian tahu, Zaki Sadam adalah ahli negosiasi krisis paling profesional. Di saat genting antara hidup dan mati, dia bisa dengan mudah meruntuhkan pertahanan psikologis seseorang.

Namun, hanya terhadap air mata Cindi Wiryo, dia benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.

Semua orang berkata, Zaki mencintai Cindi setengah mati, seolah-olah dia rela memberikan bintang dan bulan untuk Cindi.

Namun, hanya Cindi sendiri yang tahu bahwa cinta sejati Zaki bukanlah dirinya.

Pada hari cinta sejati itu kembali ke Tambar, Cindi menerima kabar bahwa Zaki mengalami kecelakaan di tengah hujan deras pada malam hari. Dia keluar rumah dengan perasaan panik, tetapi mengalami kecelakaan mobil dan keguguran di tengah perjalanan. Padahal kandungannya sudah memasuki usia empat bulan.

Zaki datang dari acara penyambutan cinta sejati itu dengan tergesa-gesa, dengan suara bergetar dia berkata, "Itu hanya permainan saat mabuk, kenapa kamu anggap serius?"

Saat tubuh dan hatinya masih sakit, Cindi kembali mendengar Zaki yang memaksakan diri untuk berkata dengan tenang, "Nggak punya anak sekarang juga lebih baik. Pekerjaanku membuatku punya terlalu banyak musuh. Kalau punya anak, malah bisa dijadikan alat untuk mengancamku."

Kalimat itu seakan menyayat hatinya, tetapi Cindi tak bisa membantah.

Hari kesepuluh setelah cinta sejati itu pulang, Cindi memergoki mereka berdua di ruangan yang sama dan terlihat sangat dekat. Dengan mata memerah, Zaki menggenggam tangan Cindi sambil berjanji, "Cindi, percayalah padaku. Kami hanya rekan kerja, saat ini sedang membahas suatu kasus."

Cindi tak membalas. Dia hanya berbalik dan pergi dengan tenang.

Pada hari ke-60 sejak cinta sejati itu kembali, seorang penculik menodongkan pisau ke leher Cindi, lalu menyeringai ke arah Zaki sambil berkata, "Tuan Negosiator, kau harus memilih antara istrimu dan kekasihmu!"

Zaki tampak sedih, tetapi dia menjawab dengan jelas dan tegas,

“Sukma lulusan luar negeri dan punya keahlian tinggi, kepolisian membutuhkannya.”

Pada saat itu, Cindi hanya bisa menatap Sukma berlari ke pelukan Zaki, sementara penculik yang kalap menusuknya enam kali.

Cindi koma selama dua bulan. Saat bangun, hal pertama yang dia lakukan adalah membawa surat nikah ke markas dan mengajukan perceraian.

Namun bukan kepastian perceraian yang dia dapatkan, melainkan pertanyaan dari petugas yang tampak kebingungan.

"Bu Cindi, Anda dan Pak Zaki … tidak pernah menikah. Apa surat nikah ini palsu?"

Cindi mengira dirinya salah dengar. Surat nikah yang sudah dia simpan selama enam tahun dan pernikahan yang dia pikir nyata dan bahagia, ternyata palsu?

"Nggak mungkin. Tolong cek lagi. Kami sudah menikah selama enam tahun .…"

Petugas itu menatapnya penuh keraguan, namun tetap memeriksa di sistem lagi. Setelah berkali-kali mengecek, petugas itu berkata dengan nada serius,

"Bu, membuat dokumen palsu itu melanggar hukum, tapi saya akan menganggap Anda hanya sedang bercanda."

Cindi berdiri terpaku. Dia menatap foto di surat nikah, yang memperlihatkan mereka berdua berdampingan dan tersenyum, membuatnya merasa semuanya tak masuk akal.

Mengingat kini Sukma telah kembali, ia tak lagi buta.

Zaki bersedia pura-pura menikah demi menutupi kenyataan bahwa dia sedang menunggu wanita yang dia cintai kembali.

Begitu Cindi kembali ke rumah sakit, Zaki langsung datang menghampiri dengan wajah khawatir, "Cindi, kamu belum benar-benar sembuh, kenapa kamu asal pergi saja?"

Namun, Cindi menepis tangan Zaki dan terus berjalan.

Zaki menatapnya lama, lalu berkata, "Kamu masih marah padaku? Tapi kamu tahu ‘kan, sejak aku memilih profesi ini, negara dan rakyat jadi prioritas utama.

Apalagi, Sukma juga terluka waktu mencoba menyelamatkanmu."

Cindi menatap suami yang sudah bersamanya selama enam tahun itu, tapi sekarang terasa sangat asing.

Ya, karena Zaki memang tak pernah benar-benar mengenalnya.

"Benar. Dia terluka dan menjadi pahlawan. Lalu aku apa? Hanya orang bodoh yang tak tahu diri."

Cindi menggenggam erat surat nikah di sakunya, matanya mulai berkaca-kaca.

