Beranda / Romansa / Satu Miliar Untuk ART / Bab 5. Tuduhan Kejam

Share

Bab 5. Tuduhan Kejam

Penulis: UmiPutri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 12:52:36

"nama yang bagus, Zahir bin Malik nama anak ini," ujar Udin sambil menatap bayi yang ada dalam gendongan Titin, istrinya.

"Iya, nama yang bagus. Ibu setuju sekali, tapi....." Titin menghentikan ucapannya.

"Tapi apa Bu?" Tanya Nilam cepat.

"Nama anak-anak kita kan awalannya huruf "N". Alangkah baiknya nama anak ini juga awalan nya dari huruf itu," jawab Titin sambil terkekeh.

"Bagaimana kalau Nizam bin Malik?" Nia adiknya Nilam mengajukan usul.

"Nah itu bagus, nama yang sangat bagus," tukas Udin.

"Ya sudah namanya Nizam bin Malik saja," akhirnya mereka setuju, nama bayi ini jadinya Nizam bin Malik bukan Zahir bin Malik.

"Bu, besok Nilam ke bank dulu ya. Atau ke ATM dulu, terus untuk beli motor sama mobil setelah selesai acara syukuran saja. Satu-satu dulu saja," Nilam mengajukan usul.

"Sebaiknya begitu, satu-satu dulu lah. Baru setelah acara syukuran selesai. Kita renovasi rumah beserta kendaraan," Udin setuju dengan usulan Nilam, begitu pula dengan Titin. Karena syukuran aqiqah Nizam lebih utama dibandingkan dengan yang lainnya.

"Kita beli dulu 2 ekor kambing, mungkin lusa kita baru bisa syukuran. Besok juga Ibu harus belanja kan mempersiapkan hidangan untuk acara syukuran," ucap Nilam.

"Iya, Tapi sebaiknya Bapak minta satu atau dua hari lah, untuk mempersiapkan acara syukuran Nizam," Udin meminta waktu.

"Baiklah," Nilam setuju dengan usulan kedua orang tuanya.

Baru saja Nilam bangkit dari tempat duduknya, terdengar suara seseorang dari arah pintu masuk.

"Bayi siapa itu?" Ternyata uwak nya Nilam, kakak dari ayahnya.

Semua orang menoleh ke arah Ratmi, yang sudah berdiri tegak di ambang pintu, matanya menatap tajam ke arah bayi yang digendong Titin.

"Ini...." Ucapan Udin langsung dipotong sama Ratmi.

"Itu bayi h***m kan?" Tanya Ratmi dengan suara keras.

Nilam langsung emosi, hatinya tidak terima dengan ucapan uwaknya.

"Jaga mulut uwak! Ini bukan anak yang seperti uwa katakan tadi! Anak ini adalah anak majikanku!" Sentak Nilam.

"Bohong! Aku mendengar gosip dari Tetangga. Kamu kembali ke kampung ini! Karena kamu sudah menikah siri dengan bos kamu! Dan kamu jadi istri keduanya! Kamu sengaja menyembunyikan anak ini, karena tidak mau diketahui sama istri pertama bos kamu!" Mulut Ratmi nyerocos tidak berhenti.

"Astagfirullah Wak! Itu gosip dari mana! Suruh tetangga Wak ke sini! Bicara langsung dengan saya! Jangan bikin gosip sembarangan, atau menyebar fitnah! Bisa-bisa saya melaporkan kalian ke kantor polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik!" Ternyata Nilam bisa melawan juga.

Ratmi nyalinya langsung menciut saat mendengar dirinya akan dilaporkan ke polisi.

"A___aku cuma mendengar dari tetangga Nilam," ucap Ratmi gelagapan.

"Makanya Wak, Jangan suka mendengar omongan dari salah satu pihak. Toh Uwak kan bukan siapa-siapa, Uwak kan keluargaku, kakakku juga. Kita bukan orang lain wak," Udin sengaja memanggil Ratmi sama dengan anak-anaknya.

