Galeri foto mulai ramai dikunjungi. Para tamu mulai berdatangan. Beberapa orang melihat foto-foto yang terpampang di dinding galeri.
Beberapa dari mereka berdecak kagum melihat bagaimana angle foto yang diambil sang fotografer. Beberapa foto candid yang diambil tanpa disengaja pun tampak indah, alami dan tidak dibuat-buat. Menujukan jika sang fotografer tampak ahli dalam mengambil foto.Mata benar-benar dimanjakan dengan keindahan foto yang dipajang di dinding galeri. Hingga beberapa dari para tamu, membeli foto untuk koleksi.Di saat semua orang sedang sibuk melihat foto di galeri, seorang wanita juga sibuk melihat foto pria di layar ponselnya. Dengusan kesal terdengar kala sambungan telepon yang dilakukannya tidak terjawab.“Ke mana sebenarnya dia?” tanyanya menggerutu. Wajah cantiknya tampak muram karena sambungan telepon yang dilakukannya sudah berkali-kali tak membuahkan hasil.“Kak Selly, acara akan diadakan sepuluh menit lagi.” Suara penyelenggara acara memberitahu.“Baiklah,” jawab Selly-wanita yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.Selena Selly Adion-gadis berusia 23 tahun itu baru saja menghubungi kekasihnya. Namun, sayangnya dari puluhan panggilan yang dilakukannya, tak ada satu pun yang terjawab.Gadis cantik keturunan Inggris yang tinggal di Indonesia itu, merasa sangat kesal saat orang yang ditunggunya tidak kunjung tiba. Padahal harusnya pria itu tahu jika hari ini adalah hari pentingnya.Regan Alvaro Maxton-pria yang menjadi kekasihnya selama empat tahun. Pria yang awalnya adalah temannya sejak kecil itu, kini berubah menjadi kekasihnya.Hari ini adalah pameran foto pertama dari Selly. Gadis lulusan bisnis manajemen yang memiliki hobi fotografi itu memang selalu mengabadikan banyak hal dengan sebuah foto. Sudah puluhan foto yang didapatnya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk memamerkannya. Paling tidak, dia ingin membuktikan pada sang papa yang selalu menentang hobinya itu. Membuktikan jika dari sebuah foto, dia juga bisa mendapat sebuah pujian.“Kalau dia tidak datang, aku akan membunuhnya,” gerutu Selly. Mata birunya menatap layar ponsel bertuliskan nama kekasihnya. Kekesalannya memuncak saat tahu jika sang kekasih tak kunjung tiba.“Kak Selly, acara akan di mulai. Silakan masuk.” Panitia penyelenggara pameran, kembali memberitahu Selly.“Iya, aku akan masuk.” Kali ini Selly pasrah saat ternyata kekasihnya itu tak kunjung datang. Padahal kehadirannya amatlah berarti. Karena selama ini, dialah yang mendukung hobinya itu. Meyakini jika impiannya harus tetap digapai, walaupun keinginan papanya yang ingin dia kuliah di jurusan bisnis tetap harus dikerjakan.Sadar jika pameran ini adalah impiannya, dia tak mau membuat suasana hatinya bersedih. Masuk ke galeri, Selly memutuskan melanjutkan acara tanpa kehadiran sang kekasih.Naik ke podium, dia memberikan sambutan pada tamu, “Terima kasih sudah datang ke acara pameran foto saya. Terima kasih juga untuk penyelenggara acara yang sudah membantu acara ini berlangsung. Terima kasih juga untuk keluarga dan teman yang juga sudah hadir. Saya merasa senang saat hobi yang saya geluti dapat mendapat apresiasi dari kalian semua. Dengan ini saya membuka acara pameran. Beberapa karya saya akan dijual dan uang dari hasil penjualan akan didonasikan pada penyandang distabilitas. Semoga kita semua dapat bekerja sama untuk membantu sesama.”Selly mengakhiri sambutannya dan mendapatkan riuh tepuk tangan dari para tamu.Turun dari podium, Selly sudah disambut oleh keluarganya. Ada papa dan mamanya-Daniel dan Melisa Adion yang mengucapkan selamat. Sang mama menautkan pipi pada putrinya, merasa bangga dengan putri sulungnya itu.“Selamat Sayang, atas pameran foto ini. Mama benar-benar tidak menyangka jika kamu ternyata sehebat itu,” ucapnya seraya memeluk anaknya. Senyum wanita paruh baya itu terlihat di wajah cantiknya yang semakin hari semakin menua.