Home / Romansa / Satu Miliar Untuk ART / Bab 5. Tuduhan Kejam

Share

Bab 5. Tuduhan Kejam

Author: UmiPutri
last update Huling Na-update: 2025-02-14 12:52:36

"nama yang bagus, Zahir bin Malik nama anak ini," ujar Udin sambil menatap bayi yang ada dalam gendongan Titin, istrinya.

"Iya, nama yang bagus. Ibu setuju sekali, tapi....." Titin menghentikan ucapannya.

"Tapi apa Bu?" Tanya Nilam cepat.

"Nama anak-anak kita kan awalannya huruf "N". Alangkah baiknya nama anak ini juga awalan nya dari huruf itu," jawab Titin sambil terkekeh.

"Bagaimana kalau Nizam bin Malik?" Nia adiknya Nilam mengajukan usul.

"Nah itu bagus, nama yang sangat bagus," tukas Udin.

"Ya sudah namanya Nizam bin Malik saja," akhirnya mereka setuju, nama bayi ini jadinya Nizam bin Malik bukan Zahir bin Malik.

"Bu, besok Nilam ke bank dulu ya. Atau ke ATM dulu, terus untuk beli motor sama mobil setelah selesai acara syukuran saja. Satu-satu dulu saja," Nilam mengajukan usul.

"Sebaiknya begitu, satu-satu dulu lah. Baru setelah acara syukuran selesai. Kita renovasi rumah beserta kendaraan," Udin setuju dengan usulan Nilam, begitu pula dengan Titin. Karena syukuran aqiqah Nizam lebih utama dibandingkan dengan yang lainnya.

"Kita beli dulu 2 ekor kambing, mungkin lusa kita baru bisa syukuran. Besok juga Ibu harus belanja kan mempersiapkan hidangan untuk acara syukuran," ucap Nilam.

"Iya, Tapi sebaiknya Bapak minta satu atau dua hari lah, untuk mempersiapkan acara syukuran Nizam," Udin meminta waktu.

"Baiklah," Nilam setuju dengan usulan kedua orang tuanya.

Baru saja Nilam bangkit dari tempat duduknya, terdengar suara seseorang dari arah pintu masuk.

"Bayi siapa itu?" Ternyata uwak nya Nilam, kakak dari ayahnya.

Semua orang menoleh ke arah Ratmi, yang sudah berdiri tegak di ambang pintu, matanya menatap tajam ke arah bayi yang digendong Titin.

"Ini...." Ucapan Udin langsung dipotong sama Ratmi.

"Itu bayi h***m kan?" Tanya Ratmi dengan suara keras.

Nilam langsung emosi, hatinya tidak terima dengan ucapan uwaknya.

"Jaga mulut uwak! Ini bukan anak yang seperti uwa katakan tadi! Anak ini adalah anak majikanku!" Sentak Nilam.

"Bohong! Aku mendengar gosip dari Tetangga. Kamu kembali ke kampung ini! Karena kamu sudah menikah siri dengan bos kamu! Dan kamu jadi istri keduanya! Kamu sengaja menyembunyikan anak ini, karena tidak mau diketahui sama istri pertama bos kamu!" Mulut Ratmi nyerocos tidak berhenti.

"Astagfirullah Wak! Itu gosip dari mana! Suruh tetangga Wak ke sini! Bicara langsung dengan saya! Jangan bikin gosip sembarangan, atau menyebar fitnah! Bisa-bisa saya melaporkan kalian ke kantor polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik!" Ternyata Nilam bisa melawan juga.

Ratmi nyalinya langsung menciut saat mendengar dirinya akan dilaporkan ke polisi.

"A___aku cuma mendengar dari tetangga Nilam," ucap Ratmi gelagapan.

"Makanya Wak, Jangan suka mendengar omongan dari salah satu pihak. Toh Uwak kan bukan siapa-siapa, Uwak kan keluargaku, kakakku juga. Kita bukan orang lain wak," Udin sengaja memanggil Ratmi sama dengan anak-anaknya.