Zaki, bagimu aku ini apa? Hanya pelarian sementara saat menunggu Sukma kembali?

Cindi menghindarinya, lalu kembali ke kamar.

Dia tidur karena kelelahan dan terbangun saat sudah sore. Tidak lama kemudian, seorang polisi dan rekan kerja Zaki, datang mengantarkan makanan.

Pria itu tidak langsung pergi. Dia tampak ragu, lalu berkata,

"Seharusnya Kak Cindi nggak marah ke Kak Zaki. Kamu hanya berprasangka buruk pada kami."

Cindi belum sempat menjawab, polisi itu sudah berkata dengan penuh emosi lebih dulu.

"Memang benar, Nona Sukma pernah membuat kesalahan besar saat misi penyelamatan ibumu. Tapi kami hanya manusia biasa, Kak. Kami mempertaruhkan nyawa tiap kali bertugas, tapi nggak bisa menjamin semuanya akan aman seratus persen!"

"Kamu nggak boleh membenci Nona Sukma karena hal itu. Itu namanya nggak adil! Lagi pula, setelah kejadian itu Nona Sukma langsung dapat sanksi berat dan dikirim ke luar negeri. Butuh usaha besar untuk bisa kembali ke sini."

Mendadak, kepala Cindi terasa kosong.

Enam tahun lalu, ibunya menjadi sandera dalam kasus perampokan bank.

Dalam proses negosiasi, seorang negosiator wanita muda bertindak gegabah dan justru membuat penculik marah hingga membunuh sandera.

Setelah itu, Cindi dengar bahwa negosiator itu dihukum. Keluarga Cindi pun menerima kompensasi negara. Baru setelah itu, Zaki masuk ke hidupnya.

Jadi, negosiator itu Sukma?

Dan Zaki, hanya berusaha menebus kesalahan orang lain?

Cindi tak bisa mendengar apa pun lagi. Dia bahkan tak sadar kapan polisi itu pergi.

Dia duduk lama, diam dalam kehampaan. Lalu perlahan mengangkat ponsel dan menghubungi satu nomor.

Begitu tersambung, dia mendengar suaranya sendiri. Dia berkata dengan sangat tenang, bahkan terlalu tenang, "Cindi menerima tugas dari markas. Siap bertugas kapan saja."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah   Bab 22

    Raut wajah Zaki tiba-tiba berubah bengis dan penuh amarah. Dia menatap Cindi dan berteriak keras, "Apa kamu jatuh cinta padanya? Sekarang kamu menjadi kekasihnya? Kamu mau menikah dengannya?"Setiap pertanyaan yang dia ucapkan membuat matanya makin merah.Cindi menarik napas dalam, lalu menatapnya dingin.Cindi berkata, "Apa urusannya denganmu? Sekarang pergi!"Zaki membalas dengan suara lantang, "Kenapa? Padahal dulu orang yang paling kamu cintai adalah aku!"“Dilarang berteriak di rumah sakit!” Beberapa dokter dan perawat segera menghampiri dengan wajah kesal sambil berkata, “Pak, silakan keluar sekarang!”"Katakan, Cindi!"Zaki seakan sudah kehilangan kendali. Dia dengan cepat melangkah ke depan, hendak menarik tangan Cindi. Namun, tidak lama kemudian, pergelangan tangannya dikunci kuat oleh seorang petugas kepolisian. Dengan wajah dingin, polisi itu menunjukkan identitasnya."Zaki, Anda diduga terlibat langsung dalam kecelakaan ini. Mohon kerja sama Anda untuk penyelidikan."Cindi

  • Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah   Bab 21

    Cindi melangkah keluar dari ruangan, menatap bunga mawar merah cerah di tangannya, lalu berkata pelan, "Sebenarnya, kamu nggak perlu sengaja sampai seperti itu untuk membuat memancing emosinya."Leo membuka kancing atas seragam militernya dan menjawab dengan santai,"Memangnya nggak boleh kalau aku hanya ingin memberimu bunga?""Boleh." Cindi tersenyum kecil, dia melanjutkan, "Tapi aku tetap mau bilang, sekarang aku nggak perlu lagi cinta dari siapa pun untuk membuktikan nilai diriku."Leo sempat terdiam, lalu tersenyum hangat. "Itu hal yang bagus.""Aku sudah bisa menyelamatkan diriku sendiri." Setelah mengatakannya, raut wajah Cindi terlihat damai. Awan mendung yang selama ini membayangi dirinya akhirnya sirna.Leo menatapnya dan melangkah mendekat, tapi tetap menjaga jarak yang pas."Tapi ... kamu nggak perlu menolak beberapa hal yang indah dalam hidup ini, ‘kan?"Leo menunjuk ke arah mawar di tangan Cindi dan berkata, "Seperti bunga ini, dia nggak akan jadi beban atau belenggu hany

  • Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah   Bab 20

    Cindi langsung pergi ke markas dan melaporkan Zaki dengan nama asli atas tuduhan melindungi penjahat dan melalaikan tugas serta kedisiplinan.Cindi memulihkan rekaman pengawasan di tangga dan langsung menjadikannya sebagai bukti langsung.Rekaman pengawasan dengan jelas menunjukkan Sukma mendorong Cindi hingga jatuh, sementara kesaksian Zaki saat itu menyatakan bahwa dia menyaksikan Cindi jatuh sambil mendorong Sukma.Cindi baru saja memberikan kontribusi besar dan tak seorang pun berani mengabaikan tuntutannya. Komandan langsung mengeluarkan perintah untuk segera menyelidiki masalah tersebut dan Zaki pun segera terkendali.Zaki tidak pernah tahu bahwa Cindi memiliki kemampuan seperti itu. Dia terkejut sekaligus sedih.Namun, Zaki tidak dapat membantah. Memang dialah yang menyakiti Cindi demi Sukma saat itu, dia sudah dibutakan oleh Sukma."Zaki, apa lagi yang ingin kamu katakan?"Zaki memejamkan mata, raut wajahnya dipenuhi kepahitan dan rasa sakit."Tidak ada."Dadanya seakan telah d

  • Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah   Bab 19

    Upacara pemberian penghargaan jauh lebih megah dari yang dibayangkan oleh Cindi. Misi yang mereka jalankan kali ini benar-benar luar biasa sukses. Dia berdiri di atas panggung bersama Leo dan yang lainnya, dengan medali kehormatan yang berat menggantung di pundaknya.Terdengar tepuk tangan bergemuruh dari bawah panggung. Di barisan paling depan, duduk kakaknya di atas kursi roda, bertepuk tangan sekuat tenaga dengan mata yang basah oleh air mata.Cindi tiba-tiba merasa ingin menangis.Dia seperti melihat bayangan ayah dan ibunya tidak jauh dari sana, berdiri dengan senyuman penuh kebanggaan di wajah. Cindi berkata dalam hati, “Aku nggak terus-menerus berjalan di jalan yang salah. Sekarang, apa kalian masih bisa merasa bangga padaku?”Komandan dan panglima berjabat tangan serta memeluknya. Setelah upacara selesai, Cindi menolak dengan halus ajakan ke pesta perayaan dan memilih berjalan sendirian di sepanjang jalan.“Cindi!”Suara yang sangat familiar itu menghantamnya seperti peluru. Ci

  • Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah   Bab 18

    Saat Cindi menutup laptop-nya, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang memekakkan telinga dari belakangnya.Pada detik berikutnya, pergelangan tangannya ditarik dan dia langsung terlindungi dalam pelukan seseorang dengan tubuh yang lebar dan kokoh.Tanpa sempat berpikir panjang, dia segera berkata, “Sudah selesai, arah pukul dua!”Setelah keluar dari rumah sakit bersama sandera, mereka berencana kembali ke negara asal. Namun, di tengah jalan mereka disergap. Setelah Cindi berhasil membobol sistem gangguan sinyal, dia segera menemukan celah untuk menerobos.Begitu ucapannya selesai, Leo langsung menyesuaikan komando dan bergerak cepat.Kapal tempur mereka menerobos pengepungan layaknya pisau tajam membelah air, meninggalkan kobaran api pertempuran di belakang.Suara dari alat komunikasi terdengar, “Lapor komandan, kapal penyelamat sudah terhubung! Selamat datang kembali!”“Selamat datang di rumah!”Cindi terengah-engah. Lalu karena tak sanggup menahan lelahnya, dia akhirnya jatuh terdudu

  • Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah   Bab 17

    Seminggu kemudian, penyelidikan terhadap Sukma selesai sepenuhnya dan polisi menyerahkan hasilnya kepada Zaki.Tatapannya terlihat rumit, tetapi Zaki tidak peduli dengan hal lainnya.Sukma mengakui semua yang diketahuinya dan berdasarkan ceritanya, sebuah tim khusus dikerahkan untuk menangkap semua organisasi bawah tanah yang belum melarikan diri.Sukma hanyalah bidak catur kecil, dengan tujuan melemahkan pertahanan Zaki, seorang ahli negosiasi krisis di markas tersebut, dan mengambil keuntungan bagi mereka.Bahkan memasang bahan peledak di kapal pun, juga mereka perintahkan pada Sukma.Zaki tiba-tiba berdiri, kursinya terjatuh dan mengeluarkan suara keras di lantai. Tanpa ragu, dia bergegas keluar pintu.“Aku ingin bertemu Sukma!”Sukma bahkan lebih lesu daripada terakhir kali Zaki melihatnya, dengan tatapan kosong seperti boneka. Zaki langsung menyerbu, meraih Sukma, dan berteriak, "Di mana Cindi?" Sukma bereaksi perlahan, melirik Zaki sejenak sebelum berkata dengan suara serak, "K

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status