Share

BAB 7

Naura terpojok di sudut kamar dengan wajah pucat ketakutan, kedua tangannya berusaha menutupi tubuh mungilnya yang merasa rentan. Ferdi memandangnya dengan tatapan sinis, membuat Naura semakin merasa ketakutan.

"Ampun, Tuan," ucap Naura dengan suara yang bergetar. "Maafkan saya. Saya gak akan nolak lagi."

Mendengar ucapan istrinya, Ferdi kembali tertawa dengan nada mengejek. Dia menatap Naura seolah mempermainkan perasaan istrinya yang ketakutan itu. Hatinya bahkan seakan menikmati pemandangan tersebut.

Ferdi mengepalkan tangan yang memegang ikat pinggang dan kemudian mengangkatnya. Namun, melihat ekspresi ketakutan yang begitu jelas pada wajah Naura, ia akhirnya mengurungkan niatnya untuk mencambuk istrinya. Ferdi tersenyum sinis sambil meletakkan ikat pinggang itu kembali di tempat semula.

Seakan mengetahui bahwa bahayanya telah berlalu, Naura mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah. Air mata yang sempat menumpuk di sudut matanya perlahan menetes, menggambarkan perasaan terluk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status