"Masuk dulu Wak, kita bicara baik-baik. Biar jelas semuanya, kita tidak jadi salah paham, tidak terjadi fitnah dan tidak tuduhan satu dan lainnya," Titin langsung mempersilahkan kakak iparnya untuk masuk ke dalam rumah.

Wajah Ratmi terlihat ragu dan malu, tapi kemudian masuk ke dalam rumah dan duduk di dekat Titin.

"Kalau memang Uwak ingin tahu cerita yang sebenarnya, nanti Nilam yang bercerita. Mana mungkin kami mempermalukan keluarga Wak. Ini sebenarnya anak majikan Nilam yang dititipkan, karena kedua orang tuanya sedang pergi ke luar negeri. Majikan Nilam mempercayakan anak ini untuk dirawat sampai mereka kembali lagi ke Indonesia," Udin tidak mengatakan hal yang sebenarnya, tidak mungkin menjelek-jelekkan majikan dalam di depan Ratmi walaupun kakaknya sendiri.

"Betul apa yang dikatakan bapak, bayi ini bayi majikan Nilam Wak, karena tidak mungkin dibawa ke luar negeri, bayi ini alergi dengan cuaca dingin. Sedangkan di luar negeri mulai musim gugur, sebentar lagi mulai musim salju. Jadi kondisi bayi ini sangat rentan dengan cuaca di sana, bisa dikatakan tidak cocok," tambah Nilam.

Akhirnya Ratmi percaya dengan penjelasan dari adiknya. " Baiklah, nanti saya akan menjelaskan bila ada yang bertanya sama saya, tentang bayi yang dibawa Nilam," ucap Ratmi.

"Rencananya kami akan mengadakan acara syukuran, kalau Uwak tidak keberatan Dan ada waktu luang. Tolong Uwak datang ke sini, tidak membantu juga tidak apa-apa, yang penting gua datang ke sini. Kemungkinan dua hari lagi kami akan mengadakan acara syukuran. Semua biaya sudah ditanggung sama majikan Nilam," ucap Udin.

Ratmi langsung berbinar wajahnya, kalau untuk acara syukuran, pasti paling terdepan. Karena tentu saja di acara itu banyak makanan, yang bisa dibawa pulang oleh Ratmi ke rumahnya.

"Kalau untuk masalah itu mah, Aku pasti datang dong," ucap Ratmi.

Nia dan Nino langsung mencebikkan bibirnya. Karena sudah tahu sifat uwaknya itu bagaimana.

Tetapi yang namanya mulut tetangga masih saja ada yang nyinyir. Yang namanya gosip panas zaman sekarang, tidak di kota atau di kampung, pasti seperti itu selalu menjadi trending topic bagi ibu-ibu yang suka sekali bergosip.

"Aku benar-benar tidak menyangka, kalau si Nilam itu punya anak dari anak majikannya. Memang wajah dia cantik, pasti si majikan laki-lakinya kecantol sama si Nilam. Tahu-tahu dia pulang ke rumah sudah membawa bayinya," ucap salah seorang Tetangga.

Mereka sedang menggosipkan Nilam di warung, saat sedang berbelanja sayuran.

"Wah, berarti Pak Udin sama Bu Titin punya cucu dong," tukas yang lainnya.

"Ah, cucu h***m. Karena aku tahu si Nilam itu pasti hamil di luar nikah, lu disembunyikan sama majikan laki-lakinya. Sudah lahir disuruh pulang ke sini, ibu-ibu tahu tidak. Kemarin dia diantar sama mobil mewah, kapan Aku melihat beberapa peralatan bayi yang cukup mewah. Nilam tinggal di sini juga tidak masalah, dan untuk biaya kan zaman sekarang gampang bisa ditransfer," cerocos Ibu Ratih tetangganya Titin.

"Ah yang benar saja bu Ratih, bagaimana kalau gosip itu tidak benar?" Tanya ibu Nani.

"Lho, saya ini paling tahu urusan orang. Saya ini kan suka update di media sosial, jadi semua gosip orang saya tahu!" Jawab bu Ratih dengan nada ketus, yang tidak terima dengan ucapan Bu Nani.

