แชร์

Bab 2 Sepeda

ผู้เขียน: Myafa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-12-27 07:00:17

“Terima kasih atas kerja sama kalian, semoga ke depan perusahaan kita akan jauh lebih baik,” ucap seorang pria mengakhiri acara meeting. Berdiri, dia mengayunkan langkahnya keluar.

Regan Alvaro Maxton-pria tampan keturunan Inggris yang berusia 23 tahun. Beberapa bulan lalu, dia lulus kuliah di jurusan manajemen bisnis di salah satu universitas swasta di Jakarta. Berbekal ilmu yang didapatnya, dia bekerja di perusahaan papanya sendiri.

Menjadi asisten CEO, dia menapaki kariernya dari bawah sebelum meraih jabatan CEO yang merupakan perusahaan keluarganya sendiri.

Kembali ke ruangnya, sekretaris Andrew memberitahu pesan yang dititipkan oleh Lana, “Maaf Pak, tadi Bu Lana memberitahu jika Pak Regan diminta untuk ke galeri.”

Langkah Regan terhenti saat mendengar ucapan sekretaris papa. Ingatannya kembali pada janjinya untuk datang ke pameran foto milik Selly-kekasihnya. Melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, matanya seketika membulat saat menyadari jika waktu menujukan jam setengah empat.

Regan merutuki kesalahannya yang lupa dengan jadwal datang ke tempat Selly. Jika di hitung mundur, acara sudah berlangsung selama tiga puluh menit.

“Taruh berkas ke ruanganku!” perintah Regan dan berlalu meninggalkan kantor.

Tak mau membuang waktu, Regan berlari. Otaknya terus berpikir bagaimana caranya dia sampai di galeri tepat waktu, mengingat jalanan ibu kota pasti akan sangat macet.

Akhirnya, terlintas sepeda yang disediakan oleh perusahaannya untuk karyawan. Para karyawan biasanya memakai sepeda untuk mencari makan di restoran di sekitar kantor.

Regan meminta petugas keamanan membuka kunci pengaman sepeda. Sebelum pergi, dia melepas jasnya dan menitipkan pada petugas keamanan. Kancing kemeja bagian atas dia buka, agar lebih leluasa. Tak sampai di situ saja, kancing lengannya dia buka dan digulung hingga ke lengan. Membuat tangannya lebih mudah untuk bergerak.

Naik ke atas sepeda, Regan menginjak pedal dan mulai mengayuh sepeda menuju ke galeri.

Sepeda membelah jalanan ibu kota yang terkenal macet. Saat jalanan tak bisa dilalui, Regan menuntun sepeda melewati trotoar. Mengabaikan pandangan orang yang menatapnya sinis karena menggunakan fasilitas pejalan kaki untuk dilalui sepeda. Namun, karena Regan berjalan kaki, dia menyebut dirinya sendiri juga pejalan kaki.

Setelah lolos dari kemacetan, Regan kembali mengayuh sepedanya. Dalam hati Regan merutuki dirinya sendiri, karena semenjak mulai bekerja, dia tidak melakukan olah raga, karena baru saja mengayuh sepeda, dia sudah sangat kelelahan.

Akhirnya setelah membelah kemacetan yang begitu menyebalkan, Regan sampai di galeri. Buru-buru dia masuk ke galeri, menemui Selly yang pasti sedang menunggunya.

Langkah Regan terhenti saat melihat galeri sudah sepi. Lampu galeri sudah redup dan tidak ada siapa-siapa di sana. Itu menandakan jika pameran sudah selesai. Memijat kepalanya, dia merasakan tiba-tiba kepalanya berdenyut. Memikirkan bagaimana alasan yang akan dia berikan pada Selly.

“Kenapa masih datang ke sini?” Suara dengan nada ketus terdengar membuat Regan berbalik.

Dari jarak lima meter Regan berdiri, tampak seorang wanita berdiri. Siapa lagi jika bukan Selly-pemilik acara pameran foto sekaligus kekasih Regan. “Selly, dengarkan aku, tadi aku meeting.” Dia melangkah menghampiri Selly.

“Aku pikir meeeting akan cepat selesai, tetapi ternyata tidak selesai tepat waktu,” ucap Regan lagi. Langkahnya sampai tepat di depan Selly. Menatap gadis cantik di hadapannya.