"Masuk dulu Wak, kita bicara baik-baik. Biar jelas semuanya, kita tidak jadi salah paham, tidak terjadi fitnah dan tidak tuduhan satu dan lainnya," Titin langsung mempersilahkan kakak iparnya untuk masuk ke dalam rumah.

Wajah Ratmi terlihat ragu dan malu, tapi kemudian masuk ke dalam rumah dan duduk di dekat Titin.

"Kalau memang Uwak ingin tahu cerita yang sebenarnya, nanti Nilam yang bercerita. Mana mungkin kami mempermalukan keluarga Wak. Ini sebenarnya anak majikan Nilam yang dititipkan, karena kedua orang tuanya sedang pergi ke luar negeri. Majikan Nilam mempercayakan anak ini untuk dirawat sampai mereka kembali lagi ke Indonesia," Udin tidak mengatakan hal yang sebenarnya, tidak mungkin menjelek-jelekkan majikan dalam di depan Ratmi walaupun kakaknya sendiri.

"Betul apa yang dikatakan bapak, bayi ini bayi majikan Nilam Wak, karena tidak mungkin dibawa ke luar negeri, bayi ini alergi dengan cuaca dingin. Sedangkan di luar negeri mulai musim gugur, sebentar lagi mulai musim salju. Jadi kondisi bayi ini sangat rentan dengan cuaca di sana, bisa dikatakan tidak cocok," tambah Nilam.

Akhirnya Ratmi percaya dengan penjelasan dari adiknya. " Baiklah, nanti saya akan menjelaskan bila ada yang bertanya sama saya, tentang bayi yang dibawa Nilam," ucap Ratmi.

"Rencananya kami akan mengadakan acara syukuran, kalau Uwak tidak keberatan Dan ada waktu luang. Tolong Uwak datang ke sini, tidak membantu juga tidak apa-apa, yang penting gua datang ke sini. Kemungkinan dua hari lagi kami akan mengadakan acara syukuran. Semua biaya sudah ditanggung sama majikan Nilam," ucap Udin.

Ratmi langsung berbinar wajahnya, kalau untuk acara syukuran, pasti paling terdepan. Karena tentu saja di acara itu banyak makanan, yang bisa dibawa pulang oleh Ratmi ke rumahnya.

"Kalau untuk masalah itu mah, Aku pasti datang dong," ucap Ratmi.

Nia dan Nino langsung mencebikkan bibirnya. Karena sudah tahu sifat uwaknya itu bagaimana.

Tetapi yang namanya mulut tetangga masih saja ada yang nyinyir. Yang namanya gosip panas zaman sekarang, tidak di kota atau di kampung, pasti seperti itu selalu menjadi trending topic bagi ibu-ibu yang suka sekali bergosip.

"Aku benar-benar tidak menyangka, kalau si Nilam itu punya anak dari anak majikannya. Memang wajah dia cantik, pasti si majikan laki-lakinya kecantol sama si Nilam. Tahu-tahu dia pulang ke rumah sudah membawa bayinya," ucap salah seorang Tetangga.

Mereka sedang menggosipkan Nilam di warung, saat sedang berbelanja sayuran.

"Wah, berarti Pak Udin sama Bu Titin punya cucu dong," tukas yang lainnya.

"Ah, cucu h***m. Karena aku tahu si Nilam itu pasti hamil di luar nikah, lu disembunyikan sama majikan laki-lakinya. Sudah lahir disuruh pulang ke sini, ibu-ibu tahu tidak. Kemarin dia diantar sama mobil mewah, kapan Aku melihat beberapa peralatan bayi yang cukup mewah. Nilam tinggal di sini juga tidak masalah, dan untuk biaya kan zaman sekarang gampang bisa ditransfer," cerocos Ibu Ratih tetangganya Titin.

"Ah yang benar saja bu Ratih, bagaimana kalau gosip itu tidak benar?" Tanya ibu Nani.

"Lho, saya ini paling tahu urusan orang. Saya ini kan suka update di media sosial, jadi semua gosip orang saya tahu!" Jawab bu Ratih dengan nada ketus, yang tidak terima dengan ucapan Bu Nani.