"Iya, hati-hati bu Ratih. Mulutmu adalah harimaumu, seandainya berita ini tidak benar. Terus keluarga Nilam tidak terima, bagaimana coba? Terus ibu dilaporkan polisi mau?" Tanya seorang ibu-ibu yang berdiri di dekat Bu Nani.

"Hei!! Mana mungkin saya menyebarkan berita bohong! Jelas-jelas kemarin saya melihat si Nilam itu diantar dengan mobil mewah, juga ikut kemarin! Jadi mana mungkin saya bohong!" Bu Ratih masih tidak terima dengan ucapan tetangganya.

"Permisi!______"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 6. Kebencian berujung ramah

    Mereka menoleh ke arah sumber suara, ternyata Titin datang untuk berbelanja. Mereka semua diam, mulutnya langsung terkunci, mereka menatap Titin dengan wajah bersalah. Karena orang yang digosipkan berada di hadapan mereka. "Kenapa tidak dilanjutkan lagi omongannya ibu-ibu. Silakan lanjutkan lagi, saya ke sini untuk belanja sayuran," ujar Titin, tangannya sibuk memilih-milih sayuran beserta lauk yang lainnya. Ibu-ibu langsung melempar pandangan, mereka merasa malu dengan omongan Titin. Karena tadi mereka begitu bersemangat menggosipkan keluarganya. "Eh, Maaf Bu Titin. Tadi kami memang membicarakan Nilam. Karena jujur saja, kami merasa kaget. Karena tahu-tahu anak ibu pulang membawa seorang bayi. Ingin bertanya sama ibu rasanya sungkan," akhirnya Bu Nonik menjelaskan apa yang sebenarnya dibahas sewaktu tadi. Tapi perkataan Bu Eti yang pasti menyakiti hati keluarga Bu Titin, tidak dibicarakan kembali. Bu Nonik berhati-hati menyampaikannya. "Oh, memang benar. Anak saya pulang membaw

    Huling Na-update : 2025-04-04
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 7. Mulai Terkuak

    "Eh, iya Mas," wajah Belda terlihat panik, saat melihat kedatangan Alex suaminya. Dia buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Seorang pria tampan yang duduk di hadapan Belda menatap ke arah Alex. Belda langsung berjalan mendekati suaminya."Siapa laki-laki itu?" Tanya Alex sambil menatap tajam ke arah pria yang duduk di hadapan Belda."Dia, eh, anu, dia. Oh ya, temanku Mas," jawab Belda gugup.Alex menautkan kedua alisnya heran, hatinya mulai curiga dengan jawaban Belda yang terlihat gugup. Pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Alex, dia tersenyum ramah sama Alex."Kenalkan, saya sahabatnya Belda. Kebetulan kami bertemu di sini, kerjaan Saya seorang fotografer," si pria itu mengulurkan tangannya. Alex terlihat ragu-ragu mengulurkan tangannya, selalu menyambut uluran tangan pria itu, sambil menyebutkan namanya. "Alex, suaminya Belda.""Perta, Perta Cristian.""Mari kita duduk-duduk dulu, Belda belum selesai pemotretannya," Perta mengajak Alex untuk

    Huling Na-update : 2025-04-04
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 8. Sebuah Pengakuan

    Alex tidak bisa menikmati keindahan malam ini, hatinya sakit setelah melihat kenyataan kalau istrinya berselingkuh. Di dalam foto itu jelas-jelas istrinya sedang berada di sebuah kamar hotel dengan sahabatnya sendiri. "Kenapa hidupku bisa seperti ini? Apa salahku sama Belda? Padahal aku sudah menuruti segala keinginannya, sampai-sampai aku tega meninggalkan anakku sendiri. Bahkan anakku sekarang ada di bawah pengasuhan seorang art," Alex terus aja beli celoteh di dalam hatinya.Di wajahnya terlihat guratan penyesalan. Malam yang indah di kota Paris ini, seharusnya dilewati Alex dengan penuh kebahagiaan. Tapi sebuah kenyataan pahit yang kini dihadapi Alex. Tanpa berpikir panjang lagi, Alex langsung menyiapkan diri untuk segera kembali ke Indonesia. " Aku bawa luka di hati ini, mungkin kembalinya aku ke Indonesia, bisa melupakan rasa sakit hati ini," Alex bersiap-siap pulang ke Indonesia. Sebelum keluar dari apartemen, Alex menatap ke sekeliling ruangan, di mana apartemen ini menja