“Terima kasih, Ma.” Selly tersenyum. Walaupun ada rasa kecewa pada sang kekasih yang belum kunjung tiba, dia merasa harus tetap tersenyum, mengingat banyak yang datang memberikan ucapan selamat.Daniel yang berada di samping Melisa. Dia adalah orang yang paling vokal menentang hobi anaknya. Harapannya anaknya dapat menyelesaikan kuliah dan bekerja di kantornya. Melanjutkan perusahaan konstruksinya-Adion Company. Namun, setelah hari ini, dia baru menyadari jika hobi anaknya itu sangat luar biasa. Jadi kelak dia tidak akan melarangnya lagi.“Selamat, Papa bangga padamu.” Daniel memeluk putrinya. Satu kecupan dia berikan di puncak rambut Selly, menyalurkan rasa cintanya pada anak sulungnya itu.“Terima kasih, Pa.” Selly merasa sangat terharu karena mendapat pujian dari papanya.Setelah sekian lama, akhirnya dia dapat membuktikan pada papanya. Padahal dulu Selly sering sekali berdebat saat akan pergi ke suatu tempat untuk mencari foto. Beruntung sang kekasih selalu ada untuknya.Meyakinkan papanya, jika dia akan menjaga Selly saat di luar. Namun, di saat hari di mana hasil perjuangan di dapat, kekasihnya itu justru tak datang, menemaninya.Saat sedang asyik bersama orang tuanya, sepasang suami istri-menghampiri. Mereka adalah Lana dan Andrew Maxton-orang tua dari kekasihnya. Andrew adalah rekan bisnis dari Daniel. Sejak orang tuanya bekerja sama, sejak itu juga Selly dan Regan berteman. Hingga akhirnya saat kuliah, Selly dan Regan memutuskan untuk menjalin hubungan lebih.“Selamat Sayang, foto hasil jepretan kamu benar-benar luar biasa,” ucap Lana seraya memeluk Selly.“Terima kasih, Bi,” jawab Selly seraya membalas pelukan Lana."Tidak menyangka jika kamu bisa menghasilkan foto luar biasa.” Suara Andrew Maxton memuji Selly. Kemudian dia beralih pada temannya. “Anakmu memang hebat,” ucapmu pada Daniel.Daniel tersenyum bangga. Mendapatkanbanyak pujian untuk anaknya membuatnya begitu amat senang.“Apa Regan belum datang?” tanya Lana pada Selly.“Belum,” jawab Selly seraya menggelengkan kepalanya.“Dasar! Sudah tahu hari ini hari penting, kenapa juga dia harus bekerja.” Lana tidak habis pikir dengan putranya. Putranya yang hobi sekali bekerja, membuat dia lupa dengan kekasihnya. “Aku akan menghubungi.” Lana mengambil ponsel dan mencoba menghubungi.“Aku sudah menghubungi, Bi.”“Apa kamu sudah menghubungi kantor?” tanya Lana dan mendapatkan gelengan kepala dari Selly.Mendapati jawab yang berarti tidak, akhirnya Lana menghubungi Regan. Karena Regan masih meeting, Lana menitipkan pesan pada sekretarisnya untuk menyampaikan pada Regan agar datang ke galeri.“Kalau begitu kita pulang saja dulu, kita siapkan pesta untuk hari bahagia ini,” ucap Daniel pada semua yang berada di sana.“Kamu benar, hari ini harus dirayakan,” timpal Melisa. Beralih pada Selly, dia berkata,“Sayang, kami pulang dulu, untuk menyiapkan pesta. Apa kamu tidak apa-apa sendiri?”“Tidak, Ma. Aku tidak apa-apa. Aku akan selesaikan pameran ini. Lagi pula aku yakin Regan akan segera datang.”“Baiklah kalau begitu,” jawab Melisa.Akhirnya, Daniel, Melisa, Lana dan Andrew berpamitan dan meninggalkan galeri foto. Meninggalkan Selly yang sendiri.Selly melanjutkan acara. Menerima ucapan selamat atas pameran foto yang berhasil dia lakukan. Beberapa orang yang suka dengan foto dari Selly, membelinya. Hal itu membuatnya begitu senang, karena bisa membantu sesama dengan hasil fotonya.Tiga bulan sudah Regan dan Selly menjalani program kehamilan. Hal yang mendebarkan adalah menunggu hasilnya. Jika biasanya Regan dan Selly selalu antusias ke dokter untuk memeriksakan hasilnya, kali ini mereka tampak biasa saja. Bukan tidak berharap memiliki anak, tetapi mereka memilih untuk tidak kecewa lebih cepat. Sudah hampir beberapa hari ini Selly merasakan kepalanya pusing. Padahal dia makan dengan teratur seperti biasanya. Karena tidak berani minum obat dia memilih mengistirahatkan tubuhnya. Seperti beberapa hari yang lalu, Selly merasakan pusing juga. Namun, kali ini pusingnya bertambah dengan rasa mual. Hingga membuatnya memuntahkan isi perutnya. Padahal, dia baru saja sarapan dengan Regan dan mengisi perutnya dengan sandwich. Setelah memuntahkan isi perutnya, Selly merebahkan tubuhnya. Rasanya dia tidak kuat dengan tubuhnya yang lemas. Sambil memikirkan apa yang terjadi padanya, Selly teringat jika dia belum memeriksakan hasil program kehamilan yang se