“Kamu lupa?” Pertanyaan tajam yang dilontarkan oleh Selly.

Regan menelan salivanya mendengar pertanyaan tajam Selly. Sebenarnya memang itulah alasannya terlambat datang.

“Dengarkan aku ....”

“Kamu jahat sekali,” ucap Selly mulai menangis.

Regan seolah mati kutu. Kesalahannya ini terlalu besar, mengingat pameran sangat berharga untuk Selly.

Dia tak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan, menarik tubuh Selly, membawanya ke dalam pelukannya. “Maafkan aku.”

“Kamu jahat sekali,” ucap Selly masih kesal. Namun, kali ini dia menambahi dengan pukulan pada dada Regan.

Regan yang menyadari kesalahannya, membiarkan apa yang dilakukan oleh Selly. Tak melarang dan menerima karena tahu dengan begitu kekesalan Selly akan terlampiaskan. “Pukullah jika itu membuatmu puas.”

Selly langsung melepas pelukannya. “Aku bukan hanya akan memukulmu, tetapi aku akan membunuhmu.” Selly mengarahkan tangannya ke leher Regan dengan posisi mencekik. “Aku benar-benar kesal padamu.”

“Ach ....” Sebenarnya Selly tidak benar-benar mencekiknya, tetapi dia berpura-pura agar

Selly menghentikan aksinya.

Melihat Regan kesakitan, Selly langsung melepas. Membuang muka, tidak mau melihat Regan. Rasa kecewanya teramat sangat banyak. Hingga dia tak bisa meredakannya.

“Maaf,” ucap Regan lagi seraya menarik dagu Selly. Menatap Selly, dia memasang wajah memelasnya. Hal yang biasa dia lakukan saat Selly kesal.

Selly mengembuskan napas kasar, meredakan kesalnya.

“Mau makan es krim?” tanya Regan dengan wajah polosnya. Senyuman terselip di wajahnya. Senyuman yang hanya akan hadir saat bersama Selly. Karena hanya Selly yang bisa membuatnya bisa tersenyum.

Perlahan kekesalan Selly mereda. Dia sadar hal tidak terduga bisa saja terjadi. Pikirannya yang selalu positif memang selalu bisa meredakan amarahnya. “Large rasa stroberi,” ucapnya.

Senyuman Regan semakin melebar. Merasa lega saat Selly luluh. “Jangankan large, jumbo sekalipun akan aku belikan.”

“Ayo,” ajak Selly. Dia melingkarkan tangannya di lengan Regan dan menariknya keluar dari galeri.

Regan pasrah saat tubuhnya ditarik oleh Selly, tak menolak sama sekali.

Sampai di tempat parkir, Selly mengedarkan pandangan mencari mobil Regan. Biasanya Regan akan membawa mobil sedan kesayangannya. Namun, dia tak menemukan di tempat parkir. “Mana mobilmu?” tanyanya menoleh.

“Aku kemari tidak dengan mobil.”

“Lalu?”

“Aku kemari naik itu,” ucap Regan seraya menunjuk sepeda.

Mata Selly membulat sempurna melihat dengan apa Regan ke galeri. “Kamu naik itu?” tanyanya memastikan.

“Jalanan macet, jadi aku terpaksa memakai itu agar cepat sampai. Akan tetapi, ternyata aku tetap tidak bisa sampai tepat waktu dan justru datang saat sudah selesai.” Ada sedikit rasa sesal di hati Regan. Dia mengerti seberapa berharganya pameran itu.

“Aku akan mengadakannya lagi nanti dan aku tidak akan membiarkanmu bekerja.”

“Aku janji ke depan aku akan datang,” jawab Regan datar. “Ayo,” ajaknya menarik Selly menuju ke tempat di mana sepedanya terparkir.

Selly memicingkan matanya saat melihat sepeda yang hanya muat untuk satu orang itu. Dia memikirkan di mana dia harus duduk. “Aku harus naik di mana?” tanyanya bingung.

“Di sini,” ucap Regan menunjuk besi di depan jok sepeda.

Dahi Selly berkerut, memikirkan bagaimana dia bisa naik di sana. Duduk di besi seperti itu pasti tidak akan nyaman. Sejenak Selly membayangkan jika pasti tidak akan nyaman duduk di sana. Pasti akan sakit sekali saat duduk.