    Huling Na-update : 2025-04-12
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 9. Rindu Tak Tertahankan

    Alex menundukkan kepala, tidak bisa menjawab pertanyaan dari mamahnya. Hatinya sedang dilandak kebingungan, entah apa harus berkata bohong atau jujur. Kalau jujur sudah pasti mamahna memarahinya habis-habisan, kalau bohong suatu hari pasti akan ketahuan juga. "Jawab Alex!" Sentak Tuan Kusuma Wiranata.Nyonya Arimbi menatap tajam ke arah anaknya, "Memangnya apa yang terjadi sama kamu Alex?" Tanya Nyonya Arimbi dengan suara keras. Alex terdiam, masih belum berani berbicara sedikitpun, tatapan tajam dari orang tuanya. Membuat nyali Alex menciut. "Jawab Alex! Apakah beda sudah membuat hatimu sakit?" Tanya Nyonya Arimbi. "Kalau dia diam berarti benar, sudah papa bilang berkali-kali. Bahkan kami sudah mengingatkan, siapa Belda itu. Tapi kamu tetap ngeyel, dan memaksa ingin menikahinya," ucap tuanku semua tegas. "Maafkan Alex mah, pah. Karena tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini," Sekali lagi maafkan Alex," ucap Alex dengan suara pelan. "Sebenarnya, kami kemarin menguji kalian

    Huling Na-update : 2025-04-12
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 10. Kedatangan Alex

    Betapa terkejutnya Alex, melihat foto yang dikirimkan sama Lego. Dalam foto itu terlihat Belda dengan Perta di sebuah hotel yang cukup ternama di kota Jakarta. "Tapi....." Alex terlihat bingung, kenapa Perta sewaktu di Paris mengatakan kalau dirinya sudah lama tinggal di sana. "Kamu pasti kaget dan bingung," Lego Langsung menebak pikiran Alex. "Kamu itu terlalu bodoh, dan mau saja dibodoh-bodohi sama istrimu yang jadi foto model itu. Bisa saja kan mereka berangkat bareng dan satu pesawat sama kamu, tapi berbeda ruangan. Kamu tidak menyadari hal itu," cerocos Lego. "Ya Tuhanku, ternyata aku tidak menyadari semua itu, ternyata sudah direncanakan dari sebelumnya," ucap Alex sambil menyadarkan punggungnya di kursi kerja."Makanya sejak awal gue bilang, cinta itu jangan 100%, sisakan 20 atau 30%, bila kita kehilangan orang yang dicintai, tidak merasa sakit," ucap Lego sambil terkekeh.Wajah Alex terlihat merenggut kesal, tapi memang apa yang dikatakan Lego benar, dirinya terlalu mencin

    Huling Na-update : 2025-04-17
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 11.

    "Maafkan aku Nilam, aku datang ke sini untuk melihat bayiku," jawab tuan Alex pelan. "Apa saya tidak salah dengan Tuan?" Tanya Nilam kembali. Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam, suasana hening menyelimuti ruangan itu. Nilam, Udin dan Titin tidak menyangka akan kedatangan Alex dan Lego. Sedangkan Nia dan Nino berada di dalam kamar menjaga Nizam yang sudah tertidur pulas. "Sekali lagi maafkan aku Nilam, aku bersalah sudah meninggalkan anakku," jawab tuan Alex."Aku kira Tuan tidak akan ingat sama anak lagi," ucap Nilan sambil tersenyum sinis."Aku...." Ucapan tuan Alex menggantung, melihat mata Lego melotot. "Aku apa Tuan? Bukannya aturan sudah membuang anak itu? Bahkan tuan dan nyonya mengatakan kalau tidak mau merawat anak yang cacat dan penyakitan," suara Nilam masih terdengar ketus.Tiba-tiba Lego angkat bicara, dia tidak ingin terjadi ketegangan antara Nilam dan Alex."Maafkan atas kesalahan Tuan Alex, apa yang dikatakan Nilam memang benar adanya. Tuan Alex sedang men