"Iya, hati-hati bu Ratih. Mulutmu adalah harimaumu, seandainya berita ini tidak benar. Terus keluarga Nilam tidak terima, bagaimana coba? Terus ibu dilaporkan polisi mau?" Tanya seorang ibu-ibu yang berdiri di dekat Bu Nani.

"Hei!! Mana mungkin saya menyebarkan berita bohong! Jelas-jelas kemarin saya melihat si Nilam itu diantar dengan mobil mewah, juga ikut kemarin! Jadi mana mungkin saya bohong!" Bu Ratih masih tidak terima dengan ucapan tetangganya.

"Permisi!______"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 70. Tamat

    Dikarenakan keluarga Tuan Alex sudah terkumpul, Belda dan Mira bergegas berpamitan meninggalkan rumah sakit. Karena mereka berdua merasa tidak enak, lagian mungkin Zahrani sudah menunggu terlalu lama di salon itu. "Ternyata Nilam hatinya benar-benar mulia Belda, tidak sia-sia kamu mempercayakan Nizam sama Nilam, aku yakin Nilam akan menjadi Ibu yang baik bagi anakku," ucap Mirna dalam perjalanan menuju salon. "Iya, hatiku sekarang tenang dan lega. Apalagi melihat Nizam tadi tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat, aku benar-benar tenang Mira," ucap Belda."Bersyukurlah kamu, anakmu berada di lingkungan yang sangat menyayangi dirinya, kamu terus mendoakan Nizam, agar anakmu bisa berhasil sampai suatu saat nanti, dan bisa membuat kamu bangga," ucap Mira.Tak lama kemudian mobil tiba di salon, setelah memarkirkan mobil, keduanya keluar dan langsung masuk ke dalam salon. Mata Belda dan Mira terbelalak melihat perubahan pada diri Zahrani. "Masya Allah, wowwwww, ini benar Zahrani kan?"

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 69

    "Ngapain kamu datang ke sini Belda?" Tanya Nyonya Arimbi tiba-tiba. "Mah," panggil Nilam dengan lemah lembut, Nilam tidak ingin terjadi keributan antara Nyonya Arimbi dan Belda. "Mbak Belda datang ke sini hanya ingin ketemu dengan anaknya mah, kasihan Mbak Belda. Apalagi dia sedang sakit, tolong ya mama," ucap Nilam kembali. Belda langsung berdiri walaupun hatinya terasa rapuh berhadapan dengan mantan mertuanya. Lalu dia meraih tangan Nyonya Arimbi. Tiba-tiba air mata Belda jatuh di atas punggung tangan Nyonya Arimbi. "Bagaimana kabar nyonya?" Tanya Belda dengan penuh hormat, kan dia tidak berani memanggil Nyonya Arimbi dengan sebutan mama. "Baik," jawab Nyonya Arimbi dengan ada ketus. "Nyonya," Mira ikut mencium punggung tangan ibunya Tuan Alex.Nyonya Arimbi bukannya ikut duduk, setelah bersalaman dia lalu pergi ke ruang dapur, entah apa yang dilakukannya, karena memang sudah kebiasaan, kalau datang ke rumah Nilam, pasti Nyonya Arimbi langsung makan. Beliau selalu mengatakan,

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 68

    Belda melihat seorang anak kecil berlari-lari ke arah seorang wanita cantik, yang tak lain wanita itu, Nilam. Yang sudah dianggap sebagai ibu kandung oleh Nizam yang berusia 3 tahun. Ada perasaan nyeri yang menjalar di hati Belda, saat anak kandung sendiri memanggil ibu sama wanita yang bukan ibu kandungnya."Nizam," desis Belda sambil menatap nanar keduanya, mana Nizam tampak tertawa-tawa dalam pelukan Nilam."Itu Nizam sama Nilam kan?" Tanya Mira sambil menatap ke arah mereka berdua.Belda langsung menganggukan kepalanya, tak terasa air matanya menggenang di pipi, ternyata pemandangan yang ada di depannya membuat hatinya terasa perih."Ayo kita cepat ke dalam, pasti Nilam akan mengizinkan kamu bertemu dengan anaknya sendiri," ajak Mira.Mobil Mira langsung bergerak menuju pintu gerbang rumah tuan Alex. Pintu gerbang besi yang menjulang tinggi, si sopir langsung menyembunyikan klakson, tak lama yang terlihat seorang satpam berlari ke arah pintu gerbang. Yang membuka pintu gerbang l