“Ayo, anggap saja ini adegan romantis dalam film.” Cuma cara itu yang digunakan Regan untuk membujuk Selly.

Mendengar kata romantis, Selly mengingat jika sering melihat adegan seperti di film. Tak butuh waktu lama, Selly naik dengan posisi miring. Berharap kenyamanan akan didapatnya.

Tak berlama-lama, Regan mengayuh sepedanya, mengantarkan Selly pulang. Membelah kemacetan ibu kota di jam pulang kerja. Jalanan yang dipenuhi dengan motor dan mobil itu membuat jalanan penuh. Untung mereka memakai sepeda dan bisa menyelip di antara mobil-mobil yang terparkir.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (2)
goodnovel comment avatar
widya widya
so sweet .. memang regan dan selly sekalii.. kaget pas lihat iklan pembuka aplikasi.. ternyata author ada di lapak ini jugaa.. lope lope
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
Regan kenapa buat kesel Selly sih
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Sebait Asa Pernikahan   Bab 50 Hari Bahagia ( Tamat )

    Tiga bulan sudah Regan dan Selly menjalani program kehamilan. Hal yang mendebarkan adalah menunggu hasilnya. Jika biasanya Regan dan Selly selalu antusias ke dokter untuk memeriksakan hasilnya, kali ini mereka tampak biasa saja. Bukan tidak berharap memiliki anak, tetapi mereka memilih untuk tidak kecewa lebih cepat. Sudah hampir beberapa hari ini Selly merasakan kepalanya pusing. Padahal dia makan dengan teratur seperti biasanya. Karena tidak berani minum obat dia memilih mengistirahatkan tubuhnya. Seperti beberapa hari yang lalu, Selly merasakan pusing juga. Namun, kali ini pusingnya bertambah dengan rasa mual. Hingga membuatnya memuntahkan isi perutnya. Padahal, dia baru saja sarapan dengan Regan dan mengisi perutnya dengan sandwich. Setelah memuntahkan isi perutnya, Selly merebahkan tubuhnya. Rasanya dia tidak kuat dengan tubuhnya yang lemas. Sambil memikirkan apa yang terjadi padanya, Selly teringat jika dia belum memeriksakan hasil program kehamilan yang se

  • Sebait Asa Pernikahan   Bab 49 Sekretaris Baru

    “Apa sekretarismu jadi mengundurkan diri?” tanya Selly. Tangannya bergerak memakaikan dasi di kerah kemeja Regan. “Jadi, pihak HRD sedang mencari penggantinya. Aku dengar hari ini dia akan datang untuk menemui aku.”“Apa sekretarismu akan cantik dan seksi?” tanya Selly menggoda.“Apa ada wanita yang lebih cantik dan lebih seksi dari istriku?” tanya Regan seraya merengkuh pinggang Selly.” Manik mata birunya menatap wanita yang menurutnya paling cantik di antara wanita-wanita lainnya, dengan penuh cinta. Seolah mengatakan tidak ada wanita lain yang akan dipandangnya seperti itu. “Apa kamu sedang merayuku?” tanya Selly penuh curiga. “Apa itu bagian dari merayu? Jika iya, aku akan asah lebih lagi ilmu itu.”Selly yang gemas menepuk lengan Regan. “Apa ini masih malam? Aku serasa melayang tinggi di udara,” ucap Selly tertawa. Garis senyumnya selalu membuat Regan terpesona. Mengatakan jika istrinya paling cantik bukanlah ke

  • Sebait Asa Pernikahan   Bab 48 Spesial

    “Saya tadi memesan meja untuk dua orang,” ucap Selly pada pramuniaga. Senyum manisnya tertarik di bibirnya ketika bertanya. “Atas nama siapa?” tanya pramuniaga ramah. “Atas nama Selena Selly.” Pramuniaga mengecek pesanan atas nama Selly. Ketika mendapati ada nama Selly, dia meminta pramuniaga lain untuk menujukan meja yang dipesan oleh Selly.“Terima kasih,” ucap Selly dengan ramah. Selly duduk di sudut restoran. Sengaja dia memilih meja di dekat kaca yang memberikan pemandangan ibu kota. Dari balik kaca, lampu dari bangunan dan kendaraan tampak berkelip di malam hari. Memberikan warna di gelapnya malam. Malam ini, Selly sengaja memberikan kejutan untuk Regan. Menikmati makan malam bersama. Bagi Selly, waktu berdua sangat penting, mengingat mereka sudah menikah hampir empat tahun. Pastinya akan ada fase di mana mereka saling jenuh dengan hubungan. Selly memandangi langit kota Jakarta. Hari ini malam begitu cerah. Bulan