    Huling Na-update : 2025-04-17
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 12

    Tuan Alex dan Lego menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Nilam membawa dua cangkir kopi yang masih mengepul. "Silakan tuan-tuan, Maaf kopinya tidak seenak yang ada di kota, maklum ini kopi kampung," ucap Nilam sambil meletakkan nampan di atas bale-bale."Terima kasih Nilam, padahal tidak usah repot-repot," ucap Lego. "Tidak merepotkan Tuan, cuma kopi saja kok. Saya ke dalam dulu ya," Nilam bergegas masuk ke dalam untuk membantu ibunya. "Go, ini bau ikan asin ya? Kok wanginya sama seperti di rumahku?" Tanya Tuan Alex sambil mengendus-ngendus hidungnya. "Dasar orang kaya, tidak pernah makan ikan asin," gerutu Lego dalam hati."Iya itu ikan asin, makan akan bertambah nikmat bila lauknya ikan asin ditambah sambal terasi. Bukan ikan salmon ditambah saus keju," jawab Lego ketus.Tuan Alex terkekeh geli melihat ekspresi wajah Lego.Udin terlihat keluar dari dalam, membawa tikar. Rencananya mereka akan makan sambil lesehan. Lama kemudian terlihat Titin dan Nilam membawa makanan langsung

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 13

    "Sudahlah Belda, jangan hiraukan lagi sih Alex itu. Bukannya kamu ingin bercerai dengan dia? Kamu kan sekarang sudah menjadi bintang foto model. Dulu kamu menikah dengan Alex hanya karena kamu terkendala biaya kan? Sudahlah tidak usah banyak pikiran lagi. Kita bisa menikah di sini," ucap Perta terlihat santai. "Tidak bisa begitu Perta! Aku ini masih istri orang. Masa aku harus menikah dengan kamu!" Sentak Belda."Ya harus bagaimana lagi, dia sudah meninggalkan kamu, karena mengetahui perselingkuhan kita. Mungkin dia sedang mengurus perceraian di sana," tukas Alex dengan nada sinis.Belda menghembuskan nafasnya kasar, perasaannya tidak karuan. Di satu sisi dia membutuhkan Alex selalu memberikan kemewahan. Satu sisi Dia sangat mencintai Perta, laki-laki cinta pertamanya dulu. "Ya sudahlah kalau, aku bereskan dulu pekerjaan sampai kontrak kerjaku selesai. Selama 2 tahun aku tinggal dulu di Paris, setelah 2 tahun aku kembali ke Indonesia. Biar aku jalani saja hidup seperti ini," akhirny

    Huling Na-update : 2025-04-20

Pinakabagong kabanata

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 25

    Tuan Alex menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Nilam. Dia banyak mengelus dada, tapi harus bagaimana lagi. Nilam hanya satu-satunya orang yang bisa merawat Nizam dengan baik. Nilam masuk ke dalam apartemen, matanya kembali terpana melihat isi apartemen itu. Betapa tidak tidak terpana mata Nilam, saat melihat perabot yang ada di dalam apartemen. TV besar menempel di dinding tembok, belum lagi sofa yang berukuran besar. Mata Nilam sampai tidak berkedip, lalu dia menoleh ke arah Tuan Alex. "Ini kepunyaan tuan?" Tanya Nilam polos. Tuan Alex yang sudah duduk di atas sofa, langsung memijat keningnya. Terdengar suara bunyi bel dari luar. Tuan Alex buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Ternyata sopir tadi mengantarkan koper yang ketinggalan di dalam mobil. "Terima kasih," ucap tuan Alex sambil menutup pintu. Tuan Alex menyeret koper ke salah satu kamar, lalu menoleh ke arah Nilam."Tempat istirahat kamu di sini sama Nizam. Aku sebelahnya."Nilam menoleh, lalu menganggukkan k