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 67

    "Kenapa? Kamu kaget tentunya Mira, kamu tahu kan tadi yang membawa makanan dan minuman ke sini? Itu Zahrani namanya, Dia asisten rumahku, wajahnya cantik kan? Tubuhnya tinggi semampai, cuma anak itu tubuhnya tertutup dengan gamis lebar, aku melihat rambut dia juga sangat terlihat indah," ucap Belda."Oh, anak yang tadi rupanya ya, tapi apakah dia bersedia?" Tanya Mira. "Menurut aku pasti dia bersedia, dan aku tahu dia itu seorang pekerja keras, dia bahkan mau menjadi asisten rumah di sini, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dia tinggal berdua bersama ibunya, rumahnya juga tidak jauh dari sini," ucap Belda.Zahrani memang bercerita tentang kehidupan dia waktu itu. Belda ingin mengangkat derajat Zahrani, dia harus menjadi seorang foto model walaupun dengan pakaian tertutup. Karena sekarang banyak pakaian model muslimah yang sedang ngetrend."Baiklah besok aku akan menghubungi temanku, tolong dandani Zahrani sedikit ya, wajahnya kelihatan fresh, atau aku bawa ke salon saja, bia

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 66

    Panggilan Karin terhadap Perta, langsung bunyi tak perhatian para karyawan yang akan masuk kerja. Hampir semua para karyawan mendengar panggilan itu, mereka menautkan kedua alisnya heran. "Kok bu Karin, panggil Pak Petra dengan sebutan Mas? Ada apa di antara mereka ya?" Tanya salah seorang karyawan sambil berbisik."Jangan-jangan mereka ada hubungan spesial, tapi sudahlah kita jangan banyak bicara. Kamu tahu sendiri kan Karin itu siapa? Dia adik bos perusahaan kita, kalau kita terus saja membicarakan dirinya, bisa-bisa kita dipecat dari perusahaan ini, ayo kita masuk," ucap karyawan itu. "Mas, Kenapa wajahmu seperti itu?" Tanya Karin, karena Karin merasa wajah Perta sedikit keruh. "Sewaktu kita pergi ke puncak, rupanya ada seseorang yang sengaja mengirimkan foto ke istriku," ucap Perta."Hah! Yang benar saja kamu bicara! Masa sih ada yang berani mengirim foto kita berdua," tukas Karin tidak percaya. Walaupun sebenarnya dalam hati Karin dia merasa bahagia, seandainya Belda tahu, te

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 65

    "Darimana kamu Mas?" Tanya Belda sambil menyalakan lampu ruang tengah. Belda menyipitkan matanya, karena melihat rambut Perta sepertinya habis keramas. Perta langsung terperanjat, saat melihat istrinya sudah berdiri di ruang tengah, padahal sewaktu masuk tadi, ruangan masih gelap gulita. Wajah Perta langsung terlihat pucat pasi. "Haruskah aku mengulangi kembali pertanyaanku?" Tanya Belda sambil menatap tajam ke arah suaminya. Buru-buru Perta menguasai keadaan, lalu berkata sama Belda, " aku habis ada urusan kantor dari luar, aku habis menemani si Bos untuk bertemu dengan klien, Maaf aku pulang terlambat," ucap Perta."Oh, ya? Bertemu dengan klien sampai dini hari begini? Memangnya klien itu cukup penting ya? Kenapa bertemu dengan klien, rambut kamu basah seperti itu? Habis keramas sama klien ya?" Kembali Belda menyindir suaminya. Perta seketika langsung tersentak, wajahnya terlihat tegang. Dia buru-buru menghindar dari Belda, anehnya lagi Perta masuk ke dalam kamar yang satunya, b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status