  • Sebait Asa Pernikahan   Bab 47 Pikirkan Kita

    Selly keluar dari kamar mandi. Dari wajah istrinya, Regan bisa menebak jika hasil dari tes kehamilan yang dijalani Selly hasilnya adalah negatif. Namun, tetap saja, Regan ingin melihat hasilnya. Satu garis yang tercetak di alat tes kehamilan, membuat Regan terpaku. Netranya menatap lekat garis itu. Kemudian melihat wajah istrinya yang tampak biasa saja. Tidak ada ekspresi sedih, kecewa ataupun marah. Menujukan jika dia sudah siap dengan hasilnya. Dua tahun berlalu dengan cepatnya. Segala metode sudah dijalani Regan dan Selly untuk mendapatkan buah hati. Namun, semuanya tidak ada yang berhasil. Dulu saat awal-awal, Selly sangat antusias mengecek hasil ke dokter, tetapi lambat laun, dia malas untuk mengecek ke dokter dan memilih mengecek sendiri di rumah. Karena hasilnya selalu mengecewakan. Jika dua tahun yang lalu, Selly selalu sedih melihat hasilnya. Kini dia sudah seperti terbiasa mendapati jika dia tidak hamil. Tak terlalu menumpukan harapan jika dia

  • Sebait Asa Pernikahan   Bab 46 Tuhanlah Yang Berkehendak

    Akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Selly dan Regan pergi ke Rumah sakit. Mengecek apakah embrio yang ditanam tumbuh di rahim Selly. Hati mereka benar-benar berdebar-debar. “Tenanglah,” ucap Regan menenangkan istrinya. Tangan Selly yang dingin sedari tadi menandakan jika istrinya ketakutan. “Jika aku tidak hamil, apa kamu akan kecewa?” Manik mata biru milik Selly menatap Regan. “Yang terpenting adalah kita sudah berusaha.” Senyum tipis di wajah Regan begitu meneduhkan hati. Membuat Selly lebih tenang. Walaupun sebenarnya dia sangat berharap jika akan ada janin yang tumbuh di rahimnya. Setelah melakukan pemeriksaan dokter memberitahukan hasilnya. Regan dan Selly saling menggenggam, menguatkan satu dengan yang lain.“Alat kesehatan adalah perantara, tetapi tetap Tuhanlah yang berkehendak.” Mendengar kalimat itu membuat Selly dan Regan tahu jika jawaban atas keberhasilan dari proses bayi tabung tidak berhasil.

  • Sebait Asa Pernikahan   Bab 45 Berusahalah

    “Apa proyeknya akan segera dijalankan?” Selly yang sedang membersihkan wajahnya menatap Regan. Tepat jam sebelas tadi mereka barus sampai rumah setelah makan malam dengan klien. “Iya, mungkin bulan depan mulai dikerjakan.”Suara ponsel Regan terdengar. Membuat Selly dan Regan saling pandang. Merasa heran siapa malam-malam yang menghubungi mereka. Regan mengambil ponselnya. Dahinya berkerut dalam melihat nomor asing yang masuk ke dalam ponselnya. Karena penasaran, dia mengangkat sambungan telepon. “Halo, dengan Bapak Regan Alvaro?” Suara terdengar dari sambungan telepon. “Iya, saya Regan Alvaro.”“Kami dari Polantas Jakarta selatan ingin mengabarkan jika mobil milik Anda mengalami kecelakaan. Mobil dikemudiankan oleh Saudara Bryan Adion menabrak mobil dan menyebabkan korban meninggal dunia.” Regan membulatkan matanya. Terkejut dengan apa yang didengarnya. Selly yang melihat wajah suaminya yang terkejut dan ikut panik.

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status