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 24

    "Lho, bukannya pekerjaan kamu masih terikat kontrak? Aduh Belda, jangan bikin aku pusing deh!" Sentak Perta.Mata Belda langsung melotot, wajahnya terlihat emosi. " Ini semua gara-gara kamu! Seandainya kita waktu itu hati-hati! Kita tidak mungkin ketahuan sama Alex!" Suara Belda meninggi. Perta tersenyum menyeringai," bukankah kamu yang menginginkan semua ini? Aku kan cuma mengikuti keinginanmu," ucap Perta sambil tersenyum mengejek. "Apa! Jadi menurut kamu? hubungan kita ini apa? Jelas-jelas kamu yang membutuhkan aku!" Balas Belda sengit."Kita sama-sama saling membutuhkan! Belda! Tapi kamu tetap keras kepala ingin pulang. Apa Kamu kira aku tidak bisa memberikan materi seperti Alex! Don't worry Belda, please. Kamu jangan pernah kembali ke Indonesia," ucap Perta dengan tegas."Sudah aku katakan sejak tadi, aku cuma ingin menyelesaikan masalah perceraianku. Setelah beres aku pulang ke Paris lagi. Kamu mengerti tidak sih? Kalau aku sudah sah bercerai dari Alex, kita tenang Perta," su

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 22

    "Saya tahu, anda inginkan yang terbaik buat Anda, silakan kalau mau membawa anak Anda ke luar negeri untuk berobat. Kami tidak keberatan sama sekali, Maaf di sini bila pelayanannya kurang baik," ucap dokter itu. Sedangkan Nilam masih duduk bengong, karena tidak menyangka di jam akan dibawa ke luar negeri sama Tuan Alex."Terima kasih dok, saya minta tolong secepatnya, segera dipersiapkan surat-surat yang diperlukan buat rumah sakit di sana," ucap Tuan Alex. "Baiklah, kami akan segera mempersiapkan surat-surat yang diperlukan," jawab dokter itu. "Kalau begitu kami permisi dulu," Tuan Alex langsung bangkit dari tempat duduknya, selalu mengulurkan tangan sambil mengucapkan terima kasih kembali sama dokter. Nilam mengikuti Tuan Alex dari belakang, Nilam bergegas jalan, biar sejajar dengan Tuan Alex langkahnya."Tuan, Nizam mau dibawa ke luar negeri? Terus bagaimana? Kenapa sampai dibawa ke luar negeri? Jangan atuh tuan. Berobat di sini saja, di sini juga banyak pengobatan yang bagus,

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 21.

    "Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 21

    "Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 20

    "Kenapa kamu meninggalkan Belda di Paris seorang diri?" Tanya Mirna, yang tak lain adalah tante dari mantan istrinya tuan Alex."Hei! Dengarkan dulu Jeng Mirna! Anakku meninggalkan si Belda! Karena keponakanmu itu selingkuh!" Nyonya Arimbi mengeja akhiran kata dengan tegas. "Aku tidak percaya! Kalau keponakanku itu selingkuh! Atau jangan kamu kurang memberikan nafkah sama si Belda!" Mirna malah menuduh Tuan Alex yang bukan-bukan. "Jaga mulut kamu jeng Mirna! Mana mungkin anakku tidak memberikan nafkah! Kamu tahu sendiri kan, selama ini Alex selalu memenuhi keinginan keponakanmu itu!" Balas Nyonya Arimbi sengit. Ruangan keluarga jadi terasa panas, suara teriakan-teriakan terdengar dari mulut Nyonya Arimbi dan Mirna. Sedangkan Tuan Kusuma dan Tuan Alex, hanya diam sambil menahan nafas mereka. "Terus kenapa kamu meninggalkan Belda sendirian di Paris! Aku mendapat telepon dari dia, bahkan aku mendengar sampai Belda menangis, katanya kamu meninggalkan dia tiba-tiba," ucap Mirna dengan

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 19

    "Mungkin Bu Dewa malu ya?" Tanya Titin."Begitulah, lah hutang sudah lunas juga, masih saja nagih. Tapi untungnya, kita masih punya bukti-bukti pembayaran, coba kalau tidak, dia mau memanfaatkan kita," tukas Udin."Betul pak," ucap Titin."Ada-ada saja tetangga ya," ucap Udin sambil kembali ke belakang, karena masih banyak pekerjaan. Sedangkan Titin masuk ke dalam kamar Nilam. Ternyata Nizam agak rewel. " Kenapa dengan dedek Nizam?" Tanya Titin. "Entahlah Bu, dari tadi tumben rewel terus dedek Nizam," jawab Nilam."Sini biar ibu yang gendong," Titin langsung mengambil Nizam dari gendongan Nilam."Nanti sore kita bawa ke bidan, sekalian kan belum diperiksa, terus tanya kapan imunisasinya," ujar Titin sambil mengelus pucuk kepala Nizam."Iya Bu," jawab Nilam."Bu kapan kita ke dokter, spesialis tulang, Aku ingin tahu kondisi kaki Nizam," tanya Nilam."Kita ke bidan saja dulu, terus tanya dokter mana Yang cocok untuk menangani kaki Nizam," jawab Titin."Baiklah, Bu,"Ting.... ponselnya

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 18

    "Iya, dia sepertinya keberatan, membawa Nizam kembali ke Jakarta," ucap tuan Alex dengan wajah kecewa."Loe sih, dulu membuang anak, sekarang menyesal kan," ucap Lego, sedikit menyalahkan tuan Alex."Itu bukan kemauan aku Lego! Itu kemauan Belda!" Sergah tuan Alex dengan wajah tidak senang. "Sama saja! Kenapa loe dulu tidak melarang si Belda yang kurang ajar itu!" Balas Lego."Karena loe terlalu bucin sama si Belda! coba loe pakai sedikit otak!" Sentak Lego.Tuan Alex terlihat diam, percuma melawan Lego, tapi memang apa yang dikatakan sama dia ada benarnya."Sorry, aku memang salah, Go. Jujur saja, aku malu punya anak cacat dan penyakitan. Padahal aku sangat berharap kalau Belda bisa melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan sempurna," ucap Tuan Alex melemah."Kamu seharusnya banyak bersyukur, hidup ini penuh dengan ujian, salah satunya ya, itu tadi. Loe sama Belda dikasih seorang anak laki-laki sama Tuhan, Apakah loe bisa merawatnya atau tidak. Nizam lahir dalam keadaan sepe

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 17

    Kabar mengenai Nilam membeli sebuah mobil dan dua buah motor langsung merebak dan menjadi bahan gosip di lingkungan tempat tinggalnya. "Aku dengar-dengar sih, katanya dia mendapatkan uang 1 miliar, karena mengurus anak majikannya," ucap salah seorang Tetangga. "Iya benar, aku mendengar hal itu. Tapi kalau aku tidak mau, katanya sih bayinya penyakitan. Sampai-sampai kedua orang tuanya memberikan bayi itu sama Nilam, dengan upah 1 miliar," tukas tetangganya yang lain."Sama, aku juga tidak mau. Lagian aku tidak suka anak kecil, mendengarkan lisan saja telingaku langsung sakit," tambah tetangga yang satunya. Mereka bertiga terus membicarakan Nilam, sampai akhirnya bibi Lasmi mendekati mereka, kebetulan lewat nggak pulang ke rumahnya." Heh, Kalian sedang membicarakan Nilam ya?" Tanya bibi Lasmi sambil duduk di samping mereka bertiga."Iya, jujur saja. Kami kaget juga mendengar si Nilam mendapatkan upah 1 miliar. Harusnya tetangga dibagi dong, punya rezeki kok pelit banget," jawab teta

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status