“Apa sekretarismu jadi mengundurkan diri?” tanya Selly. Tangannya bergerak memakaikan dasi di kerah kemeja Regan. “Jadi, pihak HRD sedang mencari penggantinya. Aku dengar hari ini dia akan datang untuk menemui aku.”“Apa sekretarismu akan cantik dan seksi?” tanya Selly menggoda.“Apa ada wanita yang lebih cantik dan lebih seksi dari istriku?” tanya Regan seraya merengkuh pinggang Selly.” Manik mata birunya menatap wanita yang menurutnya paling cantik di antara wanita-wanita lainnya, dengan penuh cinta. Seolah mengatakan tidak ada wanita lain yang akan dipandangnya seperti itu. “Apa kamu sedang merayuku?” tanya Selly penuh curiga. “Apa itu bagian dari merayu? Jika iya, aku akan asah lebih lagi ilmu itu.”Selly yang gemas menepuk lengan Regan. “Apa ini masih malam? Aku serasa melayang tinggi di udara,” ucap Selly tertawa. Garis senyumnya selalu membuat Regan terpesona. Mengatakan jika istrinya paling cantik bukanlah ke
“Saya tadi memesan meja untuk dua orang,” ucap Selly pada pramuniaga. Senyum manisnya tertarik di bibirnya ketika bertanya. “Atas nama siapa?” tanya pramuniaga ramah. “Atas nama Selena Selly.” Pramuniaga mengecek pesanan atas nama Selly. Ketika mendapati ada nama Selly, dia meminta pramuniaga lain untuk menujukan meja yang dipesan oleh Selly.“Terima kasih,” ucap Selly dengan ramah. Selly duduk di sudut restoran. Sengaja dia memilih meja di dekat kaca yang memberikan pemandangan ibu kota. Dari balik kaca, lampu dari bangunan dan kendaraan tampak berkelip di malam hari. Memberikan warna di gelapnya malam. Malam ini, Selly sengaja memberikan kejutan untuk Regan. Menikmati makan malam bersama. Bagi Selly, waktu berdua sangat penting, mengingat mereka sudah menikah hampir empat tahun. Pastinya akan ada fase di mana mereka saling jenuh dengan hubungan. Selly memandangi langit kota Jakarta. Hari ini malam begitu cerah. Bulan
Selly keluar dari kamar mandi. Dari wajah istrinya, Regan bisa menebak jika hasil dari tes kehamilan yang dijalani Selly hasilnya adalah negatif. Namun, tetap saja, Regan ingin melihat hasilnya. Satu garis yang tercetak di alat tes kehamilan, membuat Regan terpaku. Netranya menatap lekat garis itu. Kemudian melihat wajah istrinya yang tampak biasa saja. Tidak ada ekspresi sedih, kecewa ataupun marah. Menujukan jika dia sudah siap dengan hasilnya. Dua tahun berlalu dengan cepatnya. Segala metode sudah dijalani Regan dan Selly untuk mendapatkan buah hati. Namun, semuanya tidak ada yang berhasil. Dulu saat awal-awal, Selly sangat antusias mengecek hasil ke dokter, tetapi lambat laun, dia malas untuk mengecek ke dokter dan memilih mengecek sendiri di rumah. Karena hasilnya selalu mengecewakan. Jika dua tahun yang lalu, Selly selalu sedih melihat hasilnya. Kini dia sudah seperti terbiasa mendapati jika dia tidak hamil. Tak terlalu menumpukan harapan jika dia
Akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Selly dan Regan pergi ke Rumah sakit. Mengecek apakah embrio yang ditanam tumbuh di rahim Selly. Hati mereka benar-benar berdebar-debar. “Tenanglah,” ucap Regan menenangkan istrinya. Tangan Selly yang dingin sedari tadi menandakan jika istrinya ketakutan. “Jika aku tidak hamil, apa kamu akan kecewa?” Manik mata biru milik Selly menatap Regan. “Yang terpenting adalah kita sudah berusaha.” Senyum tipis di wajah Regan begitu meneduhkan hati. Membuat Selly lebih tenang. Walaupun sebenarnya dia sangat berharap jika akan ada janin yang tumbuh di rahimnya. Setelah melakukan pemeriksaan dokter memberitahukan hasilnya. Regan dan Selly saling menggenggam, menguatkan satu dengan yang lain.“Alat kesehatan adalah perantara, tetapi tetap Tuhanlah yang berkehendak.” Mendengar kalimat itu membuat Selly dan Regan tahu jika jawaban atas keberhasilan dari proses bayi tabung tidak berhasil.
“Apa proyeknya akan segera dijalankan?” Selly yang sedang membersihkan wajahnya menatap Regan. Tepat jam sebelas tadi mereka barus sampai rumah setelah makan malam dengan klien. “Iya, mungkin bulan depan mulai dikerjakan.”Suara ponsel Regan terdengar. Membuat Selly dan Regan saling pandang. Merasa heran siapa malam-malam yang menghubungi mereka. Regan mengambil ponselnya. Dahinya berkerut dalam melihat nomor asing yang masuk ke dalam ponselnya. Karena penasaran, dia mengangkat sambungan telepon. “Halo, dengan Bapak Regan Alvaro?” Suara terdengar dari sambungan telepon. “Iya, saya Regan Alvaro.”“Kami dari Polantas Jakarta selatan ingin mengabarkan jika mobil milik Anda mengalami kecelakaan. Mobil dikemudiankan oleh Saudara Bryan Adion menabrak mobil dan menyebabkan korban meninggal dunia.” Regan membulatkan matanya. Terkejut dengan apa yang didengarnya. Selly yang melihat wajah suaminya yang terkejut dan ikut panik.
Suasana kantor begitu sibuk. Pagi ini Maxton Company akan mengadakan meeting untuk mengumumkan pengangkatan Regan sebagai CEO Maxton. Semua karyawan bersiap untuk hari spesial itu. Selly yang menemani suaminya, menyiapkan penampilan suaminya. Tak mau penampilan suaminya buruk. Sebagai calon CEO-suaminya harus tampil sempurna. Selly menunggu Regan di ruang kerjanya. Meeting dihadir oleh para petinggi perusahaan dan Andrew Maxton selaku pemilik Maxton Company. Menunggu Regan di ruangannya, Selly menghubungi Bryan. Dia ingin memastikan jika adiknya itu datang ke acara makan malam nanti malam di rumahnya. Karena papanya akan hadir juga. Namun, berkali-kali dia menghubungi tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya, Selly meminta Felix untuk mengecek Bryan di apartemennya. Memastikan jika adiknya akan datang nanti malam. 🌺🌺🌺Felix yang mendapat telepon dari Selly langsung meluncur ke apartemen Bryan. Semalam dia
Pagi-pagi sekali Selly meminta dan Regan pergi ke apartemen Felix. Dia ingin mengecek keadaan adiknya yang tidak pulang dua hari ini. Merasa sangat khawatir karena tidak seperti biasanya adiknya seperti itu. Menekan bel di apartemen Felix, Selly dan Regan menunggu pintu dibuka. Sesaat kemudian Felix membuka pintu. Tampak pria tampan itu baru saja mandi. Terlihat rambutnya terlihat basah. “Mana Bryan?” tanya Selly. “Dia belum bangun?” “Dia mabuk apa mati, sampai hari ini belum bangun?” Tanpa dipersilakan masuk Selly langsung masuk ke dalam apartemen Felix. Diikuti Regan di belakangnya. Selly berhenti dan berbalik menatap Felix. Tanda menanyakan di mana Bryan berada. Felix yang mengerti maksud Selly langsung menunjuk kamar yang berada di sudut kiri. Membuat Selly langsung melangkah ke sana. Meninggalkan Regan yang berada di ruang tamu Felix. “Mau minum, Kak?” tanya Felix.“Asal bukan minuman beralkohol boleh.” Felix memutar bola matanya mala
“Sayang, pulanglah sekarang. Hari ini jadwal kita.” Regan membulatkan matanya sempurna ketika istrinya menghubunginya hanya untuk memintanya pulang. Padahal niatnya hari ini dia akan pulang terlambat untuk mengurus acara peresmian apartemen yang akan diadakan seminggu lagi.Jika hari-hari biasa dan tidak sibuk mungkin dia akan segera pulang. Namun, kini dia tidak bisa, mengingat kali ini sangat penting. “Sayang, aku akan pulang terlambat. Jadi kita tunda dulu besok.” “Tidak bisa, Sayang, seminggu ini kamu sibuk dan aku sudah mengerti, dan tinggal sehari ini saja.” Regan mengembuskan napasnya. Pasrah ketika harus menuruti keinginan istrinya. “Baiklah, aku akan pulang.” “Ada masalah dengan Selly?” tanya Clarisa.Hari ini mereka akan menghadiri pertemuan untuk persiapan peresmian apartemen. Clarisa sengaja datang ke kantor Regan untuk pergi bersama. Tidak terasa sudah dua tahun pembangunan apartemen dilaksanakan